Pertumbuhan Populasi Dan Perkembangan Corcyra Cephalonica (Stainton) Pada Beberapa Varietas Beras Pecah Kulit

Ramadhani, Fatchuliani Safitri and Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti,, M.S. and Dr. Akhmad Rizali,, S.P., M.Si (2020) Pertumbuhan Populasi Dan Perkembangan Corcyra Cephalonica (Stainton) Pada Beberapa Varietas Beras Pecah Kulit. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Produksi padi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ketahun, hal ini dapat dilihat dari produksi padi Indonesia pada tahun 2017 sebesar 81,149 juta ton yang mengalami peningkatan pada tahun 2018 menjadi 83,3 juta ton. Peningkatan produksi padi ini harus didukung dengan terjaminnya beras hasil produksi di dalam ruang penyimpanan sebelum dipasarkan. Berbagai kerusakan yang berasal dari ruang penyimpanan salah satunya disebabkan oleh Corcyra cephalonica (Stainton), walaupun merupakan hama sekunder, apabila merusak secara terus menerus serangga hama ini akan menimbulkan kerusakan yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa varietas beras pecah kulit terhadap pertumbuhan populasi dan perkembangan C. cephalonica. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya dengan rerata suhu 25,84°C dan kelembapan 72,30%. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 8 varietas beras pecah kulit yaitu Cibogo, Mekongga, Situ Bagendit, Mentik Wangi, IR 64, Inpari 32, Ciherang, dan Pandan Wangi sebagai pakan perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali pada pengamatan pertumbuhan dan 10 kali pada pengamatan perkembangan. Penelitian ini diatur dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Variabel yang diamati adalah jumlah telur, larva, pupa, imago, fekunditas, fertilitas, stadium telur, larva, pupa, praoviposisi, oviposisi, dan pascaoviposisi. Pada pengamatan pertumbuhan populasi digunakan 100 butir telur yang diinfestasikan pada masing-masing 100 g pakan perlakuan dan pada pengamatan perkembangan digunakan 1 butir telur pada masing- masing 6 g pakan perlakuan perkembangan C. cephalonica. Hasil penelitian pertumbuhan populasi dan perkembangan C. cephalonica pada beberapa varietas beras pecah kulit dianalisis menggunakan analisis ragam, apabila antar perlakuan berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas beras pecah kulit tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, praoviposisi, oviposisi, pasca oviposisi, fertilitas, dan stadium pupa C. cephalonica. Pada stadium telur, larva, pra dewasa, lama hidup imago, dan siklus hidup, varietas beras pecah kulit berpengaruh nyata. Stadium telur lebih cepat pada varietas Mentik Wangi dengan lama 5,65 ± 0,28 hari dan tidak berbeda nyata dengan varietas IR 64 namun berbeda nyata dengan varietas Cibogo, Mekongga, Situ Bagendit, Ciherang, Inpari 32, dan Pandan Wangi. Pada pengamatan stadium larva dan fase pra dewasa pada varietas Cibogo lebih cepat yaitu 36,40 hari dan 55,65 hari dan tidak berbeda nyata dengan varietas Mekongga, Mentik Wangi, Ciherang, dan IR 64, namun berbeda nyata dengan varietas Situ Bagendit, Inpari 32, dan Pandan Wangi. Siklus hidup C. cephalonica pada beras pecah kulit varietas Cibogo lebih cepat yaitu 56,75 hari yang tidak berbeda nyata dengan varietas Mekongga, Mentik Wangi, Ciherang, dan IR 64, dan berbeda nyata dengan varietas Situbagendit, Inpari 32, dan Pandan Wangi. Fekunditas pada varietas Mekongga lebih tinggi dengan ii jumlah telur 566,70 butir dan tidak berbeda nyata dengan varietas Cibogo, Situ Bagendit, Mentik Wangi, Ciherang, IR 64 dan Pandan Wangi, namun berbeda nyata dengan varietas Inpari 32 yang memiliki fekunditas lebih rendah dengan jumlah telur 386,10 butir. Lama hidup imago pada beras pecah kulit varietas Situ Bagendit lebih cepat yaitu 13,90 hari dan tidak berbeda nyata dengan varietas Mekongga, Mentik wangi, Ciherang, IR 64, dan Pandan Wangi, namun berbeda nyata dengan varietas Cibogo, dan Inpari 32. Perbedaan perkembangan C. cephalonica pada tiap varietas beras pecah kulit dipengaruhi oleh kadar fenol, kekerasan biji dan kandungan nutrisi pada tiap varietasnya. Semakin tinggi kadar fenol maka semakin lama stadium larva, fase pra dewasa, dan siklus hidup dari C. cephalonica. Semakin tinggi kandungan nutrisi maka fekunditas semakin tinggi dan lama hidup imago semakin lama, sedangkan semakin rapuh biji maka semakin cepat siklus hidup dari C. cephalonica.

