Analisis Keseimbangan Air Tanah Di Perumahan Bumi Mondoroko Raya Kecamatan Singosari Kabupaten Malang

Romanti, Sulin (2018) Analisis Keseimbangan Air Tanah Di Perumahan Bumi Mondoroko Raya Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Malang berakibat pada tingginya angka kebutuhan rumah dan kemampuan penyediaan rumah bagi masyarakat. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan luas lahan untuk permukiman akan semakin besar pula. Permasalahan keseimbangan air tanah muncul saat terjadi degradasi lingkungan akibat banyaknya aktivitas manusia yang melakukan kegiatan pembangunan dengan mengubah tata guna lahan yang awalnya berfungsi sebagai resapan air menjadi area terbangun, salah satunya adalah berkurangnya fungsi ruang terbuka hijau menjadi fungsi perumahan, Kegiatan pembangunan dan eksplotasi lahan yang sangat cepat dan tidak terkendali ternyata memberikan ancaman pada keberlanjutan air. Guna mengembalikan kestabilan proses hidrologi diperlukan konsep perencanaan pembangunan perumahan yang ramah lingkungan. Melalui penelitian ini diharapkan perencanaan kawasan perkotaan tidak hanya memperhatikan faktor penggunaan lahan saja, akan tetapi perlu mempertimbangkan penatagunaan air untuk menjaga keseimbangan air tanah. Konservasi air merupakan upaya-upaya yang dilakukan agar volume air tanah dan efisiensi penggunaannya meningkat serta memperbaiki kualitas air sesuai peruntukannya. Semakin besar perubahan lahan menjadi bangunan perumahan maka debit limpasan air akan semakin besar pula, namun infiltrasi air akan semakin kecil. Debit limpasan air sebelum ada perumahan dengan kondisi guna lahan untuk ladang tebu sebesar 1,356 m3/s. Setelah terbangun perumahan tapak jumlah debit limpasan air hujan bertambah menjadi 3,074 m3/s atau mengalami kenaikan sebesar 227%. Jika dibangun rumah susun maka jumlah debit limpasan air hujan menjadi 2,305 m3/s atau mengalami kenaikan sebesar 170%. Sedangkan kebutuhan air di area Perumahan Mondoroko Raya sebelum ada perumahan yaitu untuk irigasi tanaman tebu sebesar 60.811 m3 per tahun. Setelah dibangun rumah tapak di seluruh area, kebutuhan air bersih pada tahun 2017 mencapai 544.450 m3 dan apabila dibangun rumah susun di seluruh area, kebutuhan air bersih pada tahun 2017 mencapai 2.890.730 m3. Infiltrasi air hujan saat lahan untuk tanaman tebu sebesar 76.724 m3 per tahun. Setelah dibangun rumah tapak di seluruh area, infiltrasi air hujan sampai tahun 2017 mencapai xi 415.440 m3dan apabila dibangun rumah susun di seluruh area, infiltrasi air hujan sampai tahun 2017 mencapai 722.687 m3. Keseimbangan air tanah yang ada di Perumahan Bumi Mondoroko Raya dihitung dari jumlah akumulasi kebutuhan air dengan jumlah akumulasi ketersedian air atau infiltrasi yang ada. Jika kebutuhan air lebih besar dibandingkan dengan infiltrasi airnya, maka neraca airnya defisit. Demikian sebaliknya jika kebutuhan air lebih kecil dibandingkan dengan infiltrasi airnya, maka neraca airnya surplus. Dari analisis kebutuhan air dan besarnya air yang terinfiltrasi maka neraca air saat lahan untuk tanaman tebu surplus sebesar 15.913 m3 per tahun, setelah dibangun rumah tapak di seluruh area, neraca air sampai tahun 2017 defisit sebesar 373.174 m3 dan apabila dibangun rumah susun di seluruh area, neraca air sampai tahun 2017 defisit sebesar 2.375.733 m3. Oleh sebab itulah, upaya untuk memenuhi defisit air di area Perumahan Bumi Mondoroko Raya dapat dilakukan dengan membangun sumur resapan di area Perumahan Mondoroko Raya, rumah tapak sebanyak 81 unit, ukuran diameter 1,5 meter dan rata-rata kedalaman 12 meter. Kebutuhan sumur resapan untuk rumah susun sebanyak 41 unit, ukuran diameter 3,5 meter dan kedalaman 38,5 meter.

English Abstract

The increase of population in Malang Regency resulted in the high number of home needs and the ability to provide housing for the community. This causes the need for land area for settlements will be even greater. Groundwater balance problems arise when environmental degradation occurs due to the large number of human activities conducting development activities by changing the land use that initially functions as water absorption into a wake area, one of which is reduced function of green open space into a function of housing, development activities and land exploitation very quickly and uncontrollably turned out to pose a threat to water sustainability. In order to restore the stability of the hydrological process, the concept of green housing development planning is needed. Through this research, it is expected that urban planning will not only take into account land use factor, but also need to consider the stewardship of water to maintain ground water balance. Water conservation is an effort made to increase the volume of groundwater and its increased efficiency and improve water quality according to its allocation. The bigger the change of land into a residential building then the discharge of water runoff will be even greater, but the water infiltration will be smaller. Debit of water runoff before existing housing with land use condition for sugarcane field is 1,356 m3/s. After awakening the tread housing the number of discharge water debris increased to 3.074 m3/s or increased by 227%. If the apartment is built then the amount of debit of rainwater runoff becomes 2.305 m3/s or an increase of 170%. While the need for water in the area of Housing Mondoroko Raya before there is housing for irrigation sugarcane by 60.811 m3 per year. After the construction of the house footprint in all areas, the need for clean water in 2017 reached 544,450 m3 and if the apartment is built in all areas, the need for clean water in 2017 reaches 2,890,730 m3. The infiltration of rainwater when the land for sugar cane is 76,724 m3 per year. After the construction of the tread house in all areas, the infiltration of rainwater until 2017 reaches 415,440 m3 and if the apartment is built in all areas, the infiltration of rainwater until 2017 reaches 722,687 m3. The balance of groundwater present in Bumi Mondoroko Raya Housing is calculated from the accumulated amount of water demand by the amount of accumulated water availability or infiltration available. If the water requirement is greater than the water infiltration, then the water balance is deficit. Vice versa if the water requirement is smaller than the water infiltration, then the water balance is surplus. From the water needs analysis and the amount of infiltrated water, the current water balance for sugar cane crops is 15,913 m3 per year, after the construction of the tread house in all areas, the water balance until 2017 deficit is 373,174 m3 and if the apartment is built in all areas, water balance until 2017 deficit of 2,375,733 m3.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/551.48/ROM/a/2018/041806694
Uncontrolled Keywords: Infiltrasi, Keseimbangan air, Perumahan Bumi Mondoroko Raya
Subjects: 500 Natural sciences and mathematics > 551 Geology, hydrology, meteorology > 551.4 Geomorphology and hydrosphere > 551.48 Hydrology
Divisions: Program Pascasarjana > Magister Pengelolaan Lingkungan, Program Pascasarjana
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 10 Aug 2022 07:11
Last Modified: 10 Aug 2022 07:11
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193112
[thumbnail of SULIN ROMANTI.pdf] Text
SULIN ROMANTI.pdf

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item