Wardani, Novita Kartika Kusuma and Prof. Dr.Ir. Budi Setiawan,, MS and Dr. Fitria Dina Riana,, SP., MP (2022) Analisis Struktur, Perilaku, Kinerja Pisang Mas Kirana Sebagai Dasar Pengembangan Strategi Pemasaran (Studi Kasus Di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang). Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Jawa Timur menjadi sentral penghasil pisang karena berdasarkan data produksi pisang di Jawa Timur memiliki nilai rata-rata produksi sebanyak 2.041.838 ton dan nilai persentase pertumbuhan 2020 terhadap 2019 sebesar 0,24% (BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2021). Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Timur yang dikenal dengan kota pisang sebagai komoditi primadona di pasar domestik maupun pasar global. Salah satu sentra budidaya pisang berada di Jawa Timur, yaitu di Kabupaten Lumajang, tepatnya di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Jenis pisang yang menjadi komoditas unggulan dari daerah ini adalah pisang agung dan pisang mas kirana. Penghargaan yang didapatkan oleh pemerintah Kabupaten Lumajang berkaitan dengan pisang mas kirana ini antara lain: Sertifikat Prima-3 untuk kategori produk buah segar tahun 2009. Menurut Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur (2021) pisang mas kirana sebagai varietas unggulan Kabupaten Lumajang Surat Keputusan Nomor 188.45/406/427.12/2006 tentang pisang mas kirana sebagai produk andalan Kabupaten Lumajang. SK Menteri Pertanian Nomor: 516/Kpts/SR/120/12/2005, sebagai varietas unggulan daerah. Penghargaan dari Good Agricultural Practice (GAP) dari Union Belanda tahun 2013, karena pisang mas kirana dinyatakan berhasil dalam proses pemeliharaan tanaman mulai cara penanaman, perawatan masa panen hingga pengolahan limbah buah pisang. Permasalahan dampak pandemi COVID-19 yang paling dirasakan petani ialah harga produk pertanian yang mengalami penurunan drastis disebabkan daya beli masyarakat yang turun. Hal ini tidak sebanding dengan usaha dan biaya operasional yang dikeluarkan petani saat melakukan budidaya. Selain itu, saat ini pemerintah telah memberlakukan kebijakan mensosialisasikan dan menerapkan social distancing, physical distancing, work from home (WFH), dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang tercantum pada peraturan pemerintah RI No. 21 tahun 2020. Kebijakan tersebut dirasa sangat menyulitkan petani dalam memasarkan hasil produk budidaya mereka. Akibatnya produk pertanian banyak mengalami kemunduran mutu dan bahkan membusuk (Sarni, 2020). Sebaran marjin pemasaran pun belum merata (Sarni, 2020). Kondisi posisi tawar petani lemah dan selalu sebagai penerima harga dalam proses penentuan harga pisang mas kirana. Kondisi tersebut sesuai dengan penelitian Solomon et al (2017) bahwa sulitnya petani mengetahui informasi pasar mengenai harga. Pengembangan strategi pemasaran di daerah penelitian pisang mas Kirana kerjasama dan kemitraan belum terorganisir dengan baik bentuk persaingan dapat dilihat dalam hal segi harga, kualitas, pemenuhan permintaan yang cepat, dan keuletan dalam melihat peluang pasar., sehingga diperlukan penguatan kelembagaan rantai pemasaran dan pengoptimalan kinerja rantai pemasaran. Penelitian ini dirasa penting untuk mengeksplorasi hasil dari struktur perilaku dan kinerja pasar sebagai dasar penentuan pengembangan strategi pemasaran pisang mas kirana di Kabupaten Lumajang. Berdasarkan perumusan 8 masalah yang dikaji yaitu (1) Mengidentifikasi pasar (2) Menganalisis struktur pasar (3) Menganalisis perilaku pasar (4) Menganalisis kinerja pasar (5) Merumuskan pengembangan strategi pemasaran pisang mas kirana di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Metode penelitian dilaksanakan di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang pada bulan Desember 2021 - Januari 2022 dengan jumlah responden petani sebanyak 77 petani dengan metode simple random sampling dan jumlah responden lembaga pemasaran sebanyak 25 orang dengan metode snowball sampling. Analisis yang digunakan dalam studi ini yaitu analisis data kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis struktur, perilaku, kinerja (SCP) dan metode SWOT dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk menganalisis pengembangan strategi pemasaran pisang mas kirana di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari struktur pasar pisang mas kirana di Kecamatan Senduro memiliki kecenderungan yang mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna yaitu pasar oligopsoni. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya hambatan masuk pasar, informasi pasar termasuk dalam kategori tidak efisien dan tidak ada diferensiasi produk, dan kurangnya pengetahuan tentang pemasaran bagi petani pisang mas kirana sehingga pemasaran termasuk dalam kategori tidak efisien. Perilaku pasar menunjukkan kategori efisien yaitu terdapat 4 jenis saluran pemasaran untuk kegiatan pemasaran pisang mas kirana. Saluran Pemasaran 1 : Petani – Pedagang Pengumpul – Distributor Pisang Mas Kirana (PT Sewu Segar Nusantara, Kirana, Seroja). Saluran Pemasaran 2 : Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar – Pedagang Pengecer – Konsumen. Saluran Pemasaran 3 : Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen. Saluran Pemasaran 4 : Petani – Pedagang Besar – Konsumen. Sistem pembayarannya cenderung menggunakan sistem tunai di tingkat petani maupun tingkat pedagang. Fungsi pemasaran yang dilakukan adalah fungsi pertukaran (jual