English Abstract

Rice production in Indonesia has significantly increased throughout the years. It can be seen from the fact that there are 81,149 million tons of rice production in 2017 and it has risen to 83.3 million tons in 2018. The larger quantity of rice supply needs to be supported by ensuring its quality through saving at warehouse before distributing it to the customers. One of the various damages comes from the warehouse is caused by Corcyra cephalonica (Stainton). Although it is secondary pest, once it damages continuously would turn into a serious one. This research was aimed to study the effect of several varieties of brown rice towards the growth and the development of C. cephalonica. This study was conducted at Plant Pest Laboratory, Plant Pest and Disease Department, Faculty of Agriculture, Brawijaya University with average temperature 25,84°C and humidity level 72.30%. It was done through involving 8 varieties of brown rice such as Cibogo, Mekongga, Situ Bagendit, Mentik Wangi, IR 64, Inpari 32, Ciherang, and Pandan Wangi as treated feed that is repeated three times towards the population growth analysis and ten times for the development analysis. This research was arranged in Completely Randomized Design (CRD). The variables observed were the number of eggs, larva, pupa, adults, adults first emerge, fecundity, fertility, egg stage, larval stage, pupal stage, immature stage, life cycle, preoviposition, oviposition, and postoviposition. Population growth observation was carried out by infested 100 eggs on 100 g of each feed treatment while development observation was carried out by infested 1 egg for each feed. Data of growth and development of C. cephalonica were analyzed with ANOVA and DMRT if there were significantly different among the treatments. The result showed that brown rice varieties did not significantly affect the population growth, preoviposition, oviposition, postoviposition, fertility, and pupal stage of C. cephalonica. Further, eggs stage, larva stage, immature stage, adult longevity, and life cycle brown rice varieties have a significant effect. Eggs stage on Mentik Wangi variety was faster which last for 5,65 ± 0,28 days and not significantly different with IR 64 variety, but have significantly different with Cibogo, Mekongga, Situ Bagendit, Ciherang, Inpari 32, dan Pandan Wangi varieties. The observation of larval stage and immature stage on Cibogo variety with 36,40 days and 55,65 days each was faster and has no significantly different with Mekongga, Mentik Wangi, Ciherang, and IR 64 varieties, and have significantly different with Situ Bagendit, Inpari 32, and Pandan Wangi varieties. The life cycle of C. cephalonica on Cibogo brown rice variety with 56,75 days was faster than other and have no significantly different as Mekongga, Mentik Wangi, Ciherang, and IR 64 varieties but have significantly different with Situbagendit, Inpari 32, and Pandan Wangi. Fecundity of Mekongga variety was higher than other varieties with 566,70 eggs and have no significantly effect with Cibogo, Situ Bagendit, Mentik Wangi, Ciherang, IR 64 and Pandan Wangi varieties, but had iv significantly effect with Inpari 32 that have 386,10 eggs. Adult longevity on brown rice of Situ Bagendit variety was more faster than other varieties with 13,90 days, and has no significantly effect with Mekongga, Mentik wangi, Ciherang, IR 64, and Pandan Wangi varieties, but has significantly effect with Cibogo, and Inpari 32 varieties. The differences on development of C. cephalonica towards each brown rice varieties were affected by phenolic content, the hardness of seed and nutrition content every varieties. The higher phenolic content of the brown rice will make longer larval stage, immature stage and life cycle of C. cephalonica. In contrast, the higher nutrition content will make more fecundities and adult longevity longer. Also, more fragile seeds will make life cycle of C. cephalonica faster.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0520040110
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests > 632.6 Animal pests
Divisions: Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 22 Jul 2022 08:03
Last Modified: 11 Oct 2024 01:52
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192556
[thumbnail of Fatchuliani Safitri Ramadhani..pdf] Text
Fatchuliani Safitri Ramadhani..pdf

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item