Audhiarahman, Rafly and Prof. Dr. Ir. Osfar Sjofjan,, M. Sc., IPU., ASEAN Eng (2023) Efek Penambahan Tepung Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) Enkapsulasi Sebagai Aditif Pakan Terhadap Persentase Berat Organ Dalam, Persentase Lemak Abdominal dan Warna Kaki Ayam Pedaging. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Ayam pedaging (broiler) merupakan jenis ternak unggas penghasil daging yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Ayam pedaging mempunyai kelebihan berupa pertumbuhannya yang relatif cepat. Namun, untuk mencapai hasil yang maksimal dibutuhkan pakan dan takaran yang tepat. Pakan mencakupi 60—70% dari biaya produksi, oleh karena itu diperlukan cara untuk mengurangi biaya tersebut. Salah satunya adalah dengan menambahkan aditif pakan. Aditif pakan adalah bahan yang ditambahkan dengan jumlah yang kecil untuk meningkatkan kandungan gizi pakan. Aditif pakan yang sering dan banyak digunakan salah satunya antibiotik. Namun, penggunaan aditif pakan antibiotik menimbulkan masalah baru berupa residu yang tertinggal dalam produk ternak sehingga dapat membahayakan bagi konsumen maupun ternak. Salah satu aditif pakan alternatif yaitu dengan menggunakan tenaman herbal atau fitobiotik. Fitobiotik yang digunakan ialah rimpang temulawak. Temulawak mempunyai beberapa khasiat, diantaranya antibakteri, menurunkan kadar kolesrerol, anti radang, maupun antioksidan. Zat aktif yang terkandung diantaranya adalah kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin. Adanya zat aktif tersebut menyebabkan temulawak yang sudah diubah menjadi tepung mudah rusak apabila terkena matahari secara langsung. Sehingga akan mengurangi kandungan yang ada. Salah satu cara untuk melindungi zat tersebut dengan melakukan enkapsulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung temulawak (Curcuma xanthorhizza Roxb) enkapsulasi sebagai aditif pakan terhadap persentase berat organ dalam, persentase lemak abdominal, dan warna kaki ayam pedaging. Penelitian dilaksanakan mulai pada bulan November—Desember 2022 di kandang milik bapak Samsul yang berada di Desa Ampeldento, Kecamatan Karang Ploso, Malang. Proses pembuatan enkapsulasi temulawak dilakukan di laboratorium Industri Pakan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Materi penelitian ini menggunakan 144 ekor ayam pedaging dengan strain Lohmann yang diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia dengan rata-rata berat pada saat DOC ialah 35,74 g/ekor dengan nilai koefisien keragaman sebesar 4,759%. Ayam pedaging dipelihara sampai umur 35 hari. Kandang yang digunakan adalah litter dengan jumlah 24 unit dengan ukuran 80x80x100cm2, pakan yang digunakan ialah BR-1 yang diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia dengan ditambahkan antibiotik atau tepung temulawak enkapsulasi. Metode yang digunakan ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan yang berisikan 6 ekor ayam pedaging pada tiap ulangannya. Perlakuan pada penelitian yaitu P0 (pakan basal), P1 (pakan basal+antibiotic 0,1%), P2 (pakan basal + 0,25% enkapsulasi temulawak), P3 (pakan basal + 0,5% enkapsulasi temulawak), P4 (pakan basal + 0,75% enkapsulasi temulawak), dan P5 (pakan basak + 1,0% enkapsulasi temulawak). Variabel yang viii diamati yaitu persentase berat organ dalam (jantung, hati, limpa, dan gizzard), persentase lemak abdominal, dan warna kaki ayam pedaging. Data yang diperoleh ditabulasi dengan program Microsoft Excel dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s (UJBD). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, rata-rata persentase berat jantung yang tertinggi adalah pada P1 (0,51±0,037) dan yang terendah ialah P5 (0,39±0,024). Rataan persentase berat hati tertinggi adalah pada P0 (2,33±0,18) dan yang terendah ialah P3 (1,86±0,19). Rataan persentase berat limpa yang tertinggi terdapat pada P4 (0,14±0,106) dan yang terendah pada P3 (0,08±0,016). Rataan persentase lemak abdominal yang tertinggi terdapat pada P2 (1,40±0,29) dan yang terendah pada P5 (1,17±0,14). Rataan warna kaki ayam pedaging yang tertinggi terdapat pada P0 (9,75±1,09) dan yang terendah pada P2 (8±0,71). Berdasarkan hasil analisa statistik menunjukkan bahwa penambahan tepung temulawak (Curcuma xanthorhizza Roxb) enkapsulasi sebagai aditif pakan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase berat organ dalam (jantung, hati, limpa, dan gizzard), persentase lemak abdominal, dan warna kaki ayam pedaging. Namun, pemberian pakan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang negatif terhadap organ dalam yang memiliki berat masih dalam batas normalnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan tepung temulawak (Curcuma xanthorhizza Roxb) enkapsulasi sebagai aditif pakan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase berat organ dalam, persentase lemak abdominal, dan warna kaki ayam pedaging.
English Abstract
The research was aimed to determine the effect of addition of Temulawak (Curcuma xanthorhizza Roxb.) encapsulation flour as feed additive to the internal organ, abdominal fat, and shank colour of broiler. The research was carried out from August— November 2022 in the poultry house owned by Mr. Samsul in Ampeldento Village, Karang Ploso District, Malang. The process of making encapsulated Temulawak was carried out in the Animal Feed Industry Laboratory, Faculty of Animal Husbandry, Universitas Brawijaya. The material used were 144 chickens with average weight of 35,74 gram/head with the value coefficient of variation 4,759%. The chickens reared until 35-days old. The method used was a field experiment designed using a Completely Randomized Design (CRD) with 6 treatments and 4 replications. The feed used was complete feed, Curcuma xanthorhizza Roxb., and antibiotics (zinc bacitracin). The research treatments were P0 (basal feed), P1 (basal feed + antibiotic (zinc bacitracin) 0.1%), P2 (basal feed + Temulawak encapsulation flour 0.25%), P3 (basal diet + temulawak encapsulation flour 0.5%), P4 (basal diet + temulawak encapsulation flour 0.75%), and P5 (basal diet + temulawak encapsulation flour 1.0%). The variables observed were internal organ percentage, abdominal fat, and shank colour of broilers. The data were analyzed using variance (ANOVA), if there were significantly different results, it was continued using the Duncans Multiple Range Test (DMRT). The result showed that there are no significant different (P<0,05) in the addition of Temulawak (Curcuma xanthorhizza Roxb.) encapsulation as feed additive to internal organ percentage, abdominal fat, and shank colour of broilers. But, it showed that used encapsulation temulawak as feed additive, not giving a negative effect to the broiler. In conclusion, addition of encapsulation Temulawak as feed additive not showing significant effect but not giving any negative impact on percentage of internal organ, percentage of abdominal fat, and shank colour of broilers.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | 0523050129 |
Uncontrolled Keywords: | Aditif pakan, ayam pedaging, organ dalam, warna betis .- Feed additive, broiler, internal organ, shank colour |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry |
Divisions: | Fakultas Peternakan > Peternakan |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 17 May 2023 02:38 |
Last Modified: | 17 May 2023 02:38 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/199759 |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
RAFLY AUDHIARAHMAN.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2025. Download (1MB) |
Actions (login required)
View Item |