Analisis Komponen SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome) sebagai Prediktor Outcome Pasien Cedera Kepala.

Nasri, Novi Mustahdiati and Dr. Titin Andri Wihastuti,, S.Kp.,M. Kes. and Ns. Heri Kristianto,, M.Kep., Sp.Kep.MB. (2018) Analisis Komponen SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome) sebagai Prediktor Outcome Pasien Cedera Kepala. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Cedera kepala merupakan cedera yang paling banyak terjadi di antara cedera lainnya. Studi pendahuluan yang dilakukan di instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin menunjukkan bahwa terdapat 1070 kasus cedera kepala selama kurun waktu 10 bulan (Januari sampai Oktober 2017), dengan angka kejadian cedera kepala ringan, sedang, dan berat masing-masing 798, 150, dan 122 kasus. Adapun angka kematian pasien cedera kepala berat selama 10 bulan tersebut mencapai 63 kasus atau sebanyak 52%. Kejadian kematian pada pasien cedera kepala berhubungan dengan mekanisme cedera otak traumatik, khususnya melalui proses inflamasi. Selama proses inflamasi ini berlangsung, secara klinis akan muncul berbagai respon yang dapat diobservasi, dikenal dengan istilah SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome). Komponen-komponennya meliputi suhu tubuh, frekuensi denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan nilai hitung leukosit. Munculnya SIRS tentu bukan merupakan pertanda yang baik bagi pasien. Karenanya, perawat perlu untuk mendeteksi resiko kematian yang mungkin terjadi melalui mekanisme ini. Berbagai macam skoring telah dikembangkan untuk menilai outcome pasien cedera kepala, salah satunya adalah GAP score. Penilaian dilakukan terhadap tingkat kesadaran pasien yang diukur menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS), usia, dan tekanan darah sistolik. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa GAP score merupakan prediktor yang baik untuk meramalkan kematian pasien cedera kepala, bahkan lebih akurat dibandingkan RTS. Tingkat probabilitasnya mencapai 97,6% untuk memprediksi kematian pasien cedera kepala. Oleh karenanya, peneliti merasa tertarik meneliti lebih dalam mengenai hal tersebut. Peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk membuktikan bahwa komponen SIRS (systematic inflammatory response syndrome) dapat memprediksi outcome pasien cedera kepala berdasarkan GAP score. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain analitik observasional dan pendekatan cross sectional. Penelitian yang dilakukan di IGD RSUD Ulin Banjarmasin antara tanggal 20 April 2018 sampai dengan 30 Mei 2018 ini memiliki populasi yaitu seluruh pasien cedera kepala yang dibawa ke IGD. Kemudian dilakukan pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 80. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang berisi identitas pasien, kolom untuk mengisi nilai dari masing-masing komponen SIRS dan GAP score, serta identitas pengambil data. Pengumpulan dilakukan 1 kali segera setelah pasien masuk IGD. Data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan SPSS. Hasil analisis data bivariat menunjukkan bahwa suhu tubuh, frekuensi pernapasan, dan nilai hitung leukosit memiliki perbedaan korelasi dengan GAP score (p suhu tubuh = 0,000; p frekuensi pernapasan = 0,003; dan p nilai hitung leukosit = 0,042). Nilai korelasi spearman pada variabel suhu tubuh sebesar -0,513 yang berarti arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang kuat. Variabel frekuensi pernapasan dan nilai hitung leukosit menghasilkan nilai korelasi berturut-turut yaitu r = -0,327 dan -0,228, menunjukkan arah korelasi yang negatif. Adapun kekuatan korelasi untuk variabel frekuensi pernapasan adalah sedang, dan kekuatan korelasi untuk variabel nilai hitung leukosit adalah kuat. Hasil analisis antara frekuensi denyut nadi dan GAP score menghasilkan p = 0,334. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan korelasi di antara keduanya. Oleh karenanya, hanya 3 dari 4 komponen SIRS yang dapat dilanjutkan ke analisis multivariat menggunakan regresi linear. Uji multivariat yang dilakukan dengan metode backward menghasilkan sebuah persamaan sebagai berikut : y = 7,841 - 3,757 (suhu tubuh) – 0,590 (nilai hitung leukosit) Nilai uji kalibrasinya = 0,000 dan uji deskriminasinya = 0,361. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suhu tubuh dan nilai hitung leukosit dapat dijadikan sebagai prediktor outcome pasien cedera kepala berdasarkan GAP score. Namun demikian, persamaan ini hanya dapat memprediksi sebanyak 36,1%, sedangkan 63,9% lainnya ditentukan oleh faktor yang lain. Faktor-faktor yang dimaksud meliputi : 1). Hipotensi; semakin rendah tekanan darahnya, akan semakin buruk outcome pasiennya, 2). Hipotermia; pasien yang didinginkan hingga 320C dalam waktu 6 jam dari cedera memiliki hasil yang baik dibandingkan dengan yang dipertahankan pada 370C, 3). Perubahan elektrolit; homeostasis ionik dan neurotransmiter yang terganggu diakui sebagai mekanisme paling penting yang berkontribusi terhadap perkembangan pembengkakan otak sekunder, 4). Multiple trauma; pasien cedera kepala yang diikuti dengan cedera dada atau cedera abdomen dapat memperburuk prognosis pasien, 5). Jenis kelamin; perempuan 1,75 kali lebih mungkin mati karena cedera otak dibandingkan laki-laki, dan 1,57 kali lebih mungkin mengalami hasil yang buruk dibandingkan laki-laki, dan 6). Penilaian neurologis; semakin baik kondisi neurologis pasien saat datang, semakin baik pula outcome pasien tersebut. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa secara statistik, suhu tubuh, frekuensi pernapasan, dan nilai hitung leukosit memiliki hubungan dengan outcome pasien cedera kepala yang dinilai menggunakan GAP score. Namun, hanya suhu tubuh dan nilai hitung leukosit yang dapat dijadikan prediktor outcome pasien cedera kepala berdasarkan GAP score.

