Rahmania, Annisa and Dr. Indah Winarni,, MA and Ns. Septi Dewi Rachmawati,, S.Kep.,MNg (2019) Pengalaman Perawat Dalam Penerapan Sistem Code Blue Di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen Kabupaten Malang. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Henti jantung merupakan masalah global yang memerlukan perhatian dan penanganan secara cepat dan tepat. Penanganan tersebut dilakukan untuk mengurangi angka kematian bagi pasien henti jantung. Code blue merupakan salah satu sistem penting dalam penyediaan layanan gawat darurat henti jantung. Code blue terdiri dari beberapa tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat yang membentuk sebuah tim yang dapat memberikan penanganan pada pasien henti jantung. Peran dari tim code blue yang juga didukung oleh peralatan medis yang lengkap menjadi hal utama dalam meningkatkan kelangsungan hidup pasien henti jantung. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Wava Husada didapatkan data berupa jumlah panggilan code blue dari bulan Januari – November 2018 sebanyak 83 panggilan. Peneliti juga melakukan wawancara ke 3 orang perawat code blue dan mendapatkan hasil bahwa tim code blue merupakan perawat yang berasal dari 3 ruangan, yaitu Instalasi Gawat Darurat (IGD), Unit Pelayanan Intensif (UPI), dan Unit Kamar Operasi (UKO). Saat kondisi di salah satu unit pelayanan sedang banyak pasien maka tidak semua personil code blue dapat hadir pada saat code blue diaktivasi. Partisipan yang tidak bisa turut hadir saat code blue diaktivasi akan merasa bersalah karena tidak dapat ikut membantu pada saat penanganan. Evaluasi dari pelaksanaan sistem code blue dan juga pelatihan khusus mengenai manajemen code blue untuk tim code blue tidak sering dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretif yang bertujuan untuk mengeksplorasi makna pengalaman perawat dalam penerapan sistem code blue. Penelitian ini telah memperoleh izin dari komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dengan nomor 64 / EC / KEPK – S2 /02/ 2019. Partisipan dalam penelitian ini adalah 8 orang perawat yang menjadi anggota tim code blue yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Peneliti memperoleh data mengenai pengalaman perawat dalam penerapan sistem code blue dengan mengunjungi dan melakukan wawancara langsung pada masing-masing partisipan saat mereka berada di rumah sakit. Wawancara mendalam dilakukan ke 8 partisipan dengan kisaran lama wawancara 30 – 50 menit. Peneliti menggunakan pedoman wawancara semiterstruktur dengan pertanyaan terbuka yang telah disusun, didukung dengan alat perekam pada mobile phone, buku catatan, dan bolpoin. Proses analisis data pada penelitian ini menggunakan Interpretative Phenomenology Analysis (IPA). Hasil penelitian ini menghasilkan sebelas tema, antara lain: 1) Merasa bingung dan panik saat mendapat panggilan code blue; 2) Merasa berada dalam dilema di antara dua pilihan tanggung jawab yang dijalani; 3) Merasa terbebani dengan penyesalan ketika pasien tidak bisa diselamatkan; 4) Mengalami kesulitan dengan perawat ruangan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang terbatas; 5) Merasa terhambat oleh keluarga pasien yang lama mengambil keputusan; 6) Merasa kecewa karena penerapan sistem code blue belum maksimal; 7) Menyiapkan diri secara fisik dan mental untuk menghadapi kondisi pasien; 8) Merasa bangga bergabung menjadi anggota tim code blue; 9) Berusaha menjaga kekompakan antar anggota tim code blue meskipun terkadang sulit; 10) Ikhlas bekerja menjadi anggota tim code blue dengan tidak memperhitungkan imbalan finansial; 11) Berharap adanya pengakuan, kualitas, dan perbaikan sistem code blue. Peran menjadi perawat code blue bukanlah tugas yang mudah meskipun dalam melakukan penanganan gawat darurat henti jantung di rumah sakit Wava Husada bukanlah hal yang baru bagi mereka. Banyak hal yang mereka alami dan rasakan viii selama menjadi perawat code blue, misalnya perasaan bingung dan panik yang mereka rasakan saat mendapat panggilan code blue. Hal ini disebabkan karena mereka belum memiliki banyak pengalaman berada di sebuah tim code blue. Namun karena sering terpapar dengan kondisi pasien yang mengalami henti jantung, mereka mulai mengikuti alur dan menjadi terbiasa dengan kondisi itu. Mereka juga