beli), fungsi fisik (pengangkutan, penyimpanan), dan fungsi fasilitas (pembawa risiko, informasi biaya dan harga). Kinerja pasar menunjukkan bahwa saluran pemasaran 4 merupakan saluran dengan tingkat efisiensi tertinggi karena memiliki persentase margin pemasaran yang paling rendah. Efisiensi harga menunjukkan efisiensi sedangkan efisiensi operasional tidak efisien pada margin yang tinggi dan farmer share yang rendah. Strategi pemasaran menggunakan analisis SWOT dan QSPM menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan petani yaitu meningkatkan jumlah penjualan produk melalui penggunaan varietas unggulan pisang mas kirana, penguatan kelembagaan petani untuk meningkatkan posisi tawar petani salah satunya dapat mengikuti pembinaan intensif pada anggota kelembagaan, menjaga loyalitas yang baik dan meningkatkan pola kemitraan untuk bekerjasama dan saling menguntungkan. Sedangkan strategi yang dilakukan pedagang yaitu menngembangkan lokasi pasar ke seluruh daerah yang strategis dan berkompeten khususnya perkotaan besar lainnya atau sampai mancanegara, meningkatkan inovasi pemasaran online produk pisang mas kirana melalui media sosial. Saran yang diberikan oleh penulis adalah meminimalkan biaya pengemasan kepada pedagang pengumpul yang terlalu tinggi yang harus ditanggung oleh pedagang tersebut. Serta diperlukan biaya subsidi pengemasan (kardus, plastic, sterefoam) oleh perusahaan perusahaan yang telah melakukan kontrak kerjasama dengan pedagang pengumpul Meningkatkan efisiensi dari pemasaran pisang mas kirana, petani dapat memilih saluran pemasaran 4 karena marjin yang terbentuk rendah dan farmer share harga yang diterima 9 petani lebih tinggi. Meminimalisir biaya risiko dan biaya pengangkutan yang dikeluarkan untuk pemasaran. Meminimalisir biaya resiko, biaya pengemasan dan biaya pengangkutan. Memiliki harga pusat informasi yang mudah diakses bagi petani untuk meminimalkan informasi asimetri serta perlu pengoptimalan posisi dan fungsi kelompok tani sebagai agen pemasaran bersama sehingga petani bisa mendapatkan harga yang semestinya sehingga kesejahteraan petani pisang mas kirana dapat tercapai. Melakukan sistem pemasaran digital marketing pemesanan pisang mas kirana Kecamatan Senduro produk melalui teknologi website online salah satunya melalui pipematic.com dalam meningkatkan omset penjualan, serta pemasaran melalui pengantaran online Grab, Gojek khusus area Kabupaten Lumajang sekitarnya. Penggunaan aplikasi InaExport sehingga petani bisa mendapatkan harga yang semestinya sehingga kesejahteraan petani pisang mas kirana dapat tercapai
English Abstract
East Java is a center for banana production because based on data on banana production in East Java, it has an average production value of 2,041,838 tons and a percentage value of growth in 2020 against 2019 of 0.24% (BPS and Directorate General of Horticulture, 2021). ). Lumajang is one of the regencies located in East Java Province which is known as the city of bananas as a prima donna commodity in the domestic market and global market. One of the centers for banana cultivation is in East Java, namely in Lumajang Regency, precisely in Senduro District, Lumajang Regency. The types of bananas that are the main commodities of this area are the agung banana and the Kirana mas banana. The awards obtained by the Lumajang Regency Government regarding Mas Kirana bananas include: Prima-3 Certificate for the category of fresh fruit products in 2009. According to the Department of Agriculture and Food Security of East Java Province (2021) Mas Kirana bananas as a Superior Variety Lumajang Regency Decree No. 188.45/ 406/427.12/2006 concerning Mas Kirana Banana as a Superior Product for Lumajang Regency. Decree of the Minister of Agriculture Number: 516/Kpts/SR/120/12/2005, as Regional Superior Varieties. Good Agricultural Practice (GAP) Award from the Dutch Union in 2013, because Mas Kirana bananas were declared successful in the plant maintenance process, starting from planting, harvesting maintenance and processing banana waste. The problem with the impact of the COVID-19 pandemic that farmers feel the most is the price of agricultural products which has fallen drastically due to the declining purchasing power of the people. This is not commensurate with the effort and operational costs incurred by farmers when farming. In addition, currently the government has implemented policies to socialize and implement social distancing, physical distancing, work from home (WFH), and large-scale social restrictions (PSBB) as stated in Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 21 of 2020. This policy is considered very effective. difficult for farmers to market their crops. As a result, many agricultural products have decreased in quality and even rot (Sarni, 2020). The distribution of marketing margins is also uneven (Sarni, 2020). The bargaining position of farmers is weak and they are always the price takers in the process of determining the price of Mas Kirana's bananas. This condition is in accordance with the study of Solomon et al. (2017) that it is difficult for farmers to find out market information regarding prices. Development of marketing strategies in the research area of banana mas Kirana, cooperation and partnerships have not been well established, the form of competition can be seen in terms of price, quality, fast demand fulfillment, and tenacity in seeing market opportunities, so it is necessary to strengthen