Pengaruh Penambahan Enkapsulasi Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai Feed Additive dalam Pakan terhadap Penampilan Produksi Burung Puyuh

Ananda, Miko and Dr.Ir. Eko Widodo, M.Agr.Sc. (2023) Pengaruh Penambahan Enkapsulasi Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai Feed Additive dalam Pakan terhadap Penampilan Produksi Burung Puyuh. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan pada setiap tahunnya yang berdampak pada jumlah permintaan akan pangan, khususnya pangan asal ternak sebagai upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani harian. Burung puyuh merupakan salah satu unggas yang banyak dipelihara sebagai hewan ternak untuk dimanfaatkan daging dan telurnya. Peningkatan permintaan telur puyuh mengakibatkan meningkatnya populasi burung puyuh yang dibarengi juga dengan peningkatan permintaan akan pakan. Pakan memiliki persentase lebih dari 70% dari biaya produksi usaha peternakan ayam petelur, sehingga diperlukan suatu upaya agar pakan dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien oleh ternak. AGP yang merupakan feed additive yang biasa digunakan telah dilarang digunakan oleh pemerintah, sehingga diperlukan alternatif feed additive. Asap cair tempurung kelapa merupakan salah satu alternatif yang dapat menggantikan peran AGP dalam meningkatkan penampilan produksi burung puyuh. Asap cair tempurung kelapa mengandung senyawa fenol dan karboni yang bersifat sebagai antioksidan dan antibakteri, senyawa asam dalam asap cair membuat asap cair memiliki pH yang asam sehingga dapat mengoptimalkan pencernaan unggas. Perlakuan metode enkapsulasi pada asap cair dapat melindungi asap cair tempurung kelapa dari berbagai kerusakan. Penambahan enkapsulasi asap cair tempurung kelapa pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh enkapsulasi asap cair tempurung kelapa terhadap penampilan produksi burung puyuh dan potensinya dalam menggantikan peran antibiotik pada ternak burung puyuh. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi mahasiswa maupun masyarakat dalam mengetahui kegunaan dari enkapsulasi asap cair tempurung kelapa. Penelitian dilakukan mulai dari tanggal 15 - 27 Juli 2022 sebagai tahap persiapan dan diteruskan pada tanggal 28 Juli – 31 Agustus 2022 sebagai tahap penelitian yang dilakukan di Peternakan milik Keluarga Bapak Syamsul Hadi yang beralamatkan di Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 120 ekor burung puyuh berumur 43 hari. Kandang menggunakan kandang tipe baterai berjumlah 12 kandang yang masing- masing berisi 10 burung puyuh. Burung puyuh diberikan pakan pabrikan yang diproduksi oleh PT. Sreeya Sewu dengan penambahan antibiotik bacitracin dan enkapsulasi asap cair tempurung kelapa dengan kadar yang berbeda. Air minum diberikan secara ad libitum dan selalu dikontrol. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan terdiri dari P0(Pakan basal + antibiotik bacitracin 0,05%), P1(Pakan basal + enkapsulasi asap cair 0,05%), P2(Pakan basal + enkapsulasi asap cair 0,1%), dan P3(Pakan basal + enkapsulasi asap cair 0,15%). Data yang dihasilkan dilakukan tabulasi, kemudian diolah secara statistik menggunakan analisis ragam dengan metode RAL. Hasil dari penelitian ini adalah penambahan enkapsulasi asap cair ke dalam pakan burung puyuh tidak memberikan pengaruh yang berbeda secara nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan, produksi telur, konversi pakan, egg mass, berat telur, mortalitas dan IOFC. Rataan konsumsi pakan dari yang tertinggi, yaitu P2 (27,90 ± 0,07), P0+(27,89 ± 0,10), P1(27,68 ± 0,34), dan P3(27,60 ± 0,21) dalam satuan g/ekor/hari. Rataan produksi telur dari yang tertinggi, yaitu P1(74,64 ± 4,80), P2(73,69 ± 7,58), P3(72,86 ± 1,86), dan P0+(69,40 ± 8,12) dalam satuan persen (%). Rataan berat telur dari yang tertinggi, yaitu P0+(11,72 ± 0,26), P3(11,58 ± 0,33), P1(11,52 ± 0,26), dan P2(11,42 ± 0,06) dalam satuan g/butir. Rataan egg mass dari yang tertinggi, yaitu P1(8,68 ± 0,66), P3(8,57 ± 0,10), P2(8,48 ± 0,86) dan P0+( 8,20 ± 1,07) dalam satuan g/ekor/hari. Rataan konversi pakan dari yang terendah, yaitu P2(3,86 ± 0,69), P0+(4,18 ± 0,95), P3(4,48 ± 0,17), dan P1(4,52 ± 0,24). Rataan mortalitas dari yang tertinggi, yaitu P3(0 ± 0), P1(3,33 ± 5,77), P3(6,67 ± 11,55), dan P0+(6,67 ± 11,55) dalam satuan persen (%) atau sebesar 4,17% dari total populasi burung puyuh. Rataan Income Over Feed Cost (IOFC) dari yang tertinggi, yaitu P1(45,60 ± 19,49), P3( 41,53 ± 4,15), P2(37,84 ± 24,00), dan P0+(30,79 ± 28,86) dalam satuan Rp/ekor/hari. Secara statistik pemberian perlakuan enkapsulasi asap cair ke dalam pakan burung puyuh tidak mempengaruhi konsumsi pakan, produksi telur, konversi pakan, egg mass, berat telur, mortalitas maupun IOFC burung puyuh. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penambahan enkapsulasi asap cair ke dalam pakan burung puyuh tidak memberikan hasil yang berbeda dengan pemberian antibiotik ke dalam pakan burung puyuh yang ditinjau dari penampilan produksi telurnya. Enkapsulasi asap cair memiliki prospek menggantikan peran antibiotik pada burung puyuh dengan parameter konsumsi pakan, produksi telur, konversi pakan, egg mass, berat telur, mortalitas dan Income Over Feed Cost (IOFC) dan pemberian enkapsulasi asap cair dengan kadar 0,05% pada pakan memberikan hasil terbaik. Pemberian enkapsulasi asap cair dapat dilakukan oleh peternak dengan kadar 0,05% untuk meningkatkan penampilan produksi burung puyuh dan meningkatkan keuntungan bagi peternak.

