Jumpkin : Sereal Dari Jewawut (Setaria Italica) Dan Fortifikasi Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional

Sapitri, Hayatin and Prof. Dr. Ir. Syafrial and Dr. Tri Wahyu Nugroho, (2023) Jumpkin : Sereal Dari Jewawut (Setaria Italica) Dan Fortifikasi Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Beragam hasil olahan pangan dari gandum diantaranya tepung terigu, mie, roti, dan sereal serta sebagai makanan pokok kedua setelah beras sehingga membuat Indonesia harus melakukan impor. Indonesia melakukan impor karena syarat tumbuh gandum kurang cocok di Indonesia sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi gandum. Indonesia tidak dapat terus menerus melakukan impor gandum karena iklim global berdampak terhadap sektor pertanian terutama tanaman pangan (serelia). Oleh karena itu, harus adanya subtitusi tanaman gandum dengan tanaman serelia lain yang dapat tumbuh subur di Indonesia. Jewawut (Setaria italica) merupakan tanaman serelia sebagai sumber karbohidrat yang mudah dibudidayakan dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Kandungan pada jewawut lebih tinggi dibandingkan gandum sehingga berpotensi untuk menjaga ketahanan pangan yaitu karbohidrat 84,2%, protein 10,7%, lemak 3,3%, serta mengandung serat pangan 1,4% (Balitbang, 2017). Jewawut dapat diolah menjadi sereal dengan difortifikasi menggunakan labu kuning. JUMPKIN merupakan sereal dari jewawut dan labu kuning, sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu 1) Menganalisis kandungan gizi yang dimiliki produk sereal JUMPKIN, 2) Menganalisis potensi sereal JUMPKIN berdasarkan indikator ketersediaan bahan baku, uji organoleptik, dan peluang bisnis, 3)Menganalisis kelayakan produk sereal JUMPKIN berdasarkan indikator analisis biaya, penerimaan, pendapatan atau keuntungan, R/C rasio, dan Break Even Point (BEP). Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2023 di Jalan Sumbersari Gang IV Nomor 215 D untuk pembuatan produk dan pengujian kandungan gizi dilakukan di Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan. Penelitian ini menggunakan dua data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi uji proksimat, uji organoleptik dan analisisis kelayakan usaha. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan meliputi pembuatan sereal JUMPKIN, uji kandungan gizi sereal menggunakan uji proksimat, uji organoleptik dengan metode skoring dan jumlah panelis sebanyak 10 orang, dan analisisis kelayakan usaha. Analisis data yang digunakan yaitu analisis statistic deskriptif. Berdasarkan hasil uji proksimat dapat diketahui bahwa kadar air pada JUMPKIN yaitu sebesar 13,3%, kadar abu sebesar 2,71%, kadar lemak sebesar 12,43%, kadar protein sebesar 10,91%, dan kadar karbohidrat sebesar 60,65%. Hasil uji yang dilakukan dapat diketahui bahwa JUMPKIN telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) kecuali kadar air yang melebihi batas maksimal. Kadar air pada JUMPKIN melebihi batas maksimal dikarenakan adonan pada JUMPKIN mengandung banyak air dan saat pemanggangan tidak terlalu kering. JUMPKIN berbahan dasar jewawut dan labu kuning dengan syarat tumbuh yang sesuai dengan daerah Malang, mudah dibudidayakan, memiliki sifat adaptasi yang tinggi, dan dapat tumbuh diberbagai macam tanah. Selain itu, jewawut dan ii labu kuning mudah ditemui di pasar tradisional sehingga dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk produksi JUMPKIN. Adapun untuk mengetahui tingkat penerimaan dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap JUMPKIN maka dilakukan uji organoleptik. Berdasarkan uji organoleptik dapat diketahui bahwa JUMPKIN dapat diterima oleh konsumen dan menjadi peluang bisnis karena sereal memiliki potensi pasar yang besar. Peluang bisnis pada JUMPKIN dilihat menggunakan Business Model Canvas (BMC) dan sebagai strategi untuk menjalankan bisnis kedepannya. Selanjutnya dilakukan analisis kelayakan usaha terhadap produk JUMPKIN untuk mengetahui produk ini layak atau tidak. Berdasarkan analisis RC rasio didapatkan hasil sebesar 1,7 yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan karena RC rasio > 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa JUMPKIN bisa dijadikan sebagai makanan alternatif yang mendukung diversifikasi pangan dan upaya untuk peningkatan ketahanan pangan nasional. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dilakukan pengurangan air pada adonan dan melakukan pemanggangan pada oven secara maksimal sehingga kadar air pada JUMPKIN tidak melebihi batas maksimal yang telah ditentukan dan meningkatkan kerenyahan pada JUMPKIN. Selain itu, dapat menambahkan gula agak lebih banyak pada adonan sampai rasa pahit yang berasal dari jewawut hilang dan dapat menambahkan varian rasa sehingga dapat menarik konsumen. Disisi lain, pada saat proses produksi dapat menambahkan pewarna tambahan agar warna pada JUMPKIN lebih menarik. Penulis dapat bekerja sama dengan petani untuk membudidayakan jewawut dan labu kuning sehinga dapat memenuhi kebutuhan bahan baku. Kerja sama juga dapat dilakukan dengan pemerintah untuk memberikan bantuan dana sebagai upaya diversifikasi pangan dan meningkatkan ketahanan pangan nasion

