Status Keberlanjutan Dan Strategi Pengembangan Budidaya Udang Vaname Air Tawar Di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan Jawa Timur

Akhmaddin, Derry Bagus and Prof. Dr. Ir. Nuddin Harahab,, MP. and Prof. Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS. (2022) Status Keberlanjutan Dan Strategi Pengembangan Budidaya Udang Vaname Air Tawar Di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Udang vaname (L. vannamei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati, karena memiliki banyak keunggulan seperti relatif tahan penyakit, pertumbuhan cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari) sintasan selama pemeliharaan tinggi dan FCR-nya rendah. Permintaan pasar terhadap udang khususnya komoditas udang vaname masih sangat tinggi. Namun, budidaya udang vaname di air payau memiliki banyak kendala dan kegagalan dalam pelaksanaannya sehingga perlu diterapkan alternatif pengembangan pembesaran udang. Salah satunya dengan melakukan pembesaran udang vaname di air tawar. Hal ini didukung oleh sifat udang vaname yang mempunyai toleransi luas terhadap kadar garam atau salinitas sehingga udang mampu hidup dan bisa dibudidayakan di perairan tawar. Kabupaten Lamongan memiliki beberapa kawasan penghasil udang vaname yang di budidayakan diperairan tawar dengan sistem sawah tambak. Salah satu kawasan budidayanya ada di Kecamatan Glagah. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 39 tahun 2013 tentang penetapan Kawasan Minapolitan. Kabupaten Lamongan ditetapkan sebagai salah satu kawasan minapolitan dari 179 Kabupaten/Kota yang ditetapkan. Adapun wilayah yang dijadikan kawasan inti (minapolis) adalah Kecamatan Glagah. Keberlanjutan usaha budidaya udang vaname air tawar sangat dibutuhkan guna menjamin pemenuhan permintaan konsumsi udang di masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui status keberkelanjutan kegiatan budidaya udang vaname air tawar di Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan. Status keberkelanjutan dapat diukur dengan mencakup pendekatan lima dimensi keberlanjutan yang terdiri dari ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan kelembagaan. Kemudian dilakukan analisis RAPFISH (Rapid Appraissal for Fisheries) menggunakan pendekatan metode MDS (Multi Dimensional Scaling). Setelah diketahui status keberlanjutannya, dilakukan analisis faktor-faktor internal dan eksternal serta analisis SWOT untuk merumuskan strategi pengembangan budidaya. Analisis SWOT mengkaji mengenai kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (treaths) dalam pengembangan budidaya udang vaname air tawar di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian deskriptif dilakukan melalui survei, yang mana informasinya diperoleh dari sampel melalui pertanyaan. Hasil analisis keberlanjutan dengan pendekatan Multidimensional Scaling (MDS) terhadap 20 atribut budidaya pada dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan kelembagaan dengan masing-masing atribut berjumlah 4 atribut pada setiap dimensi diperoleh nilai indeks keberlanjutan secara keseluruhan sebesar 56,69 atau kurang dari nilai indeks 75 yang berarti status keberlanjutan budidaya udang vaname air tawar yang ada di Kecamatan Glagah termasuk cukup berkelanjutan. Berdasarkan hasil pembobotan dapat disimpulkan bahwa total skor faktor internal yang diperoleh dari pengurangan total faktor kekuatan dan faktor kelemahan sebagai sumbuh X yaitu -1,604. Total skor faktor eksternal yang merupakan hasil pengurangan antara total faktor peluang dan total faktor ancaman sebagai sumbu Y yaitu 0,691. Posisi nilai X dan Y termasuk dalam kuadran III. Posisi Kuadran III menandakan sebuah strategi yang lemah namun sangat berpeluang. Fokus strategi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal strategi sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik. Strategi pengembangan usaha budidaya udang vaname air tawar di Kecamatan Glagah yang bisa digunakan adalah 1) Menerapkan manajemen kualitas air yang baik untuk meningkatkan tingkat kelulushidupan udang, 2) Melakukan sosialisasi tentang permodalan perikanan melalui dinas terkait, 3) Melakukan sosialisasi dan penerapan CBIB kepada pembudidaya udang 4) Mengoptimalkan teknologi budidaya sesuai dengan daya dukung lingkungan perairan. 5) Mengaktifkan kembali kelompok pembudidaya melalui dukungan kebijakan pemerintah. 6) Memanfaatkan kemudahan akses pemasaran.

