Festival Tradisi Bau Nyale: Komodifikasi dan Respon Masyarakat dalam Event Pariwisata Budaya di Lombok Tengah

Aththar, Fariduddin and Nindyo Budi Kumoro, S.Ant, M.A (2022) Festival Tradisi Bau Nyale: Komodifikasi dan Respon Masyarakat dalam Event Pariwisata Budaya di Lombok Tengah. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Bau nyale pada mulanya adalah tradisi masyarakat di bagian Selatan Pulau Lombok yang diadakan setahun sekali untuk memanen kemunculan cacing laut sesuai mitos Putri Mandalika. Pemerintah melihat potensi pariwisatanya dan kemudian melakukan intervensi dengan melaksanakan festival untuk memeriahkan pelaksanaannya. Penelitian ini mencoba untuk: (1) melihat bagaimana tradisi bau nyale dikomodifikasi menjadi festival, dan (2) melihat respon masyarakat terhadap proses komodifikasi yang terjadi dalam festivalisasi tradisi. Tujuan besarnya adalah melihat bagaimana proses komodifikasi agenda tradisional temporal melalui agenda festival. Berkaca pada festivalisasi tradisi di banyak tempat, setidaknya ada empat konsep yang digunakan untuk menganalisa, (1) patronase negara dalam kebijakan kebudayaan, (2) pertunjukan budaya, (3) penemuan tradisi, dan (4) pendekatan komodifikasi untuk melihat respon masyarakat. Metodologi etnografis digunakan untuk berhadapan langsung dengan masyarakat selaku pelaku budaya, dengan teknik wawancara mendalam terhadap beberapa elit pejabat, pelaku usaha dalam industry pariwisata hingga masyarakat lokal yang terdampak pariwisata. Beberapa rekaman acara juga digunakan untuk melihat bagaimana pemerintah memvalidasi sistem patronase mereka dalam sambutan-sambutan acara festival. Hasil penelitian ini menunjukkan setidaknya ada berbagai macam bentuk komodifikasi budaya dalam festivalisasi tradisi, namun tetap berada pada tiga konsep di mana ketiganya saling bersinggungan dan tumpang tindih, seperti kemunculan pertunjukan-pertunjukan budaya di luar konteks bau nyale maupun penemuan kembali pertunjukan-pertunjukan lama yang telah hilang konteksnya di masa kini. Patronase negara juga banyak berpengaruh dengan mengarahkan bagaimana seharusnya budaya Sasak ditampilkan sekaligus menjadi kesatuan dengan kebudayaan Indonesia. Penggunaan material-material lama seperti sejarah dan mitos membantu penemuan-penemuan tradisi baru untuk memberikan kemeriahan pada festival. Respon masyarakat dapat dilihat melalui dua kutub, antara positif-konstruktif dan negatif-kritis, namun respon bernada kritis lebih banyak ditemukan sebagai hal yang wajar dikarenakan proses komodifikasi yang terjadi dalam waktu cukup singkat sehingga memerlukan lebih banyak waktu bagi pemerintah maupun praktisi pariwisata untuk melihat festival sebagai agenda kebudayaan yang stabil dan berkelanjutan.

English Abstract

Bau Nyale was a community tradition in the southern part of Lombok Island which was held once a year to harvest the appearance of sea worms according to the myth of Princess Mandalika. The government saw its tourism potential and then intervened by holding a festival to enliven its implementation. This research tries to: (1) see how the bau nyale tradition is commodified into a festival, and (2) look at the community's response to the commodification process that occurs in the festivalization of traditions. The main goal is to see how the process of commodification of the traditional temporal agenda through the festival agenda. Reflecting on the festival of traditions in many places, there are at least four concepts that are used to analyze, (1) state patronage in cultural policies, (2) cultural performances, (3) inventing tradition, and (4) commodification approach to see community's responses. The ethnographic method is used to deal with the community as cultural actors, with in-depth interview techniques with several elite officials, and business actors in the tourism industry to local communities affected by tourism. Several recordings of the event were also used to see how the government validated their patronage system in speeches at festival events. The results of this study state that there are at least various forms of cultural commodification in the festivalization of traditions, yet, there are still three concepts where the three intersect and overlap, such as the emergence of cultural performances outside the context of bau nyale and the rediscovery of old performances that have been lost context in the present. State patronage also has a lot of influence by directing how the Sasak culture should be displayed as well as being integrated with Indonesian culture. The use of old materials such as history and myths helps discover new traditions to bring joy to the festival. Community responses can be seen through two poles, between positive-constructive and negative-critical, but more critical responses are found to be normal because the commodification process occurs in a short time so it takes more time for the government and tourism practitioners to see the festival as a stable and sustainable cultural agenda.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0522120279
Uncontrolled Keywords: Festival, tradisi, bau nyale, komodifikasi, tradition, commodification
Subjects: 300 Social sciences > 301 Sociology and anthropology
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Antropologi Budaya
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 10 May 2023 06:13
Last Modified: 10 May 2023 06:13
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/199249
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Fariduddin Aththar AM.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2024.

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item