Komparasi Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah Sebelum dan Sesudah Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Di Kecamatan Pujon.

Oktavia, Afifah Fatin Nur and Dr. Ir. Nanang Febrianto, S.Pt., MP. (2023) Komparasi Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah Sebelum dan Sesudah Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Di Kecamatan Pujon. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Sapi perah adalah salah satu ternak ruminansia penghasil susu yang populasi dan produksi susunya mendominasi dunia peternakan dibanding dengan ternak lainnya seperti kambing perah dan kerbau perah. Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki sapi perah terbanyak pada tahun 2020 dengan populasi 295.141 ekor atau sekitar 51,93% dari total sapi perah di Indonesia. Peternakan sapi perah di Desa Pandesari Kecamatan Pujon masih tergolong usaha peternakan rakyat dengan pola pemeliharaan masih sederhana. Skala usaha peternak sapi perah di Desa Pandesari tergolong skala menengah dengan kepemilikan 8-12 ekor dan skala besar dengan kepemilikan 22-30 ekor. Penyebaran wabah PMK yang terjadi dipertengahan tahun 2022 sangat merugikan peternak baik dari segi kesehatan maupun secara sosial ekonomi utamanya pada sistem peternakan rakyat. Jumlah sapi perah yang terinfeksi PMK di Kecamatan Pujon sebanyak 14.500 ekor mengakibatkan menurunnya produksi susu sapi yang sangat rendah, anjloknya harga sapi di pasaran, kematian ternak, dan biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan selama pengobatan terhadap ternak yang terinfeksi wabah PMK. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kondisi ekonomi peternak sapi perah rakyat sebelum dan sesudah wabah PMK untuk membandingkan dengan adanya wabah PMK yang secara otomatis pendapatan peternak rakyat menjadi menurun dibandingan dengan pendapatan sebelum wabah PMK. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2022 yang berada di Kabupaten Malang, Kecamata Pujon, Desa Pandesari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik kuisioner dan wawancara. Analisis data berupa deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rumus-rumus ekonomi yang berguna untuk memberikan deskripsi data secara keseluruhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha peternakan sapi perah di Desa Pandesari sebelum PMK dan sesudah PMK menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi sebelum PMK sebesar Rp1.236.580/ST/bulan mengalami kenaikan setelah PMK menjadi Rp1.358.291/ST/bulan. Penerimaan usaha peternakan sapi perah sebelum PMK sebesar Rp3.337.516/ST/bulan mengalami penurunan menjadi Rp910.240/ST/bulan dan pendapatan peternak dari Rp2.078.370/ST/bulan menjadi Rp- 448.050/ST/bulan. Peternak mengalami kerugian disebabkan oleh membengkaknya biaya produksi tambahan seperti vitamin dan obat- viii obatan namun penerimaan yang diperoleh peternak tidak tidak sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Penerimaan yang diterima oleh peternak setelah PMK menurun disebabkan dampak yang ditinggalkan pasca PMK terhadap ternak seperti produksi susu sapi laktasi tidak bisa kembali normal sebelum PMK serta fertilitas yang menurun sehingga terjadi kegagalan IB. Usaha peternakan sapi perah di Desa Pandesari sesudah PMK tidak layak untuk dilanjutkan karena R/C ratio pada strata I, II dan III kurang dari satu, dimana penerimaan yang diperoleh nilainya lebih kecil dari biaya produksi yang dikeluarkan. Penerimaan tertinggi pada strata I sebesar Rp1.052.170/ST/bulan dengan biaya produksi sebesar Rp1.119.894/ST/bulan menghasilkan R/C 0,94 maka R/C <1 sehingga usaha tidak layak untuk dilanjutkan. BEP harga paling tinggi pada strata II setelah PMK sebesar Rp14.198 sedangkan yang paling rendah adalah strata III sebesar Rp8.040. Berdasarkan nilai BEP harga tersebut bahwa usaha peternakan sapi perah strata II setelah PMK harus mencapai pulang pokok ketika memperoleh penerimaan sebesar Rp14.198 dan strata III harus mencapai pulang pokok ketika memperoleh penerimaan sebesar Rp8.040. Nilai BEP harga setelah PMK tidak mengalami kondisi impas artinya usaha peternakan yang dijalankan mengalami kerugian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah analisis finansial usaha peternakan sapi perah di Desa Pandesari sebelum PMK menguntungkan dan pendapatan tertinggi yaitu pada strata II sebesar Rp2.327.750/ST/bulan sementara usaha peternakan sapi perah setelah PMK mengalami kerugian, kerugian terbesar yaitu pada strata III mencapai Rp927.121/ST/bulan dan usaha tidak layak untuk dijalankan. Peternakan sapi perah sebelum PMK merupak usaha yang telah efisien dengan nilai R/C ratio 2,8 dengan BEP Harga Rp2.772 dan BEP Unit sebesar 5,4 liter/hari yang telah memenuhi titik impas. Sementara usaha peternakan sapi perah setelah PMK masih belum efisien karena nilai R/C ratio < 1 yaitu 0,7 dengan BEP Harga Rp11.367 dan BEP Unit 4 liter/hari sehingga usaha peternakan mengalami kerugian dan tidak efisien.

English Abstract

Foot and mouth disease (FMD) is a highly transmissible disease of cloven hoofed animals caused by foot and mouth disease virus (FMDV), an Aphthovirus of the family Picornaviridae. Symptoms experienced by infected animals are wounds or blisters on the gums, tongue, nose and nails, hard walk, excessive salivation and no appetite. The research was conducted in Pujon District, Pandesari Village. The purpose of this study is to analyze the financial and efficiency of dairy farming business before and after FMD. The respondents of the study were breeders in Pandesari village with a total of 30 respondents, using survey methods for data collection and questionnaires as data collection tools. Data collection was carried out for approximately 1 months, starting from November 3 to December 3, 2022. Including observation, active participation, interviews and documentation. The method used in this study is using quantitative descriptive data analysis methods. Quantitative descriptive analysis is the stage of data analysis using economic formulas that are useful for providing a description of the overall data. The results of the financial analysis of the dairy farming business in Pandesari Village before FMD were profitable and the highest income was in strata II of Rp2,327,750/ST/month while the dairy farming business after FMD suffered losses, the largest loss was in strata III reaching Rp927,121/ST/month and the business was not feasible to run.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523050221
Uncontrolled Keywords: FMD, Dairy farm, eligibility, milk production, income, characteristics
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 18 Sep 2023 06:16
Last Modified: 18 Sep 2023 06:16
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/203009
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Afifah Fatin Nur Oktavia.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item