Pengaruh Komposisi Lanskap terhadap Keanekaragaman dan Kelimpahan Semut (Hymenoptera: Formicidae) pada Lahan Pertanaman Kubis.

Amalia, Dinda Rayhan and Akhmad Rizali, S.P., M.Si., Ph.D. (2023) Pengaruh Komposisi Lanskap terhadap Keanekaragaman dan Kelimpahan Semut (Hymenoptera: Formicidae) pada Lahan Pertanaman Kubis. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang berpotensi besar dalam budidaya sebab memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tidak hanya didistribusikan di Indonesia, kubis juga sudah banyak didistribusikan di luar negeri seperti Malaysia dan Singapura melalui proses ekspor. Nilai ekspor kubis diketahui lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impornya yang menjadikan meningkatnya surplus perdagangan. Produksi kubis di Indonesia pada tahun 2018 yaitu sebanyak 1.407.932 ton kemudian pada tahun 2019 terjadi peningkatan sebanyak 1.413.060 ton, pada tahun 2020 produksi kubis kembali menurun yaitu sebanyak 1.406.985 ton dan kembali meningkat pada tahun 2021 sebanyak 1.434.670 ton. Naik turunnya produksi dapat disebabkan oleh faktor hama serta pemanfaatan musuh alami seperti semut dapat menjadi salah satu solusi mengatasi hama. Semut memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan pada habitatnya. Hal tersebut menjadikan semut dikenal sebagai salah satu bioindikator lingkungan. Pola tanam yang digunakan dapat memberikan pengaruh langsung terhadap keanekaragaman dan kelimpahan semut sebab memiliki keterkaitan dengan vegetasi, nutrisi maupun produktivitas tanaman. Struktur lanskap juga dapat mempengaruhi keberadaan serangga seperti predator ataupun parasitoid. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik lanskap di lokasi penelitian, mengetahui keanekaragaman, kelimpahan, serta komposisi semut, mengetahui pengaruh cara budidaya dan kondisi habitat serta mengetahui pengaruh komposisi lanskap terhadap keanekaragaman dan kelimpahan semut. Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2022 hingga Mei 2023 pada 12 lahan di 4 kecamatan yang berbeda. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Pujon, Kecamatan Tumpang, Kecamatan Poncokusumo serta Kecamatan Purwodadi. Penentuan lahan memiliki syarat minimal 1 km dengan lahan lainnya. Pemetaan lanskap dilakukan dengan ground survey pada radius 500 m serta mencatat jenis penggunaan lahannya dan kemudian dilakukan digitasi menggunakan QGIS (Quantum Geographic Information System). Pengambilan sampel dilakukan sebanyak empat kali pada umur tanaman 2 MST (minggu setelah tanam), 4 MST, 6 MST, dan 8 MST dengan menggunakan perangkap pitfall. Proses identifikasi dan dokumentasi sampel dilakukan dengan bantuan mikroskop. Pengambilan data pendukung dilakukan melalui proses wawancara seperti data sejarah lahan, cara budidaya, perawatan, serta aplikasi pupuk dan pestisida. Data yang sudah diperoleh kemudian ditabulasikan dalam Microsoft Excel. Pengaruh cara budidaya dan kondisi habitat dianalisis menggunakan analisis regresi. Analisis kemiripan komposisi semut dilakukan menggunakan Analysis of Similarity (ANOSIM). Pengaruh komposisi lanskap yang terdiri dari NumP (number of patch) dan CA (class area) pada setiap lokasi penelitian dianalisis menggunakan analisis GLM (Generalized Linear Model). Hasil penelitian diperoleh sebanyak 4.053 individu semut yang terdiri dari 26 genus dan 52 morfospesies. Lahan dengan kelimpahan tertinggi ditemukan pada L11 yang berlokasi di Desa Gerbo dengan total keseluruhan 1.214 individu semut. Spesies semut dengan kelimpahan terbanyak yaitu Lophomyrmex sp.3. Keanekaragaman semut tertinggi ditemukan di L7 desa Duwet Krajan dengan total 26 spesies semut. Semut dengan keanekaragaman terbanyak berasal dari genus Tetramorium. Pengaplikasian insektisida diketahui tidak memberikan pengaruh terhadap keanekaragaman dan kelimpahan semut. Kondisi habitat berupa ketinggian hanya berpengaruh terhadap kelimpahan semut sedangkan untuk umur tanaman tidak ditunjukkan pengaruh baik pada keanekaragaman dan kelimpahan semut. Faktor cara budidaya maupun kondisi habitat tidak memberikan perbedaan komposisi semut. Sementara itu, melalui hasil GLM komposisi lanskap berupa CA habitat alami saja yang menunjukkan korelasinya terhadap keanekaragaman dan kelimpahan semut. Namun, pada hasil GLM diperoleh bahwa insektisida dan ketinggian memberikan pengaruh terhadap keanekaragaman dan kelimpahan semut. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwasanya terdapat perbedaan keanekaragaman dan kelimpahan semut pada lokasi penelitian serta kondisi habitat juga komposisi lanskap memberikan pengaruhnya baik pada keanekaragaman maupun kelimpahan semut.

