Pola Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri Baru Di Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

Sari, Tita Eka Mayang and Prof.Dr.Ir. Sugiyanto, , MS. (2020) Pola Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri Baru Di Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pola alih fungsi lahan merupakan pola yang terbentuk akibat perubahan lahan untuk penggunaan lain yang disebabkan oleh faktor-faktor secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Penyusutan lahan pertanian di Kecamatan Wonoayu semakin meningkat. Pembangunan paling banyak dilakukan untuk kawasan industri seperti pabrik dan pergudangan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan gabungan (mix method) yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan pola keterlibatan pihak-pihak dalam alih fungsi lahan, pola persepsi petani terhadap alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industri, pola perubahan perilaku petani setelah adanya penyuluhan, penyebab petani mengalihfungsikan dan mempertahankan lahan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis persepsi petani, perubahan perilaku petani, dan pendapatan petani yang menjual lahan dan mempertahankan lahan. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, pada bulan Mei hingga bulan Agustus 2018. Sampel yang akan dijadikan responden pada penelitian ini adalah petani padi yang menjual lahan dan mempertahankan lahan dan mengikuti penyuluhan. Penentuan responden ditentukan menggunakan teknik Snowball Sampling yakni 30 orang. Pada penelitan ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan data sekunder didapatkan dari internet maupun literatur. Hasil penelitian ini dapat ditunjukkan sebagai berikut: a) Pola keterlibatan pihak-pihak dalam alih fungsi lahan menunjukkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam alih fungsi lahan di antaranya pemerintah (Bappeda, DPMPTSP, Dinas PUPR, BPN, Dinas Perhubungan, DLHK, Dinas Pangan dan Pertanian), swasta, dan petani. Tingkat keterlibatan pemerintah dan swasta (Stakeholder) sama besarnya yaitu 42,86%, sedangkan tingkat keterlibatan petani dalam alih fungsi lahan sangat sedikit karena hanya terlibat dalam perizinan lahan dan penentuan harga lahan sawah miliknya yaitu sebesar 14,28%, b) Pola persepsi petani terhadap alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industri dari aspek tanggapan dengan rata- rata sebesar 70,00%. Pola persepsi petani terhadap alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industri pada aspek pengetahuan menunjukkan hasil rata-rata sebesar 77,22%, sedangkan pola persepsi pada aspek sikap menunjukkan hasil rata-rata sebesar 73,89%, c) Hasil penelitian mengenai pola perubahan perilaku petani setelah adanya penyuluhan menunjukkan bahwa perubahan pengetahuan petani tertinggi yaitu pada materi mengenai pemasaran sebesar 32,00% dan terendah pada materi mengenai penanganan panen dan pasca panen sebesar 14,67%. Pola perubahan sikap tertinggi yaitu pada materi mengenai pemasaran sebesar 35,33% dan terendah sebesar 20,00%. Pola perubahan keterampilan tertinggi pada materi pengairan sebesar 37,33% dan terendah pada materi pemasaran sebesar 20,00%. Pada analisis uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku sebelum dan setelah mengikuti penyuluhan mengenai ii Intensifikasi Lahan Pertanian karena mempunyai nilai signifikansi kurang dari 0,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa setelah mengikuti penyuluhan tersebut terjadi perubahan perilaku petani dalam meningkatkan produktivitas dan keuntungan petani menjadi lebih baik karena nilai rata-rata perilaku yang meningkat setelah mengikuti penyuluhan, d) Hasil analisis pendapatan petani yang menjual dan mempertahankan lahan menunjukkan rata-rata pendapatan petani yang menjual lahan pada pendapatan usahatani mengalami penurunan sebesar 13,37% dan pada pendapatan non usahatani mengalami peningkatan sebesar 13,37%. Penurunan pendapatan usahatani tersebut terjadi karena semakin berkurangnya lahan pertanian yang dimiliki oleh petani. Peningkatan pendapatan non usahatani disebabkan oleh adanya minat petani untuk bekerja di sektor lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Alasan terbesar responden menjual lahan adalah karena faktor usia petani yang semakin tua sehingga kemampuan untuk menggrap sawah semakin berkurang dengan presentase sebesar 33,00%. Rata-rata pendapatan usahatani petani yang mempertahankan lahan lebih besar dibanding petani yang menjual lahan dengan selisih sebesar 47,86%. Pendapatan non usahatani petani yang mempertahankan lahan lebih besar daripada pendapatan petani yang menjual lahan yaitu sebesar 47,86%. Alasan terbesar responden mempertahankan lahan adalah karena sawah yang dimilikinya digunakan sebagai pemenuh kebutuhan pangan keluarga dengan presentase sebesar 42,00%

