Identifikasi Dan Analisis Kandungan Mikroplastik Pada Biota Di Ekosistem Mangrove Desa Mangunharjo Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo

Krisnahadi, Muhamad Bayu and Defri Yona, S.Pi, M.Sc.stud., DSc and Ir. Aida Sartimbul, M.Sc., Ph.D (2021) Identifikasi Dan Analisis Kandungan Mikroplastik Pada Biota Di Ekosistem Mangrove Desa Mangunharjo Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Secara umum mangrove mendapat banyak tekanan baik itu dari daratan maupun dari lautan. Rusaknya ekosistem mangrove salah satunya karena adanya limbah pada area mangrove. Buangan sampah plastik oleh aktivitas manusia maupun masukan dari laut, menjadi salah satu polutan bagi biota yang mendiami ekosistem mangrove. Sampah plastik yang terjebak di area mangrove menjadi bahaya karena sifatnya yang sulit terdegradasi. Proses degradasi sampah plastik dalam jangka waktu yang sangat lama hanya akan mengubah plastik menjadi serpihan kecil berukuran kurang dari 5 mm yang disebut mikroplastik. Mikroplastik dapat terakumulasi pada perairan, sedimen maupun biota yang tentunya akan mengganggu bagi keseimbangan ekosistem mangrove. Mikroplastik yang masuk pada ekosistem mangrove dapat termakan oleh biota baik secara langsung maupun melalui rantai makanan. Penelitian ini berfokus pada biota endemik mangrove yang umum ditemui seperti keong bakau dan Isognomon ephippium, juga kepiting bakau yang mewakili tiap kelas biota. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan kelimpahan mikroplastik, serta perbandingan kandungan mikroplastik pada tiap spesiesnya. Pengambilan sampel biota dilakukan di tiga stasiun dengan pengambilan lima sampel biota per spesies di setiap stasiunnya. Sampel biota selanjutnya dilakukan preservasi dengan alkohol 70%. Pengambilan parameter pendukung juga dilakukan seperti parameter kualitas perairan dan parameter fisika perairan. Pada tiap sampel biota diukur morfometriknya lalu dipisahkan antara jaringan lunak dengan cangkangnya. Destruksi bahan organic di jaringan lunak sampel dilakukan dengan menggunakan H2O2 30% dan larutan Fe (II) 0,05 M. Setelah itu, sampel disaring menggunakan kertas whatman dengan ukuran mesh size 0,45 µm dan diidentifikasi jenis mikroplastiknya menggunakan mikroskop. Hasil penelitian menemukan sebanyak 111 partikel mikroplastik pada 45 sampel biota yang terdiri dari tiga jenis mikroplastik yaitu fiber, fragmen dan film. Stasiun 1 menjadi stasiun dengan kelimpahan tertinggi pada setiap spesies. Mikroplastik jenis fiber menjadi mikroplastik yang paling mendominasi kelimpahannya di semua spesies. Pada spesies I. ephippium kelimpahan paling tinggi adalah jenis fiber di stasiun 1 dengan rata-rata kelimpahan 0,87 partikel gram-1. Tingginya mikroplastik pada spesies I. ephippium dikarenakan kemampuan memompa air yang besar yang mana mikroplastik dapat terakumulasi saat proses memompa air. Spesies S. serrata pada stasiun 1 juga memiliki kelimpahan paling tinggi dengan rata-rata kelimpahan 1,1 partikel gram-1. Kelimpahan tertinggi di Stasiun 1 karena Spesies S. serrata dalam proses untuk mendapatkan oksigen dengan cara mengaduk air menyebabkan mikroplastik akan tersangkut pada insang kepiting. Spesies T. telescopium rata-rata kelimpahan tertinggi juga pada stasiun 1 dengan rata-rata kelimpahan 0,56 partikel gram-1. Rata-rata kelimpahan yang tidak terlalu tinggi karena spesies T. telescopium mendapat masukan dari hasil penyaringan lumpur. Warna mikroplastik yang ditemukan, yaitu: biru, hitam, putih, merah, coklat dan transparan. Mikroplastik warna biru menjadi mikroplastik tertinggi pada semua spesies.

English Abstract

Mangroves get a lot of pressure both from the land and from the ocean in general. Waste in the mangrove area triggers the destruction of the mangrove ecosystem. Disposal of plastic waste that is difficult to degrade from human activities and input from the sea is the main pollution for the biota that inhabit the mangrove ecosystem. The degradation process of plastic waste in a very long period will only turn plastic into small pieces of less than 5 mm in size called microplastics. Then, these microplastics will accumulate in waters, sediments, and biota which will certainly disturb the balance of the mangrove ecosystem, especially for the mangrove ecosystem of Mayangan District, Probolinggo City. Microplastics that enter the mangrove ecosystem can be eaten by biota either directly or through the food chain. This study focuses on common mangrove endemic biota such as mangrove snails and shellfish like Isognomon ephippium, as well as mangrove crabs that represent each biota class. This study aims to determine the type and abundances of microplastics and the comparison of microplastic content in each species. This research consisted of two series of activities, namely field data collection, and laboratory analysis. Biota samples were carried out at three stations by taking five biota samples per species. Biota samples were then preserved with alcohol 70%. This study also takes secondary data as support such as water quality parameters and water physics parameters. Each biota sample was measured morphometrically and then separated between the soft tissue and its shell. Soft tissue samples were chemically dissolved using H2O2 30% and Fe (II) 0.05 M solution. Then the samples were filtered using Whatman paper with a mesh size of 0.45 μm and observations were made using a microscope. The results of the study found that as many as 111 microplastic particles were found from 45 biota samples consisting of three types of microplastics, namely fiber, fragments, and films. Station 1 became the station with the highest abundance for each species. Fiber type microplastics became the most dominant microplastics in abundances in all species. In species I. ephippium the highest abundances were the type of fiber at station 1 with an average abundance of 0.87 particles gram-1. The high level of microplastics in species I. ephippium is due to the ability to pump large water where microplastics can accumulate during the process of pumping water. S. serrata species at station 1 also had the highest abundances with an average abundance of 1.1 particles gram-1. The highest abundance at Station 1 because Species S. serrata in the process of getting oxygen by stirring water causes microplastics to get stuck in the gills of crabs. The highest average abundances of T. telescopium was also at station 1 with an average abundance of 0.56 particles gram-1. T. telescopium only gets microplastic input from sludge filtration.The colors of the microplastics found were blue, black, white, red, brown, and transparent. Blue microplastics were the highest microplastics in all species.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0521080172
Uncontrolled Keywords: -
Subjects: 500 Natural sciences and mathematics > 551 Geology, hydrology, meteorology > 551.4 Geomorphology and hydrosphere > 551.46 Oceanography and submarine geology
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Ilmu Kelautan
Depositing User: Zainul Mustofa
Date Deposited: 15 Jun 2022 01:32
Last Modified: 15 Jun 2022 01:32
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191140
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
MUHAMAD BAYU KRISNAHADI.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2023.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item