Putri, Mega Kartika and Dr. Silvana Maulidah, and Imaniar Ilmi Pariasa, (2023) Analisis Pengendalian Kualitas Produk Melon Golden Langkawi (Cucumis Melo L.) Di Upt. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Kualitas adalah kemampuan sebuah produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Kualitas produk merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan produsen dalam menghasilkan produk, karena semakin bagus kualitas suatu produk maka tingkat kepuasan konsumen akan semakin tinggi. Keuntungan melakukan pengendalian kualitas yaitu dapat meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan produktivitas melalui pengurangan produk rusak. Tanaman hortikultura khususnya buah merupakan produk pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan produsen. UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura merupakan salah satu produsen melon di Indonesia, khususnya memproduksi Melon Golden Langkawi yang dijual ke supermarket serta toko. Pengendalian kualitas Melon Golden Langkawi dilakukan melaui sortir pasca panen. Kondisi di lapang menunjukkan banyak ditemukan produk hasil panen yang tidak sesuai dengan ketentuan SOP. Kemudian masih terdapat buah yang dikembalikan oleh supermarket karena kulitas buah tidak sama, sehingga buah dijual di toko perusahaan dengan harga yang lebih rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengendalian kualitas Melon Golden Langkawi, menganalisis tingkat pengendalian kualitas, menganalisis hubungan kerusakan buah dengan tingkat kelolosan sortir, dan menganalisis faktor yang mempengaruhi kualitas produk Melon Golden Langkawi pada tahun 2021 – 2022. Analisis pengendalian kualitas menggunakan Statistical Quality Control (SQC) dengan alat check sheet, p-chart, scatter diagram, dan fishbone diagram. Metode penentuan responden menggunakan teknik purposive sampling dengan total responden 10 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian kualitas Melon Golden Langkawi di UPT. PATPH masih belum memenuhi standar yang ditetapkan. Hal ini dibuktikan dengan pekerja yang tidak melakukan grading sesuai ketentuan SOP ii sehingga Melon Golden Langkawi yang dikirim ke supermarket ada yang dikembalikan dan dijual di toko dengan harga yang lebih rendah. Tingkat pengendalian kualitas Melon Golden Langkawi di UPT. PATPH berada dalam batas kendali. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis yang menunjukkan bahwa 83% dari sampel berada dalam batas kendali UCL dan LCL, serta 17% sampel berada di luar batas kendali UCL yaitu produksi pada Juli 2021. Kemudian kerusakan terbesar terjadi pada Desember 2021 dengan jumlah kerusakan 504 kg dari jumlah panen sebesar 6279 kg. Persentase kerusakan terbesar terjadi akibat kerusakan warna sebesar 93%. Terdapat hubungan kuat antara kerusakan buah Melon Golden Langkawi dengan tingkat kelolosan sortir di UPT. PATPH. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan hubungan antara kerusakan warna dan tingkat kelolosan sortir dengan nilai r sebesar 0,99 serta hasil perhitungan hubungan bentuk dan tingkat kelolosan sortir dengan nilai r sebesar 0,99. Faktor Bahan Baku, Manusia, dan Lingkungan memiliki pengaruh bintik hitam maupun bercak hitam terhadap kualitas warna Melon Golden Langkawi yang dihasilkan. Faktor Lingkungan dan Cara Kerja juga memiliki pengaruh benjolan maupun lipatan terhadap kualitas bentuk Melon Golden Langkawi yang dihasilkan. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil analisis yaitu pihak UPT. PATPH perlu melakukan grading kualitas produk sesuai ketentuan SOP dengan melakukan penimbangan berat buah dan pengelompokan kondisi fisik buah sesuai kelas sehingga meminimalisir jumlah Melon Golden Langkawi yang dikembalikan oleh supermarket. Perusahaan juga perlu melakukan pengawasan selama proses produksi Melon Golden Langkawi secara rutin dengan membuat jadwal pengawasan sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang dilakukan pekerja. UPT. PATPH perlu melakukan rotasi tanaman dan penjadwalan proses produksi untuk mengurangi kuantitas kerusakan warna pada produksi Melon Golden Langkawi dengan cara menanam tanaman lain seperti sawi. Kemudian saran untuk buah tidak lolos sortir yang dibuang, perusahaan dapat memanfaatkannya dengan memilih bagian yang masih layak konsumsi dan diolah menjadi produk minuman atau makanan seperti es krim yang memiliki daya simpan lama. Produk tersebut dapat ditawarkan melalui toko perusahaan ataupun kepada pengunjung agrowisata
English Abstract