English Abstract

Vannamei shrimp (L. vannamei) is a type of introduced shrimp that has been in great demand lately, because it has many advantages such as relatively disease resistance, fast growth (100-110 days of maintenance), longevity during high maintenance and low FCR. The market demand for shrimp, especially the vannamei shrimp commodity, is still very high. However, the cultivation of vannamei shrimp in brackish water has many obstacles and failures in its implementation, so it is necessary to apply an alternative for the development of shrimp enlargement. One of them is by enlarging vannamei shrimp in fresh water. This is supported by the nature of vannamei shrimp which have a wide tolerance for salt or salinity levels so that the shrimp are able to live and can be cultivated in fresh waters. Lamongan Regency has several vannamei shrimp-producing areas which are cultivated in fresh waters with a pond rice system. One of the cultivation areas is in Glagah District. Based on the Decree of the Minister of Maritime Affairs and Fisheries number 39 of 2013 concerning the establishment of the Minapolitan Area. Lamongan Regency is designated as one of the 179 regencies/cities which are designated as minapolitan areas. The area that is used as the core area (minapolis) is Glagah District. The sustainability of the freshwater vannamei shrimp farming business is urgently needed to ensure the fulfillment of the demand for shrimp consumption in the community. Therefore it is necessary to conduct research to determine the status of sustainability of freshwater vannamei shrimp farming activities in Glagah District, Lamongan Regency. Sustainability status can be measured by covering a five-dimensional approach to sustainability consisting of ecology, economy, social, technology and institutions. Then the RAPFISH (Rapid Appraisal for Fisheries) analysis was carried out using the MDS (Multi Dimensional Scaling) method approach. Once the sustainability status is known, an analysis of internal and external factors and a SWOT analysis is carried out to formulate a cultivation development strategy. The SWOT analysis examines the strengths, weaknesses, opportunities and threats in the development of freshwater vannamei shrimp farming in Glagah District, Lamongan Regency. The research method used in this study is by using a qualitative descriptive method. Data collection in descriptive research was carried out through a survey, in which information was obtained from the sample through questions. The results of the sustainability analysis using the Multidimensional Scaling (MDS) approach to 20 cultivation attributes on the ecological, economic, social, technological and institutional dimensions with each attribute totaling 4 attributes in each dimension obtained an overall sustainability index value of 56.69 or less than index value of 75 which means the status of the sustainability of freshwater vannamei shrimp cultivation in Glagah District is quite sustainable. Based on the weighting results, it can be concluded that the total internal factor score obtained from subtracting the total strength factors and weakness factors as the X axis is -1.604. The total external factor score which is the result of subtracting the total opportunity factor and total threat factor as the Y axis is 0.691. The position of X and Y values is included in quadrant III. Quadrant III position indicates a weak but highly probable strategy. The focus of this strategy is to minimize internal strategic problems so that they can seize better opportunities. Strategies for developing freshwater vannamei shrimp farming in Glagah District that can be used are 1) Implementing good water quality management to increase the survival rate of shrimp, 2) Conducting socialization on fisheries capital through related agencies, 3) Conducting outreach and implementing CBIB to shrimp cultivators 4) Optimizing cultivation technology in accordance with the carrying capacity of the aquatic environment. 5) Reactivate cultivator groups through government policy support. 6) Take advantage of easy access to marketing.

Item Type:	Thesis (Magister)
Identification Number:	0422080016
Subjects:	600 Technology (Applied sciences) > 639 Hunting, fishing & conservation > 639.3 Culture of cold-blooded vertebrates
Divisions:	S2/S3 > Magister Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Depositing User:	soegeng sugeng
Date Deposited:	26 May 2023 02:51
Last Modified:	26 May 2023 02:51
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/200419

Text (MASA MASA EMBARGO) Derry Bagus Akhmaddin.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2024. Download (3MB)

Actions (login required)

View Item