Barimbing, Maryati Agustina and Prof. Dr. dr. Yuyun Yueniwati, P.W., M.Kes., Sp.Rad (K). and Ns. Lilik Supriati,, M.Kep. (2019) Analisis faktor yang berhubungan dengan resiliensi keluarga remaja gangguan jiwa berat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Gangguan jiwa berat merupakan kondisi yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan bahkan kematian dini. Gangguan jiwa berat dengan onset dini yang terjadi pada usia remaja akan memberikan prognosis yang buruk. Hal ini karena gangguan jiwa berat yang timbul ketika kepribadian remaja sedang berkembang sehingga merusak fungsi kognitif, afektif dan sosial remaja. Gangguan jiwa berat yang dialami remaja berdampak negatif pada remaja itu sendiri juga pada keluarga dari remaja tersebut. Berbagai stressor yang muncul akibat adanya anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa berat dapat membuat distres psikologis yang akhirnya mempengaruhi kondisi kesehatan keluarga dan proses penyembuhan remaja. Keluarga harus memiliki resiliensi yang kuat untuk mampu bertahan dan bangkit untuk mengatasi segala stresor yang dapat memicu distress psikologis keluarga selama merawat remaja dengan gangguan jiwa berat. Teori “Resilience” menurut Haase & Peterson menjelaskan bahwa resiliensi keluarga dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor individu, faktor keluarga dan faktor sosial. Faktor individu yaitu koping dan efikasi diri, faktor keluarga yaitu kelekatan emosional dan pelaksanaan komunikasi keluarga, faktor sosial yaitu dukungan sosial dan stigma. Resiliensi keluarga penting dimiliki oleh keluarga remaja gangguan jiwa berat agar menjaga stabilitas kesehatan keluarga juga membantu perbaikan kondisi remaja. Data kunjungan remaja di Poliklinik Psikiatri Remaja Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang pada tahun 2018 didapatkan jumlah rata-rata kunjungan perbulan adalah 60 orang. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis faktor yang berhubungan dengan resiliensi keluarga remaja gangguan jiwa berat di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki remaja (usia 10-18 tahun dan belum menikah) dengan gangguan jiwa berat yang berkunjung ke poliklinik psikiatri remaja Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Sampel berjumlah 60 orang yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut yaitu Assessment of caregiver coping, Revised scale for caregiving self efficacy, Family adaptability and cohesion scale (FACES) IV, Family communication scale, Multidimensional scale of perceived social support, Affiliate stigma scale, Walsh family resilience questionnaire. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisa dengan analisa univariat, analisa bivariat menggunakan uji korelasi pearson dan analisa multivariat menggunakan uji regresi linear ganda. Hasil penelitian untuk data demografi responden didapatkan sebagian besar (53%) responden adalah perempuan, rata-rata responden memiliki usia 46 tahun. Hubungan responden dengan remaja memiliki frekuensi yang sama antara Ayah dan Ibu yaitu 36,7%. Demikian juga pada pendidikan terakhir diperoleh frekuensi yang sama antara SD dan SMA yaitu 38,3%. Sebagian besar (56,7%) responden bekerja. Rata-rata lama merawat remaja adalah 2 tahun. Fasilitas pelayanan kesehatan yang sering dimanfaatkan responden terbanyak adalah Rumah Sakit dengan presentase 60%. Untuk data demografi remaja dengan gangguan jiwa berat didapatkan sebagian besar (66,7%) remaja dengan gangguan jiwa berat adalah laki-laki, rata-rata usia 16 tahun dan rata-rata lama menderita gangguan jiwa berat selama 2 tahun.Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen (koping, efikasi diri, kelekatan emosional, pelaksanaan komunikasi keluarga, dukungan sosial, stigma) dengan variabel dependen (resiliensi keluarga). Hasil analisa multivariat menunjukkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan resiliensi keluarga adalah efikasi diri. Model multivariat yang terakhir dihasilkan dengan metode backward adalah model yang terdiri dari efikasi diri, kelekatan emosional dan pelaksanaan komunikasi keluarga sehingga persamaan regresi yang diperoleh yaitu Resiliensi keluarga = 32,219+0,391 efikasi diri+0,267 kelekatan emosional+0,278 pelaksanaan komunikasi keluarga. Persamaan regresi ini juga telah melalui uji asumsi untuk menentukan kualitas persamaan dan didapatkan hasil bahwa asumsi eksistensi, independensi, linearitas, normalitas, homoskedisitas dan tidak ada multikolinearitas terpenuhi. Kesimpulan yang didapat yaitu koping, efikasi diri, kelekatan emosional, pelaksanaan komunikasi keluarga, dukungan sosial dan stigma berhubungan dengan resiliensi keluarga. Efikasi diri menjadi faktor yang paling berhubungan dengan resiliensi keluarga remaja gangguan jiwa berat. Disarankan bagi keluarga yang memiliki remaja gangguan jiwa berat agar dapat memanfaatkan semua sumber yang ada untuk menguatkan resiliensi ketika menghadapi situasi krisis. Sumber daya tersebut terutama efikasi diri, kelekatan emosional dan pelaksanaan komunikasi keluarga. Hasil penelitian ini juga menjadi masukan bagi perawat agar dapat memberikan psikoedukasi dalam asuhan keperawatan dan penyuluhan kesehatan tentang resiliensi dan faktor-faktornya bagi keluarga yang memiliki remaja dengan gangguan jiwa berat.