English Abstract

Head injury is the most common injury among other injuries. A preliminary study conducted at the emergency department of the Ulin Regional General Hospital Banjarmasin showed that there were 1070 cases of head injury over a period of 10 months (January to October 2017), with the incidence of minor, moderate and severe head injuries, respectively 798, 150 and 122 cases. The mortality rate for severe head injury patients during the 10 months reached 63 cases or as much as 52%. The incidence of death in head injury patients is related to the mechanism of traumatic brain injury, especially through the inflammatory process. During this inflammatory process, various responses that can be observed in patients will appear, and known as SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome). Its components include body temperature, pulse frequency, respiratory frequency, and leukocyte count. The emergence of SIRS is certainly not a good sign for patients. Therefore, nurses need to detect the risk of death that might occur through this mechanism. Various scoring has been developed to assess the outcome of head injury patients, one of which is the GAP score. Assessment was carried out on the level of patient awareness measured using the Glasgow Coma Scale (GCS), age, and systolic blood pressure. Previous research states that GAP score is a good predictor for predicting the death of head injury patients, even more accurate than RTS. The probability level reaches 97.6% to predict the death of head injury patients. Therefore, researcher feel interested in researching more about it. Researcher conducted research with the aim to prove that the SIRS component (systematic inflammatory response syndrome) can predict the outcome of head injury patients based on the GAP score. The study was conducted using observational analytic design and cross sectional approach. The research conducted at the Ulin Banjarmasin Regional General Hospital between April 20, 2018 and May 30, 2018. The population was all head injury patients who were taken to the emergency room. Then the sample selection was done using purposive sampling technique, totaling 80 samples. The data collection was done using an observation sheet containing the patient's identity, a column to fill in the values of each component of the SIRS and GAP score, and the identity of the data taker. Collection is done 1 time immediately after the patient enters the emergency room. The results of bivariate data analysis showed that body temperature, respiratory frequency, and leukocyte count had correlations with GAP score (p body temperature = 0.000, p respiratory frequency = 0.003, and p leukocyte count = 0.042). Spearman correlation value on body temperature variable is -0.513, which means the direction of correlation is negative with strong correlation strength. Respiratory frequency variables and leukocyte count values resulted in correlation values respectively r = -0,327 and -0,228, indicating a negative direction of correlation. The strength of the correlation for the variable respiratory frequency is moderate, and the strength of the correlation for the variable leukocyte count is strong. The results of the analysis between pulse rate and GAP score yield p = 0.334. This shows there is no correlation between the two. Therefore, only 3 of the 4 SIRS components can proceed to multivariate analysis using linear regression. Multivariate tests conducted by the backward method produce an equation as follows: y = 7,841 - 3,757 (body temperature) - 0,590 (leukocyte count) The calibration test value = 0,000 and the discrimination test = 0,361. Thus, it can be concluded that body temperature and leukocyte count can be used as outcome predictors of head injury patients based on the GAP score. However, this equation can only predict as much as 36.1%, while 63.9% is determined by other factors. The factors in question include: 1). Hypotension; the lower the blood pressure, the worse the patient's outcome, 2). Hypothermia; patients who cooled to 320C within 6 hours of injury had good results compared to those maintained at 370C, 3). Electrolyte changes; ionic homeostasis and impaired neurotransmitters are recognized as the most important mechanisms that contribute to the development of secondary brain swelling, 4). Multiple trauma; head injury patients who are followed by a chest injury or abdominal injury can worsen the patient's prognosis, 5). Gender; women were 1.75 times more likely to die of brain injury than men, and 1.57 times more likely to experience poor outcomes than men, and 6). Neurological assessment; the better the neurological condition of the patient when he arrived, the better the outcome of the patient. The conclusion in this study was that statistically, body temperature, respiratory frequency, and leukocyte count values had a relationship with the outcome of head injury patients who were assessed using a GAP score. But, just body temperature and leukocyte count that can be used as outcome predictors of head injury patients based on the GAP score.

Item Type:	Thesis (Magister)
Identification Number:	tes/617.51/NAS/a/2018/041809784
Subjects:	600 Technology (Applied sciences) > 617 Surgery, regional medicine, dentistry, ophthalmology, otology, audiology > 617.5 Regional medicine > 617.51 Head
Divisions:	S2/S3 > Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran
Depositing User:	soegeng sugeng
Date Deposited:	25 Aug 2022 02:36
Last Modified:	25 Aug 2022 02:36
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193554

Text NOVI MUSTAHDIATI NASRI.pdf Download (5MB)

Actions (login required)

View Item