English Abstract

Land convertion patterns are patterns formed as a result of land changes for other uses caused by factors broadly including the need to meet population growth needs and increasing demands for better quality of life. The depreciation of agricultural land in Wonoayu District is increasing. Most of the developments are carried out for industrial areas such as factories and warehouses. This study uses descriptive analysis with a mixed method that are a quantitative and qualitative approach. Descriptive analysis is used to explain the pattern of involvement of parties in the transfer of land functions, the pattern of farmers' perception of the transfer of agricultural land functions into industrial land, the pattern of changes in farmer behavior after counseling, the cause of farmersconvert and maintain the land. Quantitative analysis is used to analyze farmers' perceptions, changes in farmer behavior, and the income of farmers who sell land and defend land. The research is conducted in Wonoayu District, Sidoarjo Regency, from May to August 2018. The sample that will be used as respondents in this study is rice farmers who sell land and maintain land and participate in counseling. Determination of respondents is determined using the Snowball Sampling technique, namely 30 people. This research uses two types of data, namely primary data and secondary data. Primary data is obtained from observations, interviews and documentation, while secondary data is obtained from the internet and literature. The results of this study can be shown as follows: a) The pattern of involvement of parties in the transfer of land functions shows that the parties involved in the transfer of land functions include the government (Development Planning Agency, The One Stop Integrated Service, Departement of Public Works, Land Agency, Departement of Transportation, Enviromental Agency, Departement of Agriculture, Developer, and farmers. The level of government and developer involvement is equally 42.86%, while the level of involvement of farmers in the transfer of land functions is very little because it is only involved in land licensing and the determination of rice field land which is 14.28%, b) The pattern of farmers’ perception towards the transfer of agricultural land functions into industrial land from the response aspect with an average of 70.00%. The pattern of farmers' perception of the transfer of agricultural land to industrial land in the knowledge aspect shows an average yield of 77.22%, while the perception pattern in the attitude aspect shows an average yield of 73.89%, c) The results of research on changes in farmer behavior change patterns after counseling show that the highest change in farmer knowledge in marketing materials is 32.00% and the lowest in the material on harvest and post-harvest handling is 14.67%. The highest change in attitude is in marketing materials of 35.33% and lows of 20.00%. The highest skill change in irrigation material is 37.33% and the lowest in marketing materials is iv 20.00%. Mann-Whitney's test analysis show that there is a significant difference between before and after behavior following counseling on Agricultural Land Intensification because it had a significance value of less than 0,5. This shows that after following the counseling there is a change in farmer behavior in improving the productivity and profit of farmers to be better because of the average value of behavior that increases after following counseling. The results of the analysis of the income of farmers who sell and maintain the land show the average income of farmers selling land on agricultural income decreased by 13.37% and on non-farm income increased by 13.37%. The decrease in agricultural income occurred due to the decrease in agricultural land owned by farmers. The increase in non-farm income is due to the interest of farmers to work in other sectors to meet their needs. The biggest reason respondents sell land is because of the age factor of farmers who are getting older so that the ability to reach rice fields is reduced by a percentage of 33.00%. The average income of farmers who maintain land is greater than farmers who sell land with a difference of 47.86%. The non-farm income of farmers who maintain the land is greater than the income of farmers who sell land which is 47.86%. The biggest reason respondents maintained land is because the rice fields it owned were used as a harvester of family food needs with a percentage of 42.00%

Other obstract

-

Item Type:	Thesis (Sarjana)
Identification Number:	0520040053
Subjects:	300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions:	Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User:	Nur Cholis
Date Deposited:	06 Oct 2022 02:12
Last Modified:	08 Oct 2024 02:38
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195373

Text TITA EKA MAYANG SARI,.pdf Download (4MB)

Actions (login required)

View Item