Quality is the ability of a product or service to meet consumer needs. Product quality is an important thing that must be considered by producers in producing products, because the better the quality of a product, the higher the level of consumer satisfaction. The advantage of doing quality control is that it can improve product quality and increase productivity through reducing damaged products. Horticultural crops, especially fruit, are agricultural products that have high economic value so that they can increase producer income. UPT. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur is one of melon producers in Indonesia, specifically producing the Melon Golden Langkawi which is sold to supermarkets and shop. Quality control of Melon Golden Langkawi is carried out through post-harvest sorting. Field condition show that there are many harvest products that are not in accordance with the SOP provisions. Then there are still fruits that are returned by supermarkets because the quality of the fruit is not the same, so the fruit is sold at company stores at lower prices. Based on these problems, this research was carried out to discover the quality control of Melon Golden Langkawi, analyze the level of quality control, analyze the relationship between fruit damage and sort pass rate, and analyze the factors that influence the quality of Melon Golden Langkawi products in 2021 – 2022. Quality control analysis using Statistical Quality Control (SQC) using check sheets, p-charts, scatter diagram, and fishbone diagram. The method of determining respondents used a purposive sampling technique with a total of 10 respondents. The results showed that the quality control of the Melon Golden Langkawi at UPT. PATPH still does not meet the standards. This is evidenced by workers who did not carry out grading according to the SOP provisions so that some of the Melon Golden Langkawi sent to supermarkets were returned and sold in stores owned by company at a lower price. Level of quality control of Langkawi Golden Melon at UPT. PAPH is within control limits. This can be seen in the results of the iv analysis which show that 83% of the samples are within the UCL and LCL line, and 17% of the samples are outside the UCL line, namely production in July 2021.. The highest damage occurred in December 2021 with a total damage of 504 kg from a total harvest of 6.279 kg. The biggest percentage of damage due to color damage is 93%. There is a strong relationship between fruit damage and sort pass rate at the UPT. PATH. Based on the results of the analysis using scatter diagram, there is a strong relationship between color damage and sort pass rate with an r value of 0.99. The shape damage has a strong relationship with sort pass rate as evidenced by the r value of 0.99. Material, Human and Environmental factors have an influence of black spots on the color quality of Melon Golden Langkawi. Environmental and Methods factors also have an influence on lump and crease on the shape quality of Melon Golden Langkawi. Suggestions that can be given based on the results of the analysis are UPT. PATPH needs to carry out grading of product quality according to SOP provisions by weighing the fruit weight and grouping the physical condition of the fruit according to class so as to minimize the amount of Melon Golden Langkawi returned by supermarkets. Companies also need to carry out supervision during the production process of the Golden Langkawi Melon on a regular basis by making a monitoring schedule to minimize mistakes made by workers. UPT. PATPH needs to carry out crop rotation and schedule the production process to reduce the quantity of color damage to the production of Melon Golden Langkawi by planting other crops such as mustard greens. Fruit that does not pass sorting will be discarded by the company, so the suggestion that can be given is that companies need to take advantage of products that do not pass sorting by choosing parts that are still fit for consumption and processed into beverage or food products such as ice cream. These products can be offered through company’s shop or to agrotourism visitors
Other obstract
-
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | 0523040211 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
| Depositing User: | Nur Cholis |
| Date Deposited: | 02 Aug 2023 02:00 |
| Last Modified: | 02 Aug 2023 02:00 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/202304 |
![[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO]](http://repository.ub.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Mega Kartika Putri.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2025. Download (3MB) |
Actions (login required)
 |
View Item |