Hubungan Antara Integrasi Pasar Bawang Merah Di Kota Malang dan Surabaya Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)

Azharuddinsyah., Rahmat and Rachman Hartono,, S.P., M.P. (2023) Hubungan Antara Integrasi Pasar Bawang Merah Di Kota Malang dan Surabaya Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Integrasi pasar atau keterpaduan pasar adalah suatu ukuran dimana untuk mengidentifikasi suatu fenomena di mana pasar barang dan jasa yang terkait satu sama lain, mengalami pola kenaikan atau penurunan yang serupa tentang harga produk tersebut yang menyebabkan perubahan harga pada pasar acuan dan pasar pengikutnya. Awal tahun 2020 dunia dikejutkan dengan mewabahnya suatu penyakit yang bermula di Provinsi Wuhan, China dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini diberi nama COVID-19 dan disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV2). Dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19 pemerintah mengambil berbagai kebijakan untuk mengurangi laju penyebarannya dengan cara mengurangi ruang gerak masyarakat dalam beraktivitas dalam segala bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Kebijakan tersebut meliputi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), New Normal, dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat dan level. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis fluktuasi harga komoditas bawang merah di Kota Malang dan Surabaya, (2) Menganalisis integrasi pasar horizontal komoditas bawang merah di Kota Malang dan Surabaya, (3) Menganalisis hubungan antara integrasi pasar horizontal komoditas bawang merah di Kota Malang dan Surabaya dengan penerapan level PPKM. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena data berupa angka yang kemudian dianalisis menggunakan metode statiska. Data berupa data sekunder runtut waktu (time series) harga komoditas bawang merah pada tingkat konsumen di Kota Malang dan Surabaya yang di ambil dari https://siskaperbapo.jatimprov.go.id mulai dari tanggal 3 Juli 2021 sampai 9 Mei 2022. Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif, uji normalitas, koefisien variasi, koefisien korelasi Pearson, dan diagram sebar (scatter plot) yang diolah menggunakan IMB SPSS 16. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan koevisien variasi didapatkan hasil bahwa harga komoditas bawang merah di Kota Malang dan Surabaya memiliki stabilitas harga yang terkendali atau harga rata-rata komoditas tidak berfluktuasi ekstrim karena nilai dari koevisien variasi (CV) tidak lebih dari 24% yang ditetapkan Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting dengan besaran koefisien variasi sebagai berikut: Pasar Dinoyo sebesar 15,1%, Pasar Oro-Oro Dowo sebesar 16,35%, dan Pasar Klojen sebesar 11,31% di Kota Malang. Besaran nilai koefisien korelasi pasar di Kota Surabaya di setiap pasar sebagai berikut: Pasar Wonokromo sebesar 17,04%, Pasar Keputran sebesar 14,7% dan Pasar Tambahrejo sebesar 19,26%. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan koefisien korelasi pearson didapatkan hasil bahwa pasar komoditas bawang merah di kota Malang dan Surabaya selama penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terintegrasi sedang hingga sangat kuat. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat korelasi koefisien pearson antar pasar di ii ii Kota Malang sebagai berikut: Dinoyo - Oro-Oro Dowo sebesar 0,567 (r=0,567), Dinoyo – Klojen sebesar 0,837 (r=0,837), dan Oro-Oro Dowo – Klojen sebesar 0,633 (r=0,633). Koefisien korelasi antar pasar di Kota Surabaya sebagai berikut: Wonokromo-Keputran sebesar 0,819 (r=0,819), Wonokromo-Tambahrejo sebesar 0,747 (r=0,747), dan Keputran-Tambahrejo sebesar 0,812 (r=0,812). Berdasarkan diagram sebar (scatter plot) penerapan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) level 1 hingga level 4 di daerah penelitian yaitu Kota Malang dan Surabaya memiliki pengaruh yang rendah terhadap integrasi pasar harga komoditas bawang merah. Hal tersebut dapat dilihat dari sebaran data yang menyebar disekitar garis linier pada diagram sebar sehingga dapat dikatakan pengaruh level PPKM (sumbu x) terhadap tingkat integrasi pasar (sumbu y) dikatakan rendah di setiap pasar yang berada di Kota Malang dan Surabaya. Penulis dapat memberikan saran kepada penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan data runtur waktu (time series) lebih banyak, mengunakan kota lain sebagai daerah penelitian sebagai pembanding integrasi pasar di kota lain selama penerapan Pemberlakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dan dapat digunakan sebagai bahan acuan atau pertimbangan oleh pemerintah jika di masa mendatang terjadi pandemic bahwa penerapan level PPKM memiliki pengaruh yang rendah terhadap tingkat integrasi pasar komoditas bawang merah di Kota Malang dan Surabaya.

