Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata) terhadap Bakteri Edwardsiella ictaluri

Firdaus, Muhammad Athallariq Gibran and Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno,, MS and Rani Yuwanita,, S. Pi., MP. (2023) Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata) terhadap Bakteri Edwardsiella ictaluri. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

E. ictaluri merupakan bakteri gram negatif yang dianggap menjadi bakteri pathogen setelah pertama kali ditemukan di Amerika Serikat padatahun 1976. E. ictaluri pertama kali menyerang ikan Ictalurus puncatus atau ikan lele Amerika. Bakteri E. ictaluri juga diketahui menyerang ikanselain golongan ikan lele, seperti ikan sidat jepang atau Japanese eel dan European sea bass. Bakteri E. ictaluri dianggap menyebabkan kerugian pada pembudidaya. Pada saat ini, bakteri E. ictaluri menjadi penyebab penyakit ikan ESC atau Enteric Septicemia Catfish. Solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian antibiotik bahan alami yang ramah lingkungan berupa daun cocor bebek (K. pinnata). Hal ini karena daun cocor bebek memiliki sifat antibakteri yang disebabkan bahan aktif seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang diyakini mampu menjadi mengatasi permasalahan ini. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya. Waktu pelaksanaan dilakukan pada bulan 23 Januari – 21 Februari 2022. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun cocor bebek (K. pinnata) terhadap bakteri E. ictaluri secara in vitro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, 3 pengulangan dan K (+), K(-). Dosis perlakuan ini meliputi A (25 ppm), B (50 ppm), C (75 ppm), D (100 ppm), E (125 ppm) serta menggunakan kontrol positif (Doxycycline) dengan dosis 50 ppm dan kontrol negatif (tanpa perlakuan). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak daun cocor bebek (K. pinnata) mampu menghambat pertumbuhan E. ictaluri. Diameter zona bening tertinggi didapatkan pada perlakuan E (125 ppm) dengan rerata zona hambat 13.2± 3.002 mm, sedangkan zona bening terendah pada perlakuan A (25 ppm) dengan rerata 9.1 ± 0.115 mm. Hal ini menunjukkan pola persamaan pola linier dengan persamaan y= 7,417+ 0,043x dan koefisien R2 = 0,015. Kurva ini menunjukkan bahwa dosis perlakuan yang diberikan mengalami peningkatan padazona hambat. Kesimpulan yang dapat diperoleh pada penelitian ini bahwa semakin tinggi dosis yang digunakan, maka semakin besar zona hambat yang diperoleh di area sekitar kertas cakram. Selain itu, ekstrak daun cocor bebek (K. pinnata) tertinggi digunakan dalam antibakteri E. ictaluri pada dosis 125 ppm. Ekstrak daun cocor bebek ini dikategorikan sebagai bakteriostatik karena dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri E. ictaluri.

English Abstract

E. ictaluri is a gram-negative bacterium which is a bacterial pathogen after it was first discovered in the United States in 1976. E. ictaluri first attacked Ictalurus puncatus or American catfish. E. ictaluri are also known to attack fish other than catfish, such as Japanese eel and European sea bass. E. ictaluri are considered to cause harm to farmers.Currently, E. ictaluri is the cause of ESC fish disease or Enteric Septicemia Catfish. The solution that can be done is by giving an antibiotics naturalingredient that are environmentally friendly that contained in K. pinnata. This is because K. pinnata leaves have antibacterial properties due to active ingredients such as alkaloids, flavonoids, saponins, and tannins which are believed to be able to overcome this problem. The research was conducted at the Microbiology Laboratory, Central Laboratory of Life Sciences (LSIH) Universitas Brawijaya. The implementation time was carried out in 23 January - 21 February 2022. The purpose of this research was to determine the antibacterial activity of K. pinnata extract against E. ictaluri bacteria in vitro. This research is use the experimental method. The research design used was a completely randomized design (CRD) with 5 treatments, 3 repetitions and K (+), K (-). The treatment doses included A (25 ppm), B (50 ppm), C (75 ppm), D (100 ppm), E (125 ppm) and used a positive control (Doxycycline) with a dose of 50 ppm and a negative control (without treatment). The results showed that the K. pinnata was able to inhibit the growth of E. ictaluri. The highest clear zone diameter was found in treatment E (125 ppm) with an average inhibition zone of 13.2 ± 3.002 mm, while the lowest clear zone was in treatment A (25 ppm) with an average of 9.1 ± 0.115 mm. This shows a linear pattern equation with the equation y= 7,417+ 0,043x and the coefficient R2 = 0,015. This curve showsthat the dose of the given treatment has increased in the inhibition zone. The conclusion that can be obtained in this research is that the higher the dose used, the larger the zone of inhibition obtained in the area around the paper disc. Beside that, the dose of K. pinnata extract that shows the diameter of the largest inhibition zone is a dose of 125 ppm. The K. pinnata extractis categorized as bacteriostatic because it can inhibit the growth of the bacteria E. ictaluri.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523080162
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 639 Hunting, fishing & conservation > 639.3 Culture of cold-blooded vertebrates
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Budidaya Perairan
Depositing User: soegeng Moelyono
Date Deposited: 13 Sep 2023 02:17
Last Modified: 13 Sep 2023 02:17
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/202888
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Muhammad Athallariq Gibran Firdaus.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (4MB)

Actions (login required)

View Item View Item