kadang kala merasa berada dalam dilema karena ada dua pilihan tanggung jawab yang dijalani, dan di situasi dilema itu mereka harus memilih tugas mana yang harus diambil dan diselesaikan padahal keduanya sama penting. Kadang kala perawat code blue juga merasakan penyesalan ketika mendapati pasien yang mereka tangani tidak tertolong. Perasaan menyesal yang perawat code blue rasakan ini menjadi beban tersendiri bagi mereka saat menjalankan tugas. Mereka juga merasakan berbagai macam kendala saat melakukan penyelamatan pada pasien henti jantung, misalnya kendala dengan perawat ruangan yang kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan kasus kegawatan, kendala dengan keluarga pasien, dan kendala dengan sistem code blue yang ada. Berbagai kesulitan dan kekecewaan yang mereka rasakan, tidak lantas membuat mereka tak acuh, mereka tetap menyiapkan diri secara fisik dan mental untuk menghadapi kondisi pasien, mereka juga merasa bangga menjadi perawat code blue. Kebanggaan ini muncul karena mereka merasa bahwa dengan menjadi perawat code blue membuat mereka menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Mereka juga menjaga kekompakkan antar anggota tim code blue walaupun terkadang mereka juga merasakan kesulitan. Kesulitan mereka rasakan ketika ada anggota tim yang tidak dapat hadir memenuhi panggilan code blue, namun mereka tidak bisa menyalahkan kondisi tersebut dan berusaha memaklumi dan menerimanya. Mereka juga ikhlas bekerja menjadi anggota tim code blue dengan tidak memperhitungkan imbalan finansial. Mereka bekerja semaksimal mungkin, memberikan yang terbaik untuk pasien dengan tulus hati dan hanya mengharapkan ridha Allah SWT. Situasi dan perasaan yang perawat code blue alami dan rasakan membuat mereka mengutarakan beberapa harapan demi perbaikan dari sistem code blue yang ada. Esensi yang peneliti temukan dari kesebelas tema adalah bahwa perawat menjalankan tanggung jawab sebagai anggota tim code blue dalam kurangnya dukungan sistem sehingga perbaikan sistem code blue diperlukan agar pelayanan gawat darurat menjadi lebih optima
English Abstract
Cardiac arrest is a global problem that requires attention and treatment quickly and precisely. Handling is done to reduce mortality for patients with cardiac arrest. Code blue is one of the important systems in providing emergency services for cardiac arrest. Code blue consists of several health workers such as doctors and nurses who form a team that can provide treatment for patients with cardiac arrest. The role of the code blue team which is also supported by complete medical equipment is the main thing in improving the survival of patients with cardiac arrest. The results of the preliminary study conducted by researcher at Wava Husada Hospital obtained data in the form of code blue calls from 83 January-November 2018. The researcher also interviewed 3 code blue nurses and obtained the results that the code blue team was nurses from 3 rooms, namely Emergency Room Installation (IGD), Intensive Service Unit (UPI), and Operating Room Unit (UKO). When conditions in one service unit are many patients, not all code blue personnel can be present when code blue is activated. Participants who cannot attend when code blue is activated will feel guilty because they cannot help when handling. Evaluation of the implementation of the code blue system and also special training regarding code blue management for the code blue team is not often done. This research is qualitative research with an interpretive phenomenology approach which aims to explore the meaning of nurse experience in the implementation of the code blue system. This research has obtained permission from the medical research ethics committee of the Faculty of Medicine, University of Brawijaya with the number 64 / EC / KEPK - S2 / 02 / 2019. Participants in this study were 8 nurses who were members of the code blue team selected using purposive sampling technique. The researcher obtained data about the nurse's experience in implementing the code blue system by visiting and conducting interviews directly with each participant when they were in the hospital. In-depth interviews were conducted in 8 participants with a long interview range of 30-50 minutes. The researcher used a semi-structured