English Abstract

This research was conducted to determine the effect of addition of encapsulation of coconut shell liquid smoke as feed additive on performance of laying quails and its potential to replace the role of antibiotics. The research materials were 120 laying quails and commercial feed and encapsulated liquid smoke. The method used in this study was an experiment in a completely randomized design with 4 treatments and 3 replications with 10 quails for each replication. The treatments consisted addition of 0.05% antibiotic zinc bacitracin in basal feed as control treatment (P0+), addition of 0.05% encapsulated liquid smoke in basal feed (P1), addition of 0.1% encapsulated liquid smoke in basal feed (P2), and addition of 0.15% encapsulated liquid smoke in basal feed (P3). The variable observed were production performances including feed consumption, egg production, egg weight, egg mass, feed conversion rasio, mortality, and Income Over Feed Cost (IOFC). The data were analyzed by using ANOVA and different among means were tested using Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The result showed that the addition of encapsulated liquid smoke didn’t give a significant effect (P>0,05) on feed consumption, egg production, egg weight, egg mass, feed conversion rasio, mortality, and Income Over Feed Cost (IOFC). It can be concluded that encapsulated liquid smoke can replace the role of antibiotic in laying quail and addition of 0,05% encapsulated liquid smoke in feed gives the best results on the production performance of laying quail.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523050090
Uncontrolled Keywords: berkapsul, asap cair, burung puyuh petelur, pertunjukan .- encapsulated, liquid smoke, laying quail, performances
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 16 May 2023 01:38
Last Modified: 16 May 2023 01:38
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/199612
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Miko Ananda.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item