Putranto, Kurniawan Hary and Prof. Eko Ganis Sukoharsono,, SE., Ak., M.Com (hons)., Ph.D. and Prof. Dr. Ir. Soemarno,, MS. and Dr. rer. Nat, Ir. Arief Rachmansyah.,, MS (2018) Analisa Integrasi Manajemen Transportasi dan Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Barang Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan (Studi Empiris di Provinsi Jawa Timur). Doktor thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Jawa Timur memegang peranan sebagai pintu masuk perdagangan untuk Indonesia wilayah timur, hal tersebut dapat ditinjau dari data perkembangan jenis kendaraan bermotor di Jawa Timur tahun 2011-2017 yang diperoleh dari Dispenda Provinsi Jawa Timur tahun 2017 yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah kendaraan pada setiap tahunnya, khususnya kendaraan angkutan barang. Adanya pertumbuhan yang pesat pada sektor transportasi berdampak pada penurunan kualitas kehidupan kota, dengan ditandai oleh penurunan kualitas udara perkotaan, peningkatan angka kecelakaan serta meningkatnya tekanan kejiwaan akibat kemacetan. Terjadinya peningkatan volume kendaraan yang digunakan, dimana lebih besar dari kebutuhan, harus diimbangi dengan kapasitas jalan raya. Saat kapasitas jalan raya ditingkatkan namun peningkatan tersebut tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan bermotor khususnya angkutan barang, maka akan berpengaruh terhadap kelancaran angkutan barang dan distribusi logistik di Jawa Timur. Transportasi yang lancar merupakan faktor pendukung pembangunan, baik pembangunan fisik, maupun ekonomi. Kelebihan muatan di Indonesia sudah di atur dengan peraturan daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2012 mengenai pengendalian kelebihan muatan angkutan barang mengenai berat muatan serta sanksi yang akan diberikan adalah sanksi denda, dimana sanksi yang diberikan kepada pengemudi dan/atau perusahaan angkutan umum barang dan/atau pemilik barang yang mengangkut barang dengan kelebihan muatan 5% sampai dengan 25% dari JBI berupa denda dengan besaran sesuai dengan kategori yang ditetapkan. Kerusakan konstruksi jalan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang disebabkan jarak tempuh menjadi lebih lama, pemborosan bahan bakar, kehilangan waktu perjalanan, serta akan percepatan proses kerusakan keausan suku cadang kendaraan. Perlunya menurunkan kelebihan muatan pada angkutan barang perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan jalan dan jalan dapat bertahan sesuai dengan umur rencananya. Kelebihan muatan yang terjadi di Indonesia diakibatkan kurangnya wawasan mengenai batas muatan yang telah ditetapkan pemerintah. Selain itu, sebagian besar pemilik jasa angkutan barang tidak memiliki fasilitas penimbang seperti yang dimiliki oleh jembatan timbang, sehingga muatan yang berlebih baru dapat diketahui ketika kendaraan melintasi jembatan timbang. Kerusakan jalan akibat muatan berlebih, menimbulkan dampak terhadap biaya kerusakan jalan dan biaya akibat pengurangan umur pelayanan jalan. Berdasarkan hal tersebut, muncul permasalahan dimana para pengusaha meminimalkan jumlah kendaraan yang berfungsi meminimalisir biaya yang dikeluarkan untuk angkutan barang. Seiring dengan berkembangnya permasalahan kelebihan muatan angkutan barang yang dipicu karena menekan pengeluaran biaya operasional sehingga memaksimalkan penggunaan kendaraan angkutan barang dengan jumlah yang terbatas, timbul berbagai permasalahan yang lain seperti kemacetan dan konsentrasi gas buang yang berlebih. Emisi yang dihasilkan dari kendaraan akan semakin tinggi, menyesuaikan dengan beban yang diangkut oleh angkutan barang. Pemerintah telah berupaya mengatasi permasalahan tersebut dengan menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah yang mengatur penetapan baku mutu udara dan baku mutu emisi gas buang. Emisi gas buang merupakan sisa gas pembakaran yang keluar dari celah antara piston dan dinding silinder gas buang dihasilkan dari uap bahan bakar dari tanki. Emisi gas buang yang terlalu tinggi berpengaruh terhadap kesehatan manusia, tingginya kandungan karbon monoksida (CO) akan mengurangi oksigen dalam darah sehingga menyebabkan gangguan berpikir, kandungan hidrokarbon (HC) yang melebihi ambang batas dapat menyebabkan iritasi mata, batuk, rasa ngantuk, bercak kulit dan perubahan kode genetik, serta kandungan karbon dioksida (CO2) berdampak pada pemanasan global. Emisi gas buang disebabkan oleh kebiasaan pola mengemudi, jenis mesin kendaraan, alat pengendali emisi bahan bakar, serta suhu operasi serta kualitas dari bahan bakar. Suatu kegiatan dalam bidang transportasi merupakan serangkaian gerak perpindahan baik manusia maupun barang. Hal tersebut tidak terlepas dari kecepatan bergerak yang merupakan komponen yang saling berkaitan dengan waktu tempuh. Kecepatan dinyatakan dalam kilometer/jam. Menurut Tamin (2008), waktu tempuh perjalanan merupakan waktu total yang diperlukan, meliputi waktu berhenti dan hambatan dari suatu tempat ke tempat lain dengan berdasarkan rute tertentu. Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan transportasi dan penetapan tarif adalah biaya. Biaya juga sebagai alat kontrol dalam pengoperasian mencapai tingkat yang seefisien dan seefektif mungkin. Menurut Kementerian Pekerjaan Umum, Biaya Operasional Kendaraan adalah biaya total yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kendaraan pada suatu kondisi lalu lintas dan jalan untuk jenis kendaraan per kilometer jarak tempuh. Analisis terhadap lingkungan merupakan salah satu komponen dalam Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan, dalam Sukoharsono (2007) menyatakan beberapa alasan mendasar yang harus dilakukan dalam pengelolaan perusahaan sebagai dasar dalam menjalankan prinsip ekologis. Terdapat enam dasar dalam paradigma pengelolaan lingkungan yaitu : keberlangsungan hidup manusia, konsesus umum, peluang pasar, pengurangan resiko, pengurangan biaya, dan integritas personal. Enam dasar tersebut bertujuan untuk meminimalkan efek keberadaan suatu perusahaan terhadap lingkungan dan sosial. Hal tersebut penting untuk diterapkan pada perusahaan jasa kendaraan angkutan barang, dimana perusahaan angkutan barang bersinggungan secara langsung dengan menimbulkan dampak nyata pada lingkungan. Kelancaran angkutan barang akan berdampak pada biaya transportasi angkutan barang karena Jika kondisi jalan mengalami kemacetan maka konsumsi BBM meningkat, dampak lain yang ditimbulkan adalah hilang opportunity cost karena waktu yang seharusnya dapat dihabiskan untuk aktifitas ekonomi yang lain kini dihabiskan di jalan. Pentingnya pengaruh Kinerja Transportasi Angkutan Barang yang terhadap pertumbuhan ekonomi berwawasan pembangunan berkelanjutan karena proses tersebut saling berkaitan, oleh karena itu penting untuk menganalisis faktor-faktor yang terkait dalam hal tersebut. Transportasi berkelanjutan adalah suatu sistem transportasi dengan penggunaan bahan bakar, emisi kendaraan, tingkat keamanan, kemacetan, dan aspek sosial serta ekonomi yang tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat diantisipasi oleh generasi yang akan datang (Richardson et al, 2002). Pengelolaan terhadap lingkungan merupakan salah satu komponen yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, fungsi pengelolaan terhadap lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja namun juga memerlukan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat yg terlibat. Adapun fungsi pemerintah dalam pengelolaan lingkungan berkaitan dengan fungsi pengawasan. Sukoharsono (2005) menyebutkan bahwa kebijakan tentang lingkungan hidup dikelompokkan menjadi peraturan lingkungan langsung dan tidak langsung dimana peraturan diklasifikasikan menjadi : Perundang – undangan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Keputusan/Peraturan Menteri. Terdapat beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan dampaknya terhadap kinerja angkutan barang di Indonesia, khususnya Jawa Timur. Beberapa faktor yang telah ditentukan dapat dikaji lebih lanjut untuk mengetahui faktor mana yang memiliki tingkat signifikansi tertinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui performa Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan di Jawa Timur dengan menganalisa pengaruh variabel bebas (X) yaitu Kelebihan Muatan (X1), Emisi Gas Buang kendaraan (X2), dan Travel Time (X3) terhadap variabel tidak bebas (Y) yaitu Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan secara langsung ataupun melalui variabel moderasi (Z) yaitu Biaya Operasional Kendaraan. Secara lebih rinci tujuan dari penelitian ini adalah (a) menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh Kelebihan Muatan terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan; (b) menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh Emisi Gas Buang angkutan barang terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan; (c) menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh Travel Time terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan; (d) menguji dan menganalisa apakah Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Barang dapat memoderasi pengaruh antara Kelebihan Muatan terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan secara signifikan; (e) menguji dan menganalisa apakah Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Barang dapat memoderasi pengaruh antara Emisi Gas Buang terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan secara signifikan; serta (f) menguji dan menganalisa