marketing chain institutions and optimize performance chain. marketing. This research is considered important to explore the results of the behavioral structure and market performance as a basis for determining the development of marketing strategies for Mas Kirana bananas in Lumajang Regency. Based on the formulation of the problems studied, namely (1) Identifying the market (2) Analyzing market structure (3) Analyzing market 11 behavior (4) Analyzing market performance (5) Formulating the development of Pisang Mas Kirana marketing strategy in Senduro District, Lumajang Regency. The research method was carried out in Senduro District, Lumajang Regency in December 2021 - January 2022 with the number of farmer respondents as many as 77 farmers using the simple random sampling method and the number of respondents from marketing institutions as many as 25 people using the sampling method. snowball sampling method. The analysis used in this study is quantitative data analysis used to analyze the structure, behavior, performance (SCP) and SWOT method and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) to analyze the development of the Kirana mas banana marketing strategy in Senduro District, Lumajang Regency. The results of this study indicate that the market structure of the Mas Kirana banana market in Senduro District has a tendency that leads to an imperfect competition market, namely the oligopsony market. This is also evidenced by the existence of barriers to market entry, market information included in the inefficient category and no product differentiation, and a lack of knowledge about marketing for banana mas Kirana farmers so that marketing is included in the inefficient category. Market behavior shows the efficient category, namely there are 4 types of marketing channels for the marketing activities of Mas Kirana Banana. Marketing Channel 1: Farmers – Collectors – Distributors of Banana Mas Kirana (PT Sewu Segar Nusantara, Kirana, Seroja). Marketing Channel 2: Farmers – Collectors – Wholesalers – Retailers – Consumers. Marketing Channel 3: Farmers – Collectors – Retailers – Consumers. Marketing Channel 4: Farmers – Wholesalers – Consumers. The payment system tends to use a cash system at the farmer level and at the merchant level. The marketing functions carried out are the exchange function (buying and selling), the physical function (transportation, storage), and the facility function (risk carrier, cost and price information). Market performance shows that marketing channel 4 is the channel with the highest level of efficiency because it has the lowest percentage of marketing margin. Price efficiency shows efficiency while operational efficiency is not efficient at high margins and low farmer share. The marketing strategy using SWOT and QSPM analysis shows that the strategies carried out by farmers are increasing the number of product sales through the use of superior varieties of Mas Kirana bananas, strengthening farmer institutions to improve the bargaining position of farmers, one of which can follow intensive coaching on institutional members, maintain good loyalty and improve partnership pattern for cooperation and mutual benefit. Meanwhile, the strategy carried out by traders is to develop market locations throughout strategic and competent areas, especially other large cities or to foreign countries, to increase online marketing innovations for banana mas Kirana products through social media. The advice given by the author is to minimize the packaging costs to collecting traders which are too high to be borne by the traders. As well as the required cost of packaging subsidies (cardboard, plastic, styrofoam) by companies that have entered into cooperation contracts with collectors. Increase the efficiency of the marketing of Mas Kirana bananas, farmers can choose marketing channel 4 because the margin formed is low and the farmer share the price received by farmers is higher. tall. Minimizing risk costs and transportation costs incurred for marketing. Minimizing risk costs, packaging costs and transportation costs. Having a price information center that is easily accessible for farmers to minimize information asymmetry and needs to optimize the position and function of farmer groups as joint marketing agents so that farmers can get the right price so that the welfare of Mas Kirana banana farmers can be achieved. 12 Carry out a digital marketing marketing system for ordering bananas, Mas Kirana, Senduro District, products through online website technology, one of which is through pipematic.com in increasing sales turnover, as well as marketing through online delivery of Grab, Gojek specifically for the surrounding Lumajang Regency area. Use the InaExport application so that farmers can get the right price so that the welfare of Mas Kirana banana farmers can be achieved
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | 0422040011 |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
Divisions: | S2/S3 > Magister Bioteknologi Agroindustri, Fakultas Pertanian |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 05 Sep 2022 01:46 |
Last Modified: | 05 Sep 2022 01:46 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193917 |
![]() |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Novita Kartika Kusuma Wardani.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2024. Download (3MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |