Analisis Integrasi Pasar Ternak Sapi Potong di Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur

Lalus, Matheos Filipus and Prof. Dr. Ir. Zaenal Fanani, MS and Dr. Ir. Bambang Ali Nugroho, MS., DEA and Ir. Hari Dwi Utami, MS., M.Appl.Sc, Ph.D (2018) Analisis Integrasi Pasar Ternak Sapi Potong di Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. Doktor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Permintaan sapi secara nasional terus meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2014 jumlah ternak sapi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging mencapai 3,1 juta ekor, dan pada tahun 2015 melonjak menjadi 3,4 juta ekor. Permintaan ternak sapi yang terus meningkat tersebut telah menyebabkan pengantar pulauan ternak sapi potong asal NTT juga meningkat. Pada tahun 2009 jumlah ternak sapi potong yang dialokasikan untuk diantar- pulaukan sebanyak 41.000 ekor, realisasinya mencapai 58.329 ekor (42,26% lebih tinggi dari yang dialokasikan); pada tahun 2010 dialokasikan 40.000 ekor, realisasinya 49.876 ekor (24,69% lebih tinggi dari total ternak yang dialokasikan); pada tahun 2013 dialokasikan 69.000 ekor, realisasinya hanya 60.528 ekor atau realisasinya hanya mencapai 87.72%. Harga ternak sapi ditetapkan Rp.34.000/kg bobot badan hidup (BBH) yang ditimbang di Karantina Tenau Kupang, sedangkan harga di tingkat petani Rp. 30.000 per kg BBH dan Rp. 40.000 sampai dengan Rp 41.000 per kg BBH di Jakarta. Jika disimak harga sapi per kilogram seperti di atas memberi gambaran tentang adanya perbedaan harga sapi per ekor di wilayah ini, yakni mulai dari petani hingga pedagang besar penerima di Jakarta. Disparitas harga ternak sapi potong yang cukup tinggi baik antara pedagang besar di Jakarta dengan petani peternak sebagaimana yang dikemukakan di atas, akan semakin besar jika petani peternak tidak bersedia menggunakan BBH dalam penentuan harga ternaknya. Hal ini karena: 1) jika terjadi kenaikan harga di tingkat pedagang besar di Jakarta belum tentu ditransmisikan kepada pedagang antar pulau, begitupun pedagang antar pulau kepada pedagang perantara dan seterusnya ke petani peternak, 2) pemukiman petani peternak yang tersebar secara geografis, dengan prasarana yang masih jelek. Sementara tempat penimbangan ternak pada umumnya terletak di kota kecamatan, yang cukup jauh dari tempat tinggal para petani peternak. 3) petani dalam memelihara ternak bukan berorientasi pasar, sehingga mereka akan menjual ternaknya pada waktu kebutuhan mereka akan tunai mendesak, misalnya untuk upacara adat, membiayai pendidikan anak, dan kebutuhan lainnya yang bersifat mendesak. Tujuan Penelitian adalah : 1) Mengetahui struktur pasar ternak sapi potong di Kabupaten Kupang NTT, 2) Menganalisis integrasi pasar secara vertikal dalam pemasaran ternak sapi potong.; 3) .Menganalisis distribusi margin dalam pemasaran ternak sapi potong; 4) Menganalisis besarnya bagian harga yang diterima petani (farmer's share) dari harga yang dibayar oleh pedagang besar penerima di Jakarta. Penentuan lokasi dilakukan secara bertahap yakni mulai kecamatan contoh hingga desa contoh secara purposive. Kecamatan dan desa contoh adalah sebagai berikut : Kecamatan Amarasi meliputi Desa Ponain dan Desa Oesena; Kecamatan Sulamu: desa Oeteta dan Desa Bipolo. Untuk penentuan responden petani dilakukan secara simple randonm sampling sebesar 20% dari populasi petani yang pernah menjual ternak sapi; sehingga total responden petani berjumlah 100

Item Type: Thesis (Doktor)
Identification Number: DIS/636.2/LAL/a/2018/041809527
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.2 Cattle and related animals
Divisions: S2/S3 > Doktor Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 11 Oct 2022 02:01
Last Modified: 11 Oct 2022 02:01
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195517
[thumbnail of Matheos Filipus Lalus.pdf] Text
Matheos Filipus Lalus.pdf

Download (6MB)

Actions (login required)

View Item View Item