apakah Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Barang dapat memoderasi pengaruh antara Travel Time terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan secara signifikan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling – Partial Least Square (SEM – PLS) dengan data yang diperoleh dari hasil survei dengan menggunakan kuisioner dengan skala likert. PLS merupakan analisis yang fleksibel sehingga dapat diterapkan pada semua skala data yang tidak membutuhkan banyak asumsi dan ketentuan ukuran sampel yang besar. Model pada penelitian yang dilakukan terdapat variabel moderasi, dimana variabel moderasi merupakan variabel yang bersifat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode PLS dengan variabel moderasi, pemilihan variabel moderasi didasarkan pada hasil pemikiran serta pertimbangan teoretis oleh peneliti sehingga suatu variabel memungkinkan untuk dijadikan variabel moderasi atau tidak. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh kendaraan transportasi angkutan barang yang melintasi 4 koridor jembatan timbang, yaitu Jembatan Timbang Singosari, Jembatan Timbang Sedarum, Jembatan Timbang Trowulan, dan Jembatan Timbang Jrengik. Sampel pada penelitian ini merupakan 400 unit kendaraan angkutan barang yang melintasi masing-masing koridor penelitian. Penelitian ini pada dasarnya menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang akan diteliti. Hubungan tersebut pada dasarnya dijelaskan dan dikuatkan oleh teori dan hasil – hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hubungan antar variabel yang diteliti pada penelitian ini dapat dijelaskan berdasarkan model yang dibuat dengan menggunakan variabel independen, variabel dependen, serta variabel moderasi. Penelitian ini mengambil beberapa daerah Provinsi Jawa Timur yang terwakili dalam empat koridor wilayah yang ditetapkan. Empat koridor yang dimaksud meliputi wilayah utara (Kabupaten Sampang), wilayah barat (Kabupaten Pasuruan), wilayah timur (Kabupaten Mojokerto) dan wilayah selatan (Kabupaten Malang). Keempat koridor tersebut memiliki titik awal perjalanan yang sama yaitu berasal dari Surabaya dengan titik akhir perjalanan kendaraan angkutan barang adalah di Jembatan Timbang (JT). Berdasarkan pemaparan yang demikian, maka populasi penelitian ini adalah seluruh golongan kendaraan berat angkutan barang di Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari golongan kendaraan 6A (truk 2 as), 6B (truk 2 as), 7A (truk 3 as), 7B (truk kombinasi/gandengan) dan golongan 7C (trailler). Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dimana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Pada simple random sampling pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata pada populasi tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh temuan bahwa evaluasi validitas konstruk baik formatif maupun reflektif menunjukkan hasil yang valid, dimana evaluasi validitas formatif menunjukkan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur variabel Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan dinyatakan valid dan evaluasi validitas konstruk reflektif menunjukkan bahwa indikator Kelebihan Muatan, Emisi Gas Buang, Travel Time, dan Biaya Operasional Kendaraan dinyatakan valid dalam mengukur variabel Kelebihan Muatan, Emisi Gas Buang, Travel Time, dan Biaya Operasional Kendaraan. Hasil evaluasi reliabilitas menunjukkan bahwa keempat variabel tersebut dinyatakan reliabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua hipotesis diterima secara signifikan. Kelebihan Muatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Emisi Gas Buang kendaraan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Travel Time memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Ketiga variabel tersebut penting untuk pengaruh Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan, dimana setiap terjadi peningkatan pada masing-masing dari 3 variabel tersebut, akan menurunkan Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan. Hasil lebih lanjut dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa Kelebihan Muatan yang dimoderasi oleh Biaya Operasional Kendaraan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Emisi Gas Buang kendaraan yang dimoderasi oleh Biaya Operasional Kendaraan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Travel Time yang dimoderasi oleh Biaya Operasional Kendaraan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Ini berarti bahwa variabel Biaya Operasional Kendaraan juga penting untuk pengaruh Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Berdasarkan penelitian, dapat dinyatakan bahwa para pemangku kepentingan dalam bidang transportasi, baik pemerintah pembuat kebijakan, pengemudi, pemilik transportasi dan masyarakat memiliki kontribusi positif terhadap kinerja angkutan barang yang berkelanjutan. Pemerintah dapat berkontribusi pada kebijakan biaya operasi, biaya jembatan timbang, jalan dan infrastruktur lainnya. Pengemudi dan pemilik transportasi juga dapat berkontribusi yang lebih baik pada performa kendaraan pengemudi dan pemilik transportasi tersebut, hal ini berarti bahwa ketika performa kendaraan semakin baik, maka akan berkontribusi pada kinerja yang baik pada transportasi angkutan barang berkelanjutan.
