Analisis Keberlanjutan Usahatani Jagung Dan Ubi Kayu Dengan Metode Multidimensional Scaling Di Desa Bambang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang

Fauziah, Cecilia and Dr. Ir. Suhartini and Dr. Tri Wahyu Nugroho, (2023) Analisis Keberlanjutan Usahatani Jagung Dan Ubi Kayu Dengan Metode Multidimensional Scaling Di Desa Bambang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Desa Bambang merupakan salah satu desa di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang yang banyak melakukan aktivitas penambangan pasir secara illegal. Aktivitas penambangan di Desa Bambang semakin menurunkan perubahan kualitas lahan dari lahan kering menjadi lahan kritis. Fenomena tersebut erat kaitannya dengan praktik pertanian berkelanjutan yang dilakukan di Desa Bambang. Oleh karena itu dilakukan penelitian keberlanjutan usahatani, khususnya komoditas jagung varietas lokal dan ubi kayu varietas tapak urang sebagai dua komoditas usahatani terbanyak yang dilakukan di Desa Bambang. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi pendapatan usahatani jagung dan ubi kayu, menganalisis indeks keberlanjutan usahatani jagung dan ubi kayu melalui lima dimensi (ekologi, ekonomi, social budaya, teknologi, dan kelembagaan), serta menganalisis atribut yang sensitif berpengaruh pada keberlanjutan usahatani jagung dan ubi kayu. Metode yang digunakan yaitu Multidimensional Scalling (MDS) dengan pendekatan kuantitatif dan teknik ordinasi RAP-Multidimensi (Rapid Appraisal for Multidimension) yang merupakan modifikasi dari RAP-Fish software pada aplikasi R. Selain itu didalam teknik ordinasi RAP-Multidimensi terdapat sensitivity analysis (laverage analysis) untuk menentuan tingkat signifikansi pengaruh dari masing- masing atribut terhadap keberlanjutan. Penentuan responden penelitian dilakukan melalui teknik purposive sampling dan sensus sehingga didapatkan sampel sebanyak 26 petani jagung dan 26 petani ubi kayu yang tersebar sebagai anggota Kelompok Tani Asih Wono 1, Asih Wono 2, dan Asih Wono 3. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dokumentasi, dan penyebaran kuesioner. Teknik analisis data dilakukan melalui analisis pendapatan usahatani dan analisis keberlanjutan usahatani. Hasil analisis pendapatan usahatani menunjukkan bahwa pendapatan jagung per Ha dengan periode panen 90 hari sebesar Rp4.585.000 sedangkan usahatani ubi kayu per Ha dengan periode panen 11 bulan sebesar Rp6.802.250. Jika diasumsikan dalam satu bulan maka pendapatan usahatani jagung sebesar Rp1.528.000 sedangkan usahatani ubi kayu sebesar Rp618.386 sehingga pendapatan usahatani jagung lebih tinggi dibandingkan ubi kayu jika dilihat dari besarnya pendapatan per bulan. Selanjutnya dilakukan analisis keberlanjutan usahatani jagung dengan memperlihatkan kombinasi dari lima dimensi yakni dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan kelembagaan. Analisis status keberlajutan dikaji dari dimensi ekologi mencakup lima atribut yakni: (X1.1) jumlah vegetasi di lahan kering, (X1.2) daur limbah ternak menjadi pupuk organik, (X1.3) daur ulang limbah tanaman menjadi pakan ternak, (X1.4) dukungan untuk pertanian berkelanjutan, dan (X1.5) penggunaan pupuk organik per Ha. Berdasarkan result output Rapfarm ordination didapatkan indeks keberlanjutan usahatani jagung yaitu sebesar 71,3 dengan status cukup berkelanjutan sedangkan indeks keberlanjutan usahatani ubi kayu sebesar 66,90 dengan status cukup berkelanjutan. Atribut yang paling mempengaruhi tingkat keberlanjutan dimensi ekologi usahatani jagung yaitu viii jumlah vegetasi pada lahan kering dengan nilai RMS sebesar 7,618 sedangkan usahatani ubi kayu sangat dipengaruhi oleh dukungan petani terhadap prinsip pertanian berkelanjutan dengan nilai RMS sebesar 8,199. Analisis status keberlajutan dikaji dari dimensi ekonomi mencakup lima atribut yakni: (X2.1) permodalan usahatani, (X2.2) keuntungan usahatani, (X2.3) penetapan harga jual hasil panen, (X2.4) kepemilikan alsintan, dan (X2.5) penjualan dengan/tanpa pengolahan hasil panen. Berdasarkan result output Rapfarm ordination, indeks keberlanjutan usahatani jagung dan ubi kayu memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 77,78 dengan status sangat berkelanjutan. Adapun atribut yang paling mempengaruhi tingkat