Analisis Usahatani Dan Tataniaga Ubi Kayu Di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tingg

Tarigan, Nina Rika Br. and Dr. Fahriyah ,, SP.,M.Si. and Putri Budi Setyowati ,, SP., M.Sc (2021) Analisis Usahatani Dan Tataniaga Ubi Kayu Di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tingg. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Ubi kayu termasuk tanaman pangan yang mampu untuk mendukung ketahanan pangan keluarga ataupun untuk bisnis, yaitu seperti dapat mendukung penyediaan bahan karbohidrat non-beras, diversifikasi atau penganeka ragaman konsumsi pangan lokal, pengembangan industri pengolahan hasil dan agroindustri, sebagai sumber devisa negara melalui ekspor, serta sebagai upaya untuk mendukung peningkatan ketahanan pangan dan kemandirian pangan. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (2018) diketahui bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah sentra penghasil ubi kayu ke lima terbesar di Indonesia selama periode tahun 2015 hingga tahun 2018. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (2020) mengemukakan bahwa dilihat dari jumlah produksinya, Kota Tebing Tinggi ditempatkan sebagai wilayah penghasil ubi kayu urutan ke 12 dari 33 wilayah yang ada sebagai penghasil ubi kayu. Ubi kayu merupakan komoditas utama penyumbang hasil pertanian untuk Kota Tebing Tinggi, namun dari tahun 2016 hingga tahun 2019 terjadi penurunan hasil pada produksi ubi kayu di Kota Tebing Tinggi. Hal tersebut dikarenakan Kelurahan Tebing Tinggi sebagai produsen utama ubi kayu di Kota Tebing Tinggi terus mengalami penurunan hasil dari tahun 2016 hingga tahun 2019 (BPS Kota Tebing Tinggi Dalam Angka dan BPS Kecamatan Padang Hilir Dalam Angka 2017, 2018, 2019, 2020). Penurunan hasil produksi ubi kayu di Kelurahan Tebing Tinggi diiringi dengan semakin menurunnya luas panen ubi kayu, hal tersebut diakibatkan karena adanya pengalihan fungsi lahan ubi kayu menjadi lahan non-pertanian dan lahan kelapa sawit, serta rendahnya harga ubi kayu yang cenderung berfluktuatif menghambat petani ubi kayu di Kelurahan Tebing Tinggi untuk menanam ubi kayu dalam skala yang luas. Disamping itu petani memiliki beberapa kendala dalam memasarkan hasil panennya, yaitu lemahnya posisi daya tawar petani yang berperan sebagai penerima harga dan karakteristik ubi kayu yang mudah rusak serta bervolume besar. Berdasarkan hasil lapang yang diperoleh diduga bahwa faktor keterbatasan modal turut berperan dalam mempengaruhi petani untuk memilih saluran tataniaganya. Serta umumnya petani ubi kayu di Kelurahan Tebing Tinggi tidak memiliki alat transportasi untuk memasarkan hasil panennya. Terjadinya penurunan luas panen dan hasil produksi ubi kayu, serta adanya beberapa kendala petani ubi kayu di Kelurahan Tebing Tinggi dalam memasarkan hasil panennya, dapat berdampak kepada pendapatan serta kesejahteraan petani ubi kayu di Kelurahan Tebing Tinggi. Maka dari itu, berdasarkan permasalahan tersebut adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan pada usahatani ubi kayu di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi. (2) Menganalisis kelayakan pada usahatani ubi kayu di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi. (3) Menganalisis saluran tataniaga ubi kayu di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi. (4) Menganalisis ii besar margin tataniaga dan farmer’s share di tiap saluran tataniaga ubi kayu di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini menggunakan dua teknik penentuan sampel responden, yaitu simple random sampling untuk menentukan sampel petani ubi kayu sebanyak 56 orang petani dan snowball sampling untuk menentukan sampel lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga ubi kayu. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis usahatani yang meliputi analisis biaya, penerimaan, pendapatan, serta R/C Ratio, dan untuk analisis tataniaga meliputi analisis saluran tataniaga, fungsi tataniaga, serta margin tataniaga dan farmer’s share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Besar biaya yang dikeluarkan petani ubi kayu di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi untuk memproduksi ubi kayu per Ha per musim tanam adalah sebesar Rp 8.507.339, dengan penerimaan sebesar Rp 49.046.546 per Ha per musim tanam, dan pendapatan sebesar Rp 40.539.207 per Ha per musim tanam. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani ubi kayu menguntungkan bagi petani karena besar penerimaan yang diperoleh petani melebihi besar biaya yang dikeluarkannya untuk memproduksi ubi kayu dalam satu musim tanam. (2) Usahatani ubi kayu Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi ini layak untuk terus dilanjutkan karena mendatangkan keuntungan dari segi finansial. Hal tersebut dilihat dari nilai R/C Ratio usahatani ubi kayu yang didapatkan yaitu sebesar 5,77. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap pengeluaran biaya usahatani sebesar Rp 1, maka petani akan memperoleh penerimaan dari hasil usahataninya sebesar Rp 5,77 dengan keuntungan yang didapat sebesar Rp 4,77. (3) Terdapat dua pola saluran tataniaga ubi kayu di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi, yaitu (a) Saluran tataniaga 1: Petani - Pabrik Tapioka (b) Saluran tatanaiga 2: Petani - Agen Ubi Kayu - Pabrik Tapioka Saluran terpendek terdapat pada saluran tataniaga 1, yang dimana petani menjual langsung hasil panennya kepada pabrik tanpa adanya perantara. (4) Saluran tataniaga 1 memiliki margin tataniaga terkecil yaitu sebesar Rp 165/Kg sedangkan saluran tataniaga 2 memiliki margin terbesar yaitu Rp 218/Kg. Adapun nilai Farmer’s share pada saluran tataniaga 1 adalah sebesar 85,59%, sedangkan pada saluran tataniaga 2 adalah sebesar 80,84%. Hal tersebut menunjukkan bahwa saluran tataniaga 1 lebih menguntungkan bagi petani karena pada saluran tataniaga 1 ini memiliki nilai margin terkecil dan nilai Farmer’s share terbesar, sehingga dapat dikatakan sebagai saluran tataniaga yang menguntungkan bagi petani

English Abstract

Cassava include food crops that are able to support family food security or for business, such as being able to support the provision of non-rice carbohydrate ingredients, diversification or diversity of local food consumption, the development of the produce processing industry and agroindustry, as a source of state foreign exchange through exports, and as an effort to support increased food security and food independence. Based on data from the Ministry of Agriculture (2018) it is known that North Sumatra Province is the fifth largest cassava producing center in Indonesia during the period 2015 to 2018. The Central Bureau of Statistics of North Sumatra (2020) stated that judging from the amount of production, Tebing Tinggi City was placed as the 12th cassava producing region out of 33 regions that exist as producers of cassava. Cassava are the main commodity contributing agricultural products to The City of Tebing Tinggi, but from 2016 to 2019 there was a decrease in the yield of cassava production in Tebing Tinggi City. This is because Tebing Tinggi Urban Village as the main producer of cassava in Tebing Tinggi City continues to experience a decrease in results from 2016 to 2019 (BPS Tebing Tinggi City In Figures and BPS Padang Hilir Sub-district in Figures 2017, 2018, 2019, 2020). The decrease in the production of cassava in Tebing Tinggi Urban Village is accompanied by a decrease in the area of the cassava harvest, it is caused by the transfer of the function of cassava land into non-agricultural land and oil palm land, and the low price of cassava that tend to fluctuate inhibits cassava farmers in Tebing Tinggi Urban Village to grow cassava on a wide scale. In addition, farmers have several obstacles in marketing their crops, namely the weak position of farmers bargaining power that acts as recipients of prices and characteristics of cassava that are easily damaged and large volume. Based on the airy results obtained it is suspected that capital limitation factors play a role in influencing farmers to choose their business channels. And generally cassava farmers in Tebing Tinggi Urban Village do not have a means of transportation to market their crops. The occurrence of a decrease in the area of harvest and production of cassava, as well as the existence of some obstacles of cassava farmers in Tebing Tinggi Urban Village in marketing their crops, can have an impact on the income and welfare of cassava farmers in Tebing Tinggi Urban Village. Therefore, based on these problems, the purpose of this research is: (1) Analyze the large cost of production, revenue, and income in the cassava farming in Tebing Tinggi Urban Village, Padang Hilir Sub-district, Tebing Tinggi City. (2) Analyze the feasibility of cassava farming in Tebing Tinggi Urban Village, Padang Hilir Sub-district, Tebing Tinggi City. (3) Analyze the cassava marketing channel in Tebing Tinggi Urban Village, Padang Hilir Sub-district, Tebing Tinggi City. (4) Analyze the large margins of marketing and farmer's share in each cassava marketing channel in Tebing Tinggi Urban Village, Padang Hilir Sub-district, Tebing Tinggi City. This research used two techniques of determining the sample of respondents, namely simple random sampling to determine the sample of cassava iv farmers as many as 56 farmers and snowball sampling to determine samples of marketing society involved in cassava farming. Data collection methods are done with interviews, observations, and documentation. The data analysis techniques used in this research are descriptive analysis, farming analysis which includes cost analysis, revenue, income, and R/C ratio, and for marketing analysis includes analysis of marketing channels, marketing function, as well as marketing margin and farmer's share. The results showed that (1) The large cost incurred by cassava farmers in Tebing Tinggi Urban Village, Padang Hilir Sub-district, Tebing Tinggi City to produce cassava per hectare per growing season was Rp 8.507.339 with revenues of Rp 49.046.546 per hectare per growing season, and income of Rp 40.539.207 per hectare per growing season. This shows that the business of cassava farming is profitable for farmers because the amount of revenues obtained by farmers exceeds the cost incurred to produce cassavas in one growing season. (2) The timber cassava farming of Tebing Tinggi Urban Village, Padang Hilir Sub-district, Tebing Tinggi City is feasible to continue because it brings financial benefits. This is seen from the value of R/C ratio of cassava farming obtained which is 5,77. This shows that every farming cost expenditure of Rp 1, then farmers will get revenues from their farming products of Rp 5.77 with profits obtained of Rp 4.77. (3) There are two patterns of cassava marketing channel in Tebing Tinggi Urban Village, Padang Hilir Sub-district, Tebing Tinggi City, namely (a) Marketing channel 1: Farmers - Tapioca Factory (b) Marketing channel 2: Farmers – Cassava Agents - Tapioca Factory. The shortest channel is on the marketing channel 1, where farmers sell their crops directly to factories without intermediaries. (4) Marketing Channel 1 has the smallest marketing margin of Rp 165/Kg while marketing channel 2 has the largest margin of Rp 218/ Kg. The value of farmer's share on the marketing channel 1 is 85,59%, while on the marketing channel 2 is 80,84%. This shows that the marketing channel 1 is more profitable for farmers because the marketing channel 1 has the smallest margin value and the largest farmer's share value, so it can be said to be a profitable marketing channel for farmers.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0521040254
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 27 Jul 2022 06:46
Last Modified: 27 Jul 2022 06:46
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192808
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Nina Rika Br. Tarigan.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2023.

Download (4MB)

Actions (login required)

View Item View Item