English Abstract
East Java plays an important role as a trade entrance for Eastern Indonesia. It can be seen from the data of the development of transport vehicle types in East Java from 2011-2017 obtained from Dispenda East Java Province 2017, which shows an increase in the number of vehicles in each year, in particlar freight vehicle. The rapid growth in the transport sector has an impact on the declining quality of urban living, shows by a decrease in urban air quality, an increase in the number of accidents and increased psychological pressure from congestion. The occurrence of increased volume of vehicles used, which is greater than the need, must be offset by road capacity. When the road capacity is increased but the increase is not comparable with the growth of motor vehicles, especially the transportation of freight, it will affect the smoothness of freight and distribution of logistics in East Java. Smooth transportation is a contributing factor to development, both physical development and economic. Overload in Indonesia has been regulated with the East Java Provincial Regulation No. 4 of 2012 on controlling overload of freight concerning the weight of cargo as well as sanctions to be given is a fine sanction, whereby sanctions are granted to drivers and/or public transport companies of goods and/or owner carrying goods with overload 5% to 25% of JBI in the form of fine with the amount according to the category specified. Damage to road construction results in high cost economy caused by longer distance, fuel wastage, loss of travel time, and acceleration of vehicle wear and tear damage. The need to reduce the overload on freight transport needs to be done to minimize the occurrence of road and road damage can survive in accordance with the age of the plan. The overload in Indonesia is due to the lack of insight into the cargo limit set by the government. In addition, most freight forwarders do not have weighing facilities such as those owned by weigh stations, so new overloads can be known when the vehicle crosses the weighbridge. Damage to roads due to excessive loads, impacts on road damage and costs due to reduced service life. Based on this, there are problems where entrepreneurs minimize the number of vehicles that serves to minimize the costs incurred for freight transport. Along with the development of the problem of overload triggered by pressing the expenditure of operational costs so as to maximize the use of goods transport vehicles with a limited number, arise various other problems such as congestion and excessive exhaust gas concentration. Emissions generated from vehicles will be higher, adjusting to the loads transported by freight transport. The Government has tried to overcome these problems by stipulating Regulation of the State Minister of Environment Number 12 Year 2010 concerning the Implementation of Air Pollution Control in the Region which regulates the stipulation of air quality standards and exhaust gas emission quality standards. The exhaust gas emissions are the residual combustion gases that exit the gap between the piston and the exhaust gas cylinder wall resulting from the fuel vapor from the tank. Excessive exhaust emissions affect human health, high carbon monoxide (CO) content will reduce oxygen in the blood causing impaired thinking, hydrocarbon content (HC) exceeding the threshold can cause eye irritation, cough, drowsiness, skin patches and changes in the genetic code, as well as the carbon dioxide (CO2) content impact on global warming. Exhaust emissions are caused by driving patterns, vehicle engine type, fuel emissions control, operating temperature and fuel quality. An activity of transportation is a series of movement of both human and freight. It can not be separated from the moving speed which is a component that is interconnected with travel time. Speed is expressed in kilometers / hour. According to Tamin (2008), travel time is the total time required, including time stops and obstacles from one place to another based on a particular route. One of the decisive factors in transport activities and tariff setting is cost. Costs as well as control tools in operation reach the level as efficiently and effectively as possible. According to the