Strategi Pengembangan Ekowisata dengan Konsep Community Based Tourism (CBT) di Mangrove Edupark, Tambakrejo, Kota Semarang

Putra, Muhammad Naufal Hanif Atami and Nuddin Harahab, Prof. Dr. Ir. (2023) Strategi Pengembangan Ekowisata dengan Konsep Community Based Tourism (CBT) di Mangrove Edupark, Tambakrejo, Kota Semarang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kawasan pesisir pada saat ini kondisinya sangat memprihatinkan karena tidak dijaga dengan baik. Bencana banjir yang sering terjadi saat ini bukan cuma dikarenakan perubahan iklim tetapi keadaan wilayah pesisir yang mengalami degradasi lingkungan. Kawasan hutan mangrove hampir habis dikarenakan terjadi konversi terhadap wilayah hutan mangrove menjadi kawasan pertambakan, permukiman dan daerah industri. Mangrove edupark di Kelurahan Tambakrejo ini adalah salah satu tempat konservasi mangrove yang ada di Kota Semarang. Terletak di utara Kota Semarang, kawasan edupark mangrove ini dikelola secara langsung oleh kelompok peduli lindungan bernama CAMAR. Camar yang didampingi oleh PT. Pertamina mempunyai ide untuk memulai konservasi mangrove dikarenakan daerah semarang utara yang sering sekali terjadi banjir rob dan ombak tinggi membuat mereka berpikir dengan adanya konservasi mangrove ini bisa menjadi Langkah awal untuk menyelesaikan masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan dan menganalisis potensi wisata di Mangrove Edupark Semarang. 2) Mendeskripsikan peran komunitas CAMAR dalam proses dan pengembangan Mangrove Edupark Semarang. 3) Menganalisis faktor internal serta eksternal pengembangan Ekowisata Mangrove Edupark Semarang. 4) Menganalisis strategi pengembangan dari ekowisata Mangrove Edupark Kota Semarang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threats). Analisis ini digunakan untuk mendapatkan gambaran dan untuk mengembangkan strategi dalam pengembangan ekowisata mangrove edupark yang berbasis community based tourism. Dari hasil observasi dan interview, didapatkan berbagai informasi mengenai mangrove edupark yang pada akhirnya bisa dibedah menjadi faktor pendorong dan faktor penghambat pengembangan. Dari faktor pendorong dan penghambat yang ada, dapat dibedah menjadi alat analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Setelah diketahui berbagai poin-poin dalam analisis SWOT, peneliti membuat strategi pengembangan dengan empat jenis strategi pengembangan yaitu, (1) strategi S-O, (2) strategi W-O, (3) strategi S-T dan (4) strategi W-T. Setelah itu didapatkanlah beberapa strategi sebagai berikut: 1) Mengembangkan wisata menjadi lebih baik, 2) Memaksimalkan dukungan pemerintah dengan menggandeng seluruh komponen masyarakat terutama komunitas camar, 3) Meningkatkan promosi untuk mendapatkan perhatian masyarakat umum, 4) Meningkatkan ilmu kepada anggota agar menjadi tenaga kerja yang memadai, 5) Pembinaan untuk melanjutkan regenerasi komunitas camar, 6) Mitigasi bencana dan menambah kontrol pengawasan terhadap mangrove edupark, 7) Meningkatkan kesadaran terhadap generasi muda untuk membangun minat untuk bergerak dibidang ekowisata, 8) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian alam dan lingkungan. Berdasarkan hasil analisis faktor internal yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Dimana kekuatan (strength) terdiri dari; 1) Atraksi wisata mangrove, 2) Potensi sumber daya laut yang cukup, 3) Lokasi yang cukup strategis, 4) Komunitas yang mendukung, 5) Akomodasi yang tersedia cukup banyak. Sedangkan, faktor kelemahan (weakness) terdiri dari; 1) Ajang promosi yang belum efektif, 2) Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM), 3) Variasi dari atraksi yang ditawarkan tidak bervariasi, 4) keterbatasan sarana dan prasarana, 5) Kurangnya minat generasi muda untuk melanjutkan gerakan komunitas CAMAR. Sedangkan, hasil faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat), Dimana peluang (opportunity) terdiri dari; 1) Lokasi wisata edukasi mangrove di kota Semarang terdapat dalam jumlah terbatas, 2) Telah menjadi bagian dari Program kampung Bahari, 3) Adanya Kerjasama dengan perguruan tinggi yang menjadikan kawasan Tambalorok sebagai desa Binaan. Sedangkan, faktor ancaman (threat) yang menghambat pengembangan terdiri atas; 1) Adanya ancaman bencana yang sering terjadi pada Kawasan pesisir utara kota semarang seperti banjir, rob dan penurunan muka tanah.

