Dipowaluyo, Brahmatya and Ir. Muhammad Satya Adhitama, ST., M.Sc., ClQaR., ClQnR (2023) Kualitas Visual Koridor Jalan Letjen Suprapto Kawasan Kota Lama Semarang Berdasarkan Presepsi Masyarakat. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Kota Semarang merupakan ibukota dari Provinsi Jawa Tengah yang memiliki peninggalan sejarah cukup banyak. Salah satunya ialah Kawasan Kota Lama yang masih ada dan dikenal sampai sekarang. Kawasan ini kaya akan bangunan-bangunan yang mengandung unsur nilai sejarah, namun kini sudah tidak berfungsi secara optimal. Kendatipun demikian, tidak semua bangunan dibiarkan begitu saja. Terdapat sejumlah bangunan yang masih berdiri dan aktif difungsikan untuk kegiatan perkantoran, perdagangan, jasa, maupun diperuntukkan untuk mengakomodasi aktivitas lain. Pada tahun 2015 Kota Lama Semarang telah masuk dalam “tentative list” UNESCO yaitu nominasi untuk daerah yang berpotensi menjadi Warisan Dunia (World Heritage). Program revitalisasi Kota Lama Semarang dimulai sekitar tahun 2017 dimana program tersebut mendukung pemerintah dalam upaya pelestarian kawasan budaya dan sejarah serta meningkatkan potensi wisata. Pengaruh revitalisasi terhadap kondisi bangunan pada Kawasan Kota lama hanya terkait perbaikan, peremajaan, dan alih fungsi bangunan tanpa mengubah bentuk fisik asli. Salah satu yang menjadi perhatian utama dalam upaya pembenahan ialah koridor Jalan Letjen Suprapto yang merupakan pusat kegiatan di Kawasan Kota Lama dan dikelilingi oleh bangunan cagar budaya yang dimana seharusnya dapat merepresentasikan citra dari Kawasan yang memiliki kekayaan seni, budaya, dan heritage. Koridor jalan yang memiliki panjang jalan kurang lebih 670 meter ini akan dirancang sebagai zona budaya yang diperuntukkan sebagai pusat kegiatan di Kawasan Kota Lama dan dikelilingi bangunan cagar budaya dengan fungsi perkantoran, pertokoan, restoran, dan ruang terbuka hijau. Kualitas visual koridor diukur oleh persepsi masyarakat dan diukur menggunakan semantic differential scale, serta menggunakan stimuli berupa foto. Survey dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur 125 persepsi masyarakat yang berada di koridor Jalan Letjen Suprapto. Hasil dari analisis mean score, seluruh variabel dinilai baik dan semua mean score diatas netral. Secara keseluruhan koridor jalan ini dinilai baik oleh pengunjung dengan nilai 6.02. Terdapat tiga faktor yang mendasari persepsi masyarakat terhadap kualitas visual koridor Jalan Letjen Suprapto. Faktor Kesatuan (Unity) yang menjelaskan proporsi komposisi bangunan, keterpaduan jalan satu dengan lainnya sehingga terlihat unik bagi pengunjung. iii Faktor Keteraturan (Organization) yang menjelaskan tentang kemenarikan ruang yang terbangun dan ruang terbuka hijau. Faktor Daya Tarik (Attractiveness) menjelaskan keberagaman bangunan yang ada pada koridor Jalan Letjen Suprapto sehingga menimbulkan kesan mudah diingat oleh pengunjung. Hasil analisis regresi menunjukkan hanya terdapat dua faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai kualitas visual koridor Jalan Letjen Suprapto yaitu faktor Keteraturan (Organization) dan Daya Tarik (Attractiveness) dengan nilai signifikansi .004 dan .000. Sedangkan faktor Kesatuan (Unity) tidak berpengaruh terhadap nilai kualitas visual dengan nilai signifikansi .077.
English Abstract
Semarang City is the Capital of Central Java Province that has quite a lot of historical heritage. One of them is the Kota Lama Area that still exists until today. This area is well known of the buildings that contain elements of historical value, but now they are not functioning optimally. However, not all buildings are left alone. There are a number of buildings that are still standing and are actively used for office activities, trade, services, or intended to accommodate other activities. In 2015, Kota Lama of Semarang was included in UNESCO's tentative list, the nominations for areas that have the potential to become World Heritage. Kota Lama revitalization program began around 2017 where the program supports the government in efforts to preserve cultural and historical areas and increase tourism potential. The effect of revitalization on the condition of buildings in the Kota Lama Area is only related to repair, rejuvenation and conversion of building functions without changing the original physical form. One of the main concerns of the improvement is the corridor of Letjen Suprapto Street became the center of activity in the Kota Lama area and is surrounded by cultural heritage buildings. It should be able to represent the image of the area, which is an area that known for wealth of art, culture and heritage. The road corridor which has a road length of approximately 670 meters will be designed as a cultural zone and designated as an activity center in the Kota Lama Area and is surrounded by cultural heritage buildings with office functions, shops, restaurants and green open spaces. The visual quality of the corridors is measured by people's perceptions and measured using a differential semantic scale, and using photographs as stimuli. The survey was conducted in the form of a questionnaire that used to measure the perceptions of 125 people who are in the corridor of Letjen Suprapto Street. The results of the mean score analysis is all variables are considered good and all mean scores are above neutral. Overall this road corridor is rated as good by visitors with a value of 6.02. There are three factors underlying the public's perception of the visual quality the corridor of Letjen Suprapto Street. Factor of Unity explains the proportion of building composition, the integration of roads with one v another so that they look unique to visitors. Factor of Organization explains the attractiveness of built-up spaces and green open spaces. Factor of Attractiveness explains the diversity of buildings in the corridor of Letjen Suprapto Street so that visitors can easily remember the impression. The results of the regression analysis showed that there were only two factors that most influenced the value of the visual quality of the corridor of Letjen Suprapto Street is Organizational and Attractiveness factors with significance values of .004 and .000. Meanwhile, the Unity factor has no effect on the visual quality value with a significance value of .077.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | 0522070478 |
Subjects: | 700 The Arts > 720 Architecture |
Divisions: | Fakultas Teknik > Arsitektur |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 12 Jun 2023 06:37 |
Last Modified: | 12 Jun 2023 06:37 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/201435 |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
BRAHMATYA DIPOWALUYO.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2024. Download (8MB) |
Actions (login required)
View Item |