Ministry of Public Works, Vehicle Operational Cost is the total cost required to operate the vehicle on a traffic condition and a road for the type of vehicle per kilometer of mileage. Analysis of the environment is one component of the Performance of Sustainable Freight Transport, in Sukoharsono (2007) states some of the fundamental reasons that must be done in the management of the company as a basis in carrying out ecological principles. There are six foundations in the environmental management paradigm: human survival, general consensus, market opportunity, risk reduction, cost reduction, and personal integrity. These six basics aim to minimize the effect of a company's existence on the environment and social. It is important to apply to a freight service company, where the goods transport company intersects directly with a real impact on the environment. The smoothness of freight transport will have an impact on the cost of freight transport because if the road conditions experience congestion then the fuel consumption increases, the other impact is lost opportunity cost because the time that should be spent for other economic activities is now spent on the road. The importance of the influence of Performance of Sustainable Freight Transport on economic growth with sustainable development because the process is interrelated, therefore it is important to analyze the factors related in that regard. Sustainable transportation is a transportation system with fuel use, vehicle emissions, safety levels, congestion, and social and economic aspects that have no negative impacts that future generations can not anticipate (Richardson et al 2002). Environmental management is one of the important components in maintaining ecosystem balance, the function of environmental management is not only the responsibility of the government but also requires participation from all levels of society involved. The government functions in environmental management related to supervisory function. Sukoharsono (2005) states that environmental policies are grouped into direct and indirect environmental regulations where the regulations are classified into: Legislation, Government Regulations, Presidential Decrees, and Ministerial Decisions / Regulations. There are several factors that can be considered impact on the performance of freight transport in Indonesia, especially East Java. Some predetermined factors can be studied further to find out which factors have the highest level of significance. This research is conducted to know Performance of Sustainable Freight Transport in East Java by analyzing the influence of independent variable (X) that is Overload (X1), Vehicle Exhaust Emission (X2), and Travel Time (X3) to independent variable (Y) namely the Performance Of Sustainable Freight Transport directly or through the moderation variable (Z), namely Operational Cost of Vehicle. In more detail the purpose of this study is (a) to test and analyze how the effect of Overload on the Performance of Sustainable Freight Transport; (b) examine and analyze how the impact of Exhaust Gas Emissions on the Performance of Sustainable Freight Transport; (c) test and analyze how Travel Time effects on the Performance of Sustainable Freight Transport; (d) test and analyze whether Operational Costs of Freight Transport may moderately moderate the influence of Overload on the Performance of Sustainable Freight Transport; (e) test and analyze whether Operational Costs of Freight Vehicles may moderately moderate the effect of Vehicle Exhaust Emissions on Performance of Sustainable Freight Transport; and (f) examine and analyze whether the Operational Cost of Freight Transport can moderate the influence of Travel Time on the Performance of Sustainable Freight Transport significantly. This research is done by using Structural Equation Modeling - Partial Least Square (SEM - PLS) method with data obtained from the survey by using questionnaire with Likert scale. PLS is a flexible analysis that can be applied to any data scale that does not require many assumptions and large sample size requirements. The model in this research is moderated variables, where the moderation variable is a variable that strengthen or weaken the influence of the independent variable to the dependent variable. Therefore, the method used in this study is a PLS method with moderation variables, the selection of moderation variables is based on the results of thought and theoretical considerations by researchers so that a variable allows to be a moderation variable or not. Population in this research represent all transportation vehicle of goods passing through 4 corridor of weigh bridge, that is Timbang Singosari Bridge, Timbang Sedarum