English Abstract

Cabbage is one type of vegetable that has great potential for cultivation because it has high economic value. Not only distributed in Indonesia, but cabbage has also been widely distributed abroad such as in Malaysia and Singapore through the export process. The value of cabbage exports is known to be higher than the value of its imports which makes an increasing trade surplus. Cabbage production in Indonesia in 2018 was 1.407.932 tons then in 2019 there was an increase of 1.413.060 tons, 2020 cabbage production decreased again, namely by 1.406.985 tons, and increased again in 2021 by 1.434.670 tons. The ups and downs of production can be caused by pest factors and the use of natural enemies such as ants can be one solution to overcome pests. Ants have a high sensitivity to changes in their habitat. This makes ants known as one of the environmental bioindicators. The cropping pattern used can have a direct influence on ant diversity and abundance because it is related to vegetation, nutrients, and crop productivity. Landscape structure can also affect the presence of insects such as predators or parasitoids. Therefore, this study was conducted to determine the characteristics of the landscape at the research site, determine the diversity, abundance, and composition of ants, determine the effect of cultivation methods and habitat conditions, and determine the effect of landscape composition on ant diversity and abundance. This research was conducted from November 2022 to Mei 2023 on 12 fields in 4 different sub-districts. The research locations were in Pujon, Tumpang, Poncokusumo, and Purwodadi sub-districts. Determination of land has a minimum requirement of 1 km with other land. Landscape mapping was conducted by ground survey at a radius of 500 m and recorded the type of land use and then digitized using QGIS (Quantum Geographic Information System). Sampling was conducted four times at the age of 2 weeks after planting, 4 weeks after planting, 6 weeks after planting, and 8 weeks after planting using pitfall traps. The process of sample identification and documentation was carried out with the help of a microscope. Supporting data collection was carried out through an interview process such as data on land history, cultivation techniques, maintenance, and application of fertilizers and pesticides. The data that has been obtained is then tabulated in Microsoft Excel. The effect of cultivation methods and habitat conditions was analyzed using regression analysis. Analysis of the similarity of ant composition was conducted using Analysis of Similarity (ANOSIM). The effect of landscape composition consisting of NumP (number of patches) and CA (class area) at each research location was analyzed using GLM (Generalized Linear Model) analysis. The results of the study obtained a total of 4.053 ants individuals consisting of 26 genera and 52 morphospecies. The land with the highest abundance was found in L11 located in Gerbo Village with a total of 1.214 ants individuals. The ant species with the highest abundance was Lophomyrmex sp.3. The highest ant diversity was found at L7 in Duwet Krajan village with a total of 26 ant species. The ants with the highest diversity came from the genus Tetramorium. Insecticide application was found to not affect ant diversity and abundance. Habitat conditions in the form of altitude only affected the abundance of ants while plant age showed no effect on ant diversity and abundance. Neither cultivation methods nor habitat conditions made a difference to ant composition. Meanwhile, through GLM results, landscape composition in the form of natural habitat CA alone showed a correlation with ant diversity and abundance. However, the GLM results showed that insecticide and altitude influenced ant diversity and abundance. Based on the results of the study, it can be concluded that there are differences in ant diversity and abundance at the research site and habitat conditions as well as landscape composition influence both ant diversity and abundance.

Item Type:	Thesis (Sarjana)
Identification Number:	0523040249
Subjects:	600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests > 632.6 Animal pests
Divisions:	Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman
Depositing User:	soegeng sugeng
Date Deposited:	22 Sep 2023 06:36
Last Modified:	22 Sep 2023 06:36
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/203216

Text (DALAM MASA EMBARGO) Dinda Rayhan Amalia.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2025. Download (3MB)

Actions (login required)

View Item