English Abstract

Coastal areas are currently in very poor condition because they are not well maintained. The frequent floods that occur today are not only due to climate change but the state of coastal areas that are experiencing environmental degradation. Mangrove forest areas are almost depleted due to the conversion of mangrove forest areas into aquaculture areas, settlements and industrial areas. Mangrove edupark in Tambakrejo Village is one of the mangrove conservation places in Semarang City. Located in the north of Semarang City, this mangrove edupark area is managed directly by a protection group called CAMAR. Camar, which is assisted by PT Pertamina, has the idea to start mangrove conservation because the northern Semarang area is often flooded by tidal floods and high waves, making them think that mangrove conservation can be the first step to solving the problem. This research aims to: 1) Describe and analyze the tourism potential in Mangrove Edupark Semarang. 2) Describe the role of the CAMAR community in the process and development of Mangrove Edupark Semarang. 3) Analyze the internal and external factors of the development of Ecotourism Mangrove Edupark Semarang. 4) Analyzing the development strategy of Mangrove Edupark ecotourism in Semarang City. The method used in this research is descriptive analysis and SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunity, and Threats). This analysis is used to get a picture and to develop strategies in the development of mangrove edupark ecotourism based on community based tourism. From the results of observations and interviews, various information was obtained about the mangrove edupark which could eventually be dissected into driving factors and inhibiting factors for development. From the existing driving and inhibiting factors, it can be dissected into a SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) analysis tool. After knowing the various points in the SWOT analysis, researchers made a development strategy with four types of development strategies, namely, (1) S-O strategy, (2) W-O strategy, (3) S-T strategy and (4) W-T strategy. After that, several strategies were obtained as follows: 1) Develop tourism for the better, 2) Maximize government support by cooperating with all components of society, especially the gull community, 3) Increase promotion to get the attention of the general public, 4) Increase knowledge to members in order to become an adequate workforce, 5) Coaching to continue the regeneration of the gull community, 6) Disaster mitigation and increase supervisory control of mangrove edupark, 7) Increase awareness of the younger generation to build interest in moving in the field of ecotourism, 8) Increase public awareness of the importance of preserving nature and the environment. Based on the results of the analysis of internal factors consisting of strengths and weaknesses. Where strengths consist of; 1) Mangrove tourism attractions, 2) Sufficient marine resource potential, 3) Strategic location, 4) Supportive community, 5) Accommodation is available quite a lot. Meanwhile, the weakness factors consist of; 1) Promotional events that have not been effective, 2) Lack of Human Resources (HR), 3) The variety of attractions offered does not vary, 4) limited facilities and infrastructure, 5) Lack of interest in the younger generation to continue the CAMAR community movement. Meanwhile, the results of external factors consisting of opportunities (opportunity) and threats (threat), where opportunities (opportunity) consist of; 1) There are a limited number of mangrove educational tourism locations in Semarang city, 2) Has become part of the Maritime Village Program, 3) Cooperation with universities that make the Tambalorok area a fostered village. Meanwhile, the threat factors that hinder development consist of; 1) The threat of disasters that often occur in the north coastal area of the city of Semarang such as flooding, rob and land subsidence.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523080168
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.3 Other extractive industries > 338.37 Products > 338.372 Products of fishing, whaling, hunting, trapping > 338.372 7 Products of fishing, whaling, hunting, trapping (Fishing)
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Agrobisnis Perikanan
Depositing User: Sugeng Moelyono
Date Deposited: 13 Sep 2023 03:08
Last Modified: 13 Sep 2023 03:08
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/202896
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Muhammad Naufal Hanif Atami Putra.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item