keberlanjutan kedua usahatani tersebut yaitu kepemilikan alat dan mesin usahatani dengan nilai RMS sebesar 5,633. Analisis status keberlajutan dikaji dari dimensi sosial budaya mencakup lima atribut yakni: (X3.1) partisipasi rumah tangga mengikuti kegiatan sosial masyarakat, (X3.2) kesetaraan gender dalam pekerjaan di bidang pertanian, (X3.3) pengelaman menjalankan usahatani, (X3.4) tingkat pendidikan masyarakat, dan (X3.5) partisipasi rumah tangga mengikuti tradisi syukuran hasil panen. Beerdasarkan result output Rapfarm ordination, indeks keberlanjutan usahatani jagung sebesar 85,91 dengan status sangat berkelanjutan sedangkan indeks keberlanjutan usahatani ubi kayu sebesar 76,33 dengan status sangat berkelanjutan. Atribut yang paling mempengaruhi tingkat keberlanjutan usahatani jagung yaitu pengalaman menjalankan usahatani dengan nilai RMS sebesar 3,561 sedangkan tingkat keberlanjutan usahatani ubi kayu sangat dipengaruhi oleh partisipasi rumah tangga mengikuti kegiatan sosial masyarakat dengan nilai RMS sebesar 4,965. Analisis status keberlajutan dikaji dari dimensi teknologi mencakup lima atribut yakni: (X4.1) keetrsediaan teknologi pasca panen, (X4.2) kepemilikan alsintan tradisional dan modern, (X4.3) penggunaan aplikasi pemasaran, (X4.4) akses rumah tangga terhadap jaringan internet, dan (X4.5) respon petani terhadap teknologi pemasaran berbasis digital. Berdasarkan result output Rapfarm ordination, didapatkan indeks keberlanjutan usahatani jagung sebesar 50,43 dengan status cukup berkelanjutan sedangkan indeks keberlanjutan usahatani ubi kayu dikaji dari dimensi teknologi yaitu sebesar 49,77 dengan status kurang berkelanjutan. Atribut yang paling mempengaruhi tingkat keberlanjutan usahatani jagung dikaji dari dimensi teknologi yaitu kepemilikan alsintan tradisional dan modern sedangkan pada usahatani ubi kayu yaitu akses rumah tangga terhadap jaringan internet dengan nilai RMS usahatani jagung sebesar 7,037 dan nilai RMS usahatani ubi kayu sebesar 10,54. Analisis status keberlajutan dikaji dari dimensi kelembagaan mencakup lima atribut yakni: (X5.1) keikutsertaan dalam penyuluhan konservasi lahan, (X5.2) manfaat keberadaan BUMDES, (X5.3) manfaat keberadaan lembaga keuangan mikro, (X5.4) manfaat keberadaan Kelompok Tani, dan (X5.5) keikutsertaan dalam penyuluhan budidaya pertanian. Berdasarkan result output Rapfarm ordination, indeks keberlanjutan usahatani jagung dan ubi kayu sama yaitu sebesar 84,43 dengan status sangat berkelanjutan. Atribut yang paling mempengaruhi tingkat keberlanjutan kedua usahatani tersebut adalah kebermanfaatan dari keberadaan Kelompok Tani dengan nilai RMS sebesar 3,236. Skor ditransformasikan berdasarkan performa yang diskalakan antara 0 (kemungkinan terburuk) dan 100 (kemungkinan terbaik). Hasil analisis Monte Carlo menunjukkan bahwa nilai status keberlanjutan usahatani jagung dan ubi kayu tidak memiliki perbedaan nilai dengan hasil analisis MDS Rapfish, dikarenakan ix nilai gap yang dihasilkan yaitu sebesar 0,00. Analisis Monte Carlo pada penelitian dilakukan sebanyak 25 Iterasi dengan selang kepercayaan 97%. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, didapatkan rekomendasi sebagai berikut: 1) Masyarakat Desa Bambang dengan mata pencaharian utama sebagai petani disarankan agar melanjutkan usahatani jagung dan ubi kayu dikarenakan hasil pendapatan petani tergolong cukup tinggi. Sedangkan masyarakat dengan mata pencaharian penambangan disarankan tidak dilanjutkan karena bahan galian C (pasir) dapat merusak kualitas lahan pertanian. 2) Pemerintah Desa Bambang sebaiknya dapat memberikan diseminasi, workshop, ataupun pelatihan kepada petani di Desa Bambang mengenai implementasi dan pengetahuan seputar teknologi pertanian untuk peningkatan hasil pertanian, sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertanian modern di Desa Bambang. 3) Pemerintah Desa Bambang dengan instansi terkait diharapkan bekerjasama membangun program penanaman kembali pada lahan bekas pertambangan pasir, memfasilitasi alat dan mesin pertanian, menggiatkan penyuluhan praktik pertanian berkelanjutan, pembangunan akses jaringan internet untuk kemudahan informasi masyarakat, dan turut menguatkan sinergitas Kelompok Tani Desa Bambang melalui program-program pertani