English Abstract

Various processed food products from wheat include wheat flour, noodles, bread, and cereals as well as being the second staple food after rice, which forces Indonesia to import. Indonesia imports because the conditions for growing wheat are not suitable in Indonesia so that it cannot meet the demand for wheat consumption. Indonesia cannot continue to import wheat because the global climate has an impact on the agricultural sector, especially food crops (cereals). Therefore, there must be substitution of wheat plants with other cereal crops that can thrive in Indonesia. Jewawut (Setaria italica) is a cereal plant as a source of carbohydrates that is easy to cultivate and can grow in various types of soil. The content in jewawut is higher than wheat so it has the potential to maintain food security, namely carbohydrates 84.2%, protein 10.7%, fat 3.3%, and contains 1.4% food fiber (Balitbang, 2017). Jewawut can be processed into cereal by fortifying it with pumpkin. JUMPKIN is a cereal made from jewawut and pumpkin, so the objectives of this study are 1) To analyze the nutritional content of JUMPKIN cereal products, 2) To analyze the potential of JUMPKIN cereals based on indicators of availability of raw materials, organoleptic tests, and business opportunities, 3) To analyze product feasibility JUMPKIN cereal based on indicators of cost analysis, revenue, income or profit, R/C ratio, and Break Even Point (BEP). This research was conducted in January 2023 at Jalan Sumbersari Gang IV Number 215 D for the manufacture of products and testing for nutritional content was carried out at the Food Quality and Safety Testing Laboratory. This study uses two data, namely primary data and secondary data. Primary data includes proximate test, organoleptic test and business feasibility analysis. While secondary data obtained from literature studies. The stages of the research included making JUMPKIN cereal, testing the nutritional content of cereals using the proximate test, organoleptic testing using the scoring method and the number of panelists as many as 10 people, and business feasibility analysis. Data analysis used is descriptive statistical analysis. Based on the results of the proximate test, it can be seen that the water content in JUMPKIN is 13.3%, the ash content is 2.71%, the fat content is 12.43%, the protein content is 10.91%, and the carbohydrate content is 60.65% . The results of the tests carried out show that JUMPKIN meets the requirements set by the Indonesian National Standard (SNI) except for the water content which exceeds the maximum limit. The water content in JUMPKIN exceeds the maximum limit because the dough in JUMPKIN contains a lot of water and when baking it is not too dry. JUMPKIN is made from jewawut and pumpkin with growing conditions that are suitable for the Malang area, easy to cultivate, has high adaptability, and can grow in a variety of soils. In addition, jewawut and pumpkin are easy to find in traditional markets so they can meet the demand for raw materials for iv JUMPKIN production. As for knowing the level of acceptance and the level of people's preference for JUMPKIN, an organoleptic test was carried out. Based on the organoleptic test, it can be seen that JUMPKIN can be accepted by consumers and becomes a business opportunity because cereal has a large market potential. Business opportunities in JUMPKIN are seen using the Business Model Canvas (BMC) and as a strategy for running a business in the future. Furthermore, a business feasibility analysis is carried out on JUMPKIN products to find out whether this product is feasible or not. Based on the RC ratio analysis, the result is 1, so it can be conclude JUMPKIN feasible is run. Based on the results of the research conducted, it is possible to reduce the water in the dough and bake in the oven to the maximum so that the water content in JUMPKIN does not exceed the specified maximum limit and increases the crispness of JUMPKIN. In addition, you can add a little more sugar to the dough until the bitter taste from the jewawut disappears and you can add a variety of flavors so that it can attract consumers. On the other hand, during the production process you can add additional dyes so that the colors on JUMPKIN are more attractive. The author can work with farmers to cultivate jewawut and pumpkin so that they can meet the needs of raw materials. Collaboration can also be carried out with the government to provide financial assistance as an effort to diversify food and increase national food securit

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523040202
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 01 Aug 2023 04:35
Last Modified: 01 Aug 2023 04:35
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/202283
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Hayatin Sapitri.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item