English Abstract
Severe mental disorder is a condition that can cause pain, disability and even premature death. Severe mental disorders with early onset that occur in adolescence will provide a poor prognosis, because severe mental disorders attack adolescent when adolescent’s personality is developing so that it damage cognitive, affective and social function. Severe mental disorders experienced by adolescents not only have negative impact on adolescents themselves but also on the families of these adolescents. Various stressors that arise as a result of family members who suffer from severe mental disorders can create psychological distress that ultimately affects the condition of family health and the healing process of adolescents. Families must have resilience to be able to survive in these difficult conditions and rise to overcome all existing problems. Resilience theory from Haase & Peterson explain that family resilience is influenced by three main factors, that are individual factors, family factors and social factors. Individual factors are coping mechanism and self-efficacy, family factors are emotional attachment and implementation of family communication, social factors are social support and stigma. Family resilience is important for families who have adolescents with severe mental disorders to maintain the stability of family health as well as to help improve the condition of adolescents. Data from Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Mental Hospital show that the average number of teenagers seeking treatment at the Adolescent Psychiatry Polyclinic per month in 2018 was 60 people. The purpose of the study was to analyze factors related to the resilience of families with adolescent severe mental disorders. This study was a quantitative study used an observational analytic method with a cross sectional approach. The population in this study were families who had teenagers (10-18 years old and unmarried) with severe mental disorders who visited the adolescent psychiatry polyclinic at Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Mental Hospital. The number of sampel was 60 people who were selected by purposive sampling technique. Data collection using questionnaires such as Assessment of caregiver coping, Revised scale for caregiving self efficacy, Family adaptability and cohesion scale (FACES) IV, Family communication scale, Multidimensional scale of perceived social support, Affiliate stigma scale, Walsh family resilience questionnaire. The data was collected then was processed and analyzed by univariate analysis, bivariate analysis used Pearson correlation test and multivariate analysis using multiple linear regression test. The bivariate analysis by Pearson correlation test showed that there was a significant relationship between independent variables (coping mechanism, self-efficacy, emotional attachment, communication, social support and stigma) with dependent variable (family resilience). The study’s result for the demographic data of the respondents found that most (53%) of the respondents were female, on average the respondents had the age of 46 years. The relationship between respondents and adolescents has the same frequency between Father and Mother, which is 36.7%. Likewise in the last education, the same frequency was obtained between elementary and high school which is 38.3%. Most (56.7%) respondents work. The average duration to treat a teenager was 2 years. The most health service facilities that respondents used were hospitals with a percentage of 60%. For demographic data of adolescents with severe mental disorders, most (66.7%) of adolescents with severe mental disorders were men, on average 16 years of age and the average duration of suffering from severe mental disorders for 2 years. The last multivariate model that was done by backward method was a model consisting of self-efficacy, emotional attachment and implementation of family communication so that the regression equation obtained was family resilience = 32,219 + 0,391 self-efficacy + 0,267 emotional attachment + 0,278 implementation of family communication. This regression equation had also been tested by assumptions to determine the quality of equations and found that the assumptions of existence, independence, linearity, normality, homosexuality and no multicollinearity were fulfilled. The conclusions obtained were coping, self-efficacy, emotional attachment, implementation of family communication, social support and stigma associated with family resilience. Self-efficacy was the most associated factor with the resilience of families with adolescents severe mental disorders. It was recommended for families who have adolescents with severe mental disorders to be able to take advantage of all available resources to strengthen resilience when facing a crisis situation. These resources are primarily self efficacy, emotional attachment and the implementation of effective communication. The results of this study also become input for nurses to provide psychoeducation in nursing care plan and health education about resilience and its factors to families of adolescent with severe mental disorder.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/362.2/BAR/a/2019/041902092 |
Subjects: | 300 Social sciences > 362 Social problems of and services to groups of people > 362.2 People with mental illness and disabilities |
Divisions: | S2/S3 > Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran |
Depositing User: | soegeng sugeng |
Date Deposited: | 16 Aug 2022 01:22 |
Last Modified: | 15 Sep 2022 02:29 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193242 |
Text
MARYATI AGUSTINA BARIMBING.pdf Download (10MB) |
Actions (login required)
View Item |