English Abstract

Bambang Village is one of the villages in Wajak District, Malang Regency which carries out a lot of illegal sand mining activities. Mining activities in Bambang Village have further reduced changes in land quality from dry land to critical land. This phenomenon is closely related to sustainable agricultural practices carried out in Bambang Village. Therefore, research on the sustainability of farming was carried out, especially commodities of local varieties of corn and cassava varieties of tapak urang as the two most common farming commodities carried out in Bambang Village. The research was conducted to determine the income condition of corn and cassava farming, to analyze the sustainability index of corn and cassava farming through five dimensions (ecology, economy, socio-culture, technology, and institutions), as well as to analyze sensitive attributes that affect the sustainability of corn and cassava farming. The method used is Multidimensional Scaling (MDS) with a quantitative approach and the RAP-Multidimensional ordination technique (Rapid Appraisal for Multidimensional) which is a modification of the RAP-Fish software in the R application. In addition, the RAP-Multidimensional ordination technique includes sensitivity analysis (leverage analysis) to determine the significance level of the influence of each attribute on sustainability. Determination of research respondents was carried out through purposive sampling and census techniques so that a sample of 26 corn farmers and 26 cassava farmers were obtained as members of the Asih Wono 1, Asih Wono 2, and Asih Wono 3 Farmer Groups. Data collection techniques were carried out through interviews, observation, documentation, and distribution of questionnaires. Data analysis techniques are carried out through analysis of farm income and analysis of farming sustainability. The results of the analysis of farm income show that corn income per Ha with a 90-day harvest period is IDR 4.585.000 while cassava farming per Ha with a 11-month harvest period is IDR 6.802.250. If it is assumed that in one month, the corn farming income is IDR 1.528.000 while the cassava farming is IDR 618.386 so that the corn farming income is higher than cassava when viewed from the amount of income per month. Furthermore, an analysis of the sustainability of corn farming is carried out by showing a combination of five dimensions, namely ecological, economic, socio-cultural, technological and institutional dimensions. Analysis of the sustainability status studied from the ecological dimension includes five attributes namely: (X1.1) the amount of vegetation on dry land, (X1.2) the cycle of livestock waste into organic fertilizer, (X1.3) the recycling of plant waste into animal feed, (X1 .4) support for sustainable agriculture, and (X1.5) use of organic fertilizer per Ha. Based on the Rapfarm ordination output, the corn farming sustainability index was 71.3 with a fairly sustainable status while the cassava farming sustainability index was 66.90 with a fairly sustainable status. The attribute that most influences the level of sustainability of the ecological dimensions of corn farming is the amount xi of vegetation on dry land with an RMS value of 7.618 while cassava farming is strongly influenced by farmers' support for sustainable farming principles with an RMS value of 8.199. Analysis of the status of sustainability studied from the economic dimension includes five attributes, namely: (X2.1) farming capital, (X2.2) farming profits, (X2.3) setting selling prices for crops, (X2.4) ownership of agricultural machinery, and (X2.5) sales with/without processing of produce harvest. Based on the result output Rapfarm ordination, corn and cassava farming sustainability index has the same value of 77.78 with a very sustainable status. The attribute that most influences the level of sustainability of the two farms is the ownership of farming tools and machinery with an RMS value of 5.633. Analysis of the status of sustainability studied from the socio-cultural dimension includes five attributes namely: (X3.1) household participation in community social activities, (X3.2) gender equality in employment in agriculture, (X3.3) experience in running a farming business, (X3) .4) community education level, and (X3.5) household participation following the harvest thanksgiving tradition. Based on the Rapfarm ordination result output, the corn farming sustainability index is 85.91 with a very sustainable status while the cassava farming sustainability index is 76.33 with a very sustainable status. The attribute that most influences the level of sustainability of corn farming is the experience of running a farming business with an RMS value of 3.561 while the level of sustainability of cassava farming is strongly influenced by household participation in community social activities with an RMS value of 4.965. The analysis of the status of sustainability is assessed from the technological dimension including five attributes namely: (X4.1) availability of post-harvest technology, (X4.2) ownership of traditional and modern agricultural machinery, (X4.3) use of marketing applications, (X4.4) household access to the internet network, and (X4.5) farmer response to digital-based marketing technology. Based on the Rapfarm ordination output results, the corn farming sustainability index was 50.43 with a fairly sustainable status while the cassava farming sustainability index was assessed from the technological dimension, namely 49.77 with a less sustainable status. The attribute that most influences the level of sustainability of corn farming is studied from the technological dimension, namely traditional and modern agricultural machinery ownership, while for cassava farming, namely household access to the internet network with an RMS value for corn farming of 7.037 and an RMS value for cassava farming of 10.54. Analysis of the status of sustainability studied from the institutional dimension includes five attributes, namely: (X5.1) participation in land conservation counseling, (X5.2) the benefits of the existence of BUMDES, (X5.3) the benefits of the existence of microfinance institutions, (X5.4) the benefits of existence Farmer Groups, and (X5.5) participation in agricultural cultivation counseling. Based on the Rapfarm ordination output results, the corn and cassava farming sustainability index is the same at 84.43 with a very sustainable status. The attribute that most influences the level of sustainability of the two farms is the usefulness of the existence of Farm

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523040195
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 01 Aug 2023 02:01
Last Modified: 01 Aug 2023 02:01
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/202266
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
CECILIA FAUZIAH.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (4MB)

Actions (login required)

View Item View Item