interview guide with open questions that had been developed, supported by recording devices on mobile phones, notebooks, and ballpoint pens. The process of data analysis in this study uses Interpretative Phenomenology Analysis (IPA). The results of this study produced eleven themes, including 1) Feeling confused and panicked when getting a call code blue; 2) Feeling in a dilemma between the two choices of responsibilities undertaken; 3) Feel burdened with remorse when the patient cannot be saved; 4) Having trouble with a room nurse who has limited knowledge and skills; 5) Feeling hampered by a patient's family who has long taken a decision; 6) Feel disappointed because the implementation of the Code Blue system has not been maximized; 7) Prepare yourself physically and mentally to deal with the patient's condition; 8) Feel proud to join as a member of the code blue team; 9) Trying to maintain cohesiveness among members of the Code Blue team, although sometimes difficult; 10) Sincerely working as a member of the Code Blue team by not calculating financial rewards; 11) Hoping for recognition, quality, and improvement of the code blue system. The role of being a code blue nurse is not an easy task even though doing emergency treatment for cardiac arrest at Wava Husada hospital is not new to them. Many things they experienced and felt while being a nurse for Code Blue, for example, the feeling of confusion and panic they felt when they got a code blue. This is because they do not have much experience in a code blue team. But because they are often exposed to the condition of patients who experience cardiac arrest, they begin to follow the path and become familiar with the condition. They also sometimes feel that they are in a dilemma x because there are two choices of responsibilities that are undertaken, and in the situation of the dilemma they must choose which tasks should be taken and resolved even though both are equally important. Sometimes code blue nurses also feel regret when they find the patients they handle are not helped. Feeling of regret that nurse code blue felt this became a burden for them when carrying out their duties. They also feel a variety of obstacles when rescuing patients with cardiac arrest, for example, constraints with room nurses who lack knowledge and skills in handling emergency cases, constraints with the patient's family, and constraints with the existing code blue system. The various difficulties and disappointments they felt, did not necessarily make them indifferent, they still prepared themselves physically and mentally to deal with the patient's condition, they also felt proud to be nurses of a code blue. This pride arises because they feel that being a nurse of Code Blue makes them human beings who are useful to others. They also maintain compactness among members of the Code Blue team, although sometimes they also feel difficulties. The difficulty they felt when there were team members who could not attend fulfilled the code blue call, but they could not blame the condition and tried to understand and accept it. They also sincerely work as members of the Code Blue team by not calculating financial rewards. They work as much as possible, give the best to patients with sincerity and only expect the blessing of Allah SWT. The situations and feelings that nurse Code Blue experienced and felt made them express some hope for improvement from the existing Code Blue system. The essence of the researchers found from the eleven themes is that nurses carry out responsibilities as members of the Code Blue team in a lack of system support so that improvements to the Code Blue system are needed so that emergency services become more optimal
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/616,025/FK/p/2019/041903928 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 616 Diseases > 616.02 Special topics of disease > 616.025 Medical emergencies / Emergency medicine / Emergency nursing / Triage (Medicine) |
Divisions: | S2/S3 > Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 23 Aug 2022 03:19 |
Last Modified: | 23 Aug 2022 03:19 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193431 |
Text
ANNISA RAHMANIA.pdf Download (8MB) |
Actions (login required)
View Item |