English Abstract

Market integration or market cohesiveness is a measure by which to identify a phenomenon in which markets for goods and services that are related to each other, experience similar patterns of increases or decreases in the price of these products that cause price changes in the reference market and its follower markets. In early 2020, the world was shocked by the outbreak of a disease that began in Wuhan Province, China and quickly spread throughout the world including Indonesia. This disease is named COVID-19 and is caused by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). In an effort to prevent the spread of COVID-19, the government has taken various policies to reduce the rate of its spread by reducing the space for people to move in activities in all social, economic and cultural fields. These policies include Large-Scale Social Restrictions (LSCR), New Normal, and the Implementation of Emergency and Level Restrictions on Community Activities (IRCA). This study aims to (1) Analyze price fluctuations of shallot commodities in Malang and Surabaya Cities, (2) Analyze the horizontal market integration of shallot commodities in Malang and Surabaya Cities, (3) Analyze the relationship between horizontal market integration of shallot commodities in Malang and Surabaya Cities with the application of PPKM levels. This research uses a quantitative approach because the data is in the form of numbers which are then analyzed using statistical methods. The data is in the form of secondary time series of shallot commodity prices at the consumer level in Malang City and Surabaya which are taken from https://siskaperbapo.jatimprov.go.id starting from July 3, 2021 to May 9, 2022. This study uses descriptive statistical analysis techniques, normality test, coefficient of variation, Pearson correlation coefficient, and scatter plot which are processed using IMB SPSS 16. Based on the results of the analysis using the coefficient of variation, it was found that the price of shallot commodities in Malang and Surabaya City have controlled price stability or the average price of commodities does not fluctuate extreme because the value coefficient of variation (CV) is not more than 24% set bythe Directorate of Basic Needs and Essential Goods with the amount of the coefficient of variation as follows: Dinoyo Market by 15,1%, Oro-Oro Dowo Market by 16,35%, and Klojen Market by 11,31% in Malang City. The magnitude of the market correlation coefficient in Surabaya City in each market is as follows: Wonokromo Market by 17,04%, Keputran Market by 14,7% and Tambahrejo Market by 19,26%. Based on the results of the analysis using the Pearson correlation coefficient, it is found that the shallot commodity market in Malang and Surabaya during the implementation of the Restriction of Community Activities (PPKM) is moderately to very strongly integrated. This is indicated by the level of Pearson correlation coefficient between markets in Malang City as follows: Dinoyo - Oro-Oro Dowo by 0.567 (r=0.567), Dinoyo - Klojen by 0.837 (r=0.837), and Oro-Oro Dowo - Klojen by 0.633 (r=0.633). The correlation iv iv coefficient between markets in Surabaya City is as follows: WonokromoKeputran by 0.819 (r=0.819), Wonokromo-Tambahrejo by 0.747 (r=0.747), and Keputran-Tambahrejo by 0.812 (r=0.812). Based on the scatter plot, the application of IRCA (Implementation of Restrictions on Community Activities) level 1 to level 4 in the research area, namely Malang and Surabaya City, has a low influence on the market integration of shallot commodity prices. This can be seen from the distribution of data that spreads around the linear line on the scatter diagram so that it can be said that the effect of PPKM level (x-axis) on the level of market integration (y-axis) is said to be low in each market in Malang and Surabaya. The author can provide suggestions for further research so that it can use more time series data, use other cities as research areas as a comparison of market integration in other cities during the Implementation of the Restrictions on Community Activities (IRCA), and can be used as a reference or consideration by the government if in the future there is a pandemic that the application of the IRCA level has a low influence on the level of market integration of shallot commodities in Malang and Surabaya

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523040130
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: PKN 01 UB
Date Deposited: 12 Jun 2023 02:59
Last Modified: 12 Jun 2023 02:59
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/201400
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
RAHMAT_AZHARUDDINSYAH.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item