Bridge, Timbang Trowulan Bridge, and Timbang Jrengik Bridge. The sample in this study is 400 units of goods transport vehicles that cross each research corridor. This research basically explains about the relationship between variables to be studied. The relationship is basically explained and corroborated by the theories and results of research done by previous researchers. The relationship between the variables studied in this study can be explained based on the model made using independent variables, dependent variables, and moderation variables. This research takes some areas of East Java Province which are represented in four regulated area corridors. The four corridors include the north (Sampang regency), western region (Pasuruan regency), eastern region (Mojokerto regency) and southern region (Malang regency). The four corridors have the same starting point of travel from Surabaya with the end point of the freight vehicle journey is at Timbang Bridge (JT). Based on such exposure, the population of this study is the whole class of heavy transport vehicles in East Java Province consisting of 6A (2nd truck), 6B (2nd truck), 7A (3d) truck, 7B (combined truck / trailer) and class 7C (trailler). In this study, sampling is done by simple random sampling technique in which each member of the population has the same opportunity to be sampled. In simple random sampling, the sampling is done randomly without regard to strata in the population. Based on the research that has been done, the findings show that the validity of both formative and reflective construct validity shows that the evaluation of formative validity indicates that the indicator used to measure the variables of the Sustainable Freight Transportation is valid and the reflective construct validity indicates that the indicator of Overload, Exhaust Emissions, Travel Time, and Vehicle Freight Operational Costs are stated valid in measuring variable Overload, Exhaust Emissions, Travel Time, and Vehicle Operational Cost. Reliability evaluation results indicate that the four variables are declared reliable. The results of the study show that overall hypotheses are significantly accepted. Overload has a significant effect on the Performance of Sustainable Freight Transport. Vehicle Exhaust Emissions have a significant effect on the Performance of Sustainable Freight Transport. Travel Time has a significant effect on the Performance of Sustainable Freight Transport. The 3 variables are important to the influence of the Performance of Sustainable Freight Transport, where the number of 3 variables increase will reduce its sustainable performance. The further results of the study also show that Overload moderated by Operational Costs of Freight Transport significantly influence on the Performance of Sustainable Freight Transport. Vehicle exhaust emissions moderated by Operational Costs of Freight Transport significantly influence on the Performance of Sustainable Freight Transport. Travel Time moderated by Operational Costs of Freight Transport significantly influence on the Performance of Sustainable Freight Transport. This means that the variable of Operational Costs of Freight Transport is also important to the influence of the Performance of Sustainable Freight Transport. From the study, it can be stated that stakeholders of the transportation, either government policy makers, drivers, transport owners and society have positive contributions to the performance of sustainable freight transport. Government policy makers could contribute to the policies on operating costs, weight bridge cost, roads and other infrastructures. Drivers and transport owners could also contribute to the better performance of their vehicles, this means that when their vehicles performance are good, this will contribute to the good performance of sustainable freight transport.
Item Type: | Thesis (Doktor) |
---|---|
Identification Number: | DIS/658.78/PUT/a/2018/061806701 |
Uncontrolled Keywords: | Manajemen Transportasi, Biaya Operasional Kendaraan, Kinerja Transportasi Berkelanjutan, SEM-PLS,Transportation Management, Operational Cost of Freight Vehicle, Performance of Sustainable Transport, SEM - PLS |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 658 General management > 658.7 Management of materials > 658.78 Internal control of material and physical distribution |
Divisions: | Program Pascasarjana > Doktor Kajian Lingkungan, Program Pascasarjana |
Depositing User: | Sugeng Moelyono |
Date Deposited: | 11 Oct 2022 07:04 |
Last Modified: | 11 Oct 2022 07:04 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195554 |
![]() |
Text
Kurniawan Hary Putranto.pdf Download (10MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |