Model Penyuluhan Swadaya Berbasis Agribisnis Kopi Robusta Di Wilayah Amstirdam Kab. Malang Jawa Timur

Warnaen, Andi and Prof. Dr. Ir. Sugiyanto,, MS and Prof. Dr. Ir. Yayuk Yuliati,, MS and Ir. Edi Dwi Cahyono, M.Agr.Sc, MS. Ph.D (2021) Model Penyuluhan Swadaya Berbasis Agribisnis Kopi Robusta Di Wilayah Amstirdam Kab. Malang Jawa Timur. Doktor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Hasil Penelitian terdahulu menunjukan bahwa peran penyuluh swadaya sangat efektif dalam kegiatan penyuluhan. Pada kenyataannya, di lapangan kegiatan penyuluhan masih didominasi oleh penyuluh PNS walaupun jumlah penyuluh PNS semakin berkurang dan beban pekerjaannya selalu bertambah. Sehingga perlu untuk mengetahui apa saja jenis kegiatan penyuluh swadaya dan dalam pemberdayaan petani kopi. Siapa saja yang terlibat, bagaimana peran penyuluh swadaya, dan apakah faktor-faktor seperti modal sosial, dukungan sektor pemerintah dan swasta, digitalisasi usaha tani serta metode penyuluhan yang diterapkan oleh penyuluh swadaya berpengaruh terhadap peran penyuluh swadaya dalam memberdayakan petani kopi. Pada akhirnya, bagaimanakah model penyuluhan para penyuluh swadaya dalam memberdayakan petani kopi di wilayah Amstirdam. Berdasarkan rumusan masalah ini maka tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat keberdayaan petani Kopi, mendeskripsikan peran penyuluh swadaya dalam memberdayakan petani kopi, menganalisis faktor- faktor apa saja yang berpengaruh terhadap peran penyuluh swadaya dalam memberdayakan petani kopi dan merumuskan model penyuluhan swadaya dalam pemberdayaan petani kopi robusta di Amstirdam Kabupaten Malang. Metode Penelitian adalah pendekatan mix method dengan metode yang digunakan metode penelitian survei. Adapun desain pendekatan kombinasi menggunakan desain sekuensial eksplanatori. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Kabupaten Malang khsususnya wilayah AMSTIRDAM (Ampelgading, Sumber manjing wetan, Trirtoyudo dan Dampit). Populasi penelitian sejumlah 9.503 orang, Penentuan ukuran sampel dalam penelitian menggunakan rumus Yamane, dengan jumlah sampel adalah sejumlah 384 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Proposional random sampling dan Teknik penentuan informan dalam tahap penelitian kualitatif adalah dengan menggunakan teknik purposif sampling. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independent dan variabel dependent, Variabel Bebas (independent) Modal Sosial (X1), dukungan sektor pemerintahan (X2), dukungan sektor swasta (X3), Digitalisasi Usaha Tani (X4), dan Metode Pendekatan Penyuluh (X5). Variabel Intervining atau variabel antara adalah peran penyuluh swadaya (Y1) dan Variabel Terikat (dependent) adalah keberdayaan petani (Y2). Teknik pengumpulan data primer dari responden adalah angket, wawancara, dan observasi. Analisis data kuantitatif yang digunakan adalah deskriptif, analisis SEM menggunakan alat analisis GSCA dan analisis data kualitatif menggunakan teknik analisis interaktif Milles dan Huberman dengan menggunakan NVivo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat Keberdayaan Petani memiliki akumulasi rata-rata (Mean) semua jawaban per item dalam variabel Keberdayaan Petani Kopi sebesar 3,73. Sehingga dapat disimpulkan bahwa termasuk dalam kategori Tinggi. Hal ini menunjukan bahwa Petani kopi memiliki tingkat keberdayaan yang tinggi dilihat dari beberapa aspek yaitu kemampuan mengelola informasi pertanian, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan manajemen usaha tani, Kemampuan memasarkan hasil usaha, dan kemampuan penerapan teknologi inovasi. Variable yang perlu menjadi perhatian adalah xii kemampuan memasarkan hasil usaha. Kemampuan ini masih dinilai rendah dibanding variabel lainnya, sehingga dengan meningkatkan keberdayaan petani dalam memasarkan hasil usaha harapannya Petani Kopi dapat menghadapi tantangan global dan dapat meningkatkan kesejahteraan Petani serta mampu menangkap peluang era revolusi industri 4.0. Peran penyuluh swadaya dalam memberdayakan Petani Kopi menunjukan akumulasi rata-rata (Mean) dalam variabel Peran Penyuluh Swadaya sebesar 3,92. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum variabel Peran Penyuluh Swadaya termasuk dalam kategori Tinggi atau Efektif. Sub variabel yang paling dominan adalah sebagai mitra pemasaran. sementara sub variabel yang paling rendah dibandingkan sub variabel lainnya yaitu peran sebagai Fasilitator walaupun peran tersebut masih kategori tinggi. Indikator yang paling lemah terdapat pada butir pertanyaan nomor 2, dengan rata-rata (Mean) terendah sebesar 3,84 (tergolong dalam kategori Tinggi), yaitu pernyataan mengenai ''Penyuluh swadaya membantu petani dalam hal pencarian informasi, pemasaran, teknologi dan modal''. Dimana mayoritas responden sebanyak 216 orang atau 56,5% menjawab Setuju. Kemampuan penyuluh dalam memfasilitasi dalam pencarian informasi pemasaran, teknologi dan permodalan memiliki peran yang paling rendah dibandingkan dengan indikator lainnya, sehingga perlu dilakukan peningkatan kompetensi dan fasilitasi pelatihan-pelatihan, dengan harapan peran Penyuluh Swadaya semakin meningkat. Keberdayaan Petani Kopi (Y2) lebih dominan dipengaruhi oleh variabel latent Peran Penyuluh Swadaya (Y1) yaitu dengan nilai pengaruh tertinggi sebesar 0,431. Sedangkan Peran Penyuluh Swadaya (Y1) ternyata lebih dominan dipengaruhi oleh variabel Modal Sosial (X1) dengan pengaruh tertinggi sebesar 0,378, dimana indikator (variabel manifest) yang paling baik dalam membentuk variabel Modal Sosial (X1) adalah X1.1 (Kepercayaan) dengan loading faktor tertinggi sebesar 0,744. Model penyuluhan yang dirumuskan supaya peran penyuluh swadaya dapat meningkat maka perlu memperhatikan beberapa variable diantaranya adalah Modal social, dukungan swasta, metode penyuluhan yang digunakan, kapasitas penyuluh, regenerasi petani, keterlibatan gender, dukungan penyuluh PNS. Digitalisasi usaha tani perlu dimaksimalkan. Model Penyuluhan Penyuluh Swadaya di wilayah amstirdam dibagi kedalam wilayah Kabupaten atau Kecamatan dan level Desa/kelompok. Pembagian tersebut dimaksudkan supaya ada kewenangan yang jelas antara tiga pelaku penyuluhan. Kesimpulan dari Hasil Penelitian ini adalah tingkat keberdayaan petani termasuk dalam kategori Tinggi. Variable yang perlu menjadi perhatian adalah kemampuan memasarkan hasil usaha. Peran Penyuluh Swadaya termasuk dalam kategori Tinggi. Sementara sub variabel yang paling dominan adalah sebagai mitra pemasaran dan sementara sub variabel yang paling rendah yaitu peran sebagai fasilitator. Faktor dominan yang berpengaruh terhadap Keberdayaan Petani Kopi melalui Peran Penyuluh Swadaya adalah Modal Sosial. Maka rekomendasi sebagai bahan Evaluasi Kebijakan Strategis agar lebih tepat sasaran mengenai indikator kunci yang perlu diprioritaskan untuk diperbaiki terlebih dahulu adalah indikator Kepercayaan. Model penyuluhan yang dirumuskan supaya peran penyuluh swadaya dapat meningkat maka perlu memperhatikan beberapa variable diantaranya adalah Modal social, dukungan swasta, metode penyuluhan yang digunakan, kapasitas penyuluh, regenerasi petani, keterlibatan gender, dukungan penyuluh PNS. Digitalisasi usaha tani juga perlu dimaksimalkan

English Abstract

The results of previous research indicate that the role of self-help extension workers is very effective in extension activities. In fact, extension activities are still dominated by civil servant extension workers, although the number of civil servant extension officers is decreasing, and their workload continues to increase. So it is necessary to know what types of activities of self-help extension agents and in empowering coffee farmers. Who is involved, the role of independent extension workers, and whether factors such as social capital, government and private sector support, digitization of farming and extension methods applied by independent extension agents affect the role of independent extension workers in empowering coffee farmers. In the end, what is the extension model for independent extension workers in empowering coffee farmers in Amstirdam. Based on the formulation of this problem, the purpose of this study are: to identify the level of empowerment of coffee farmers; describe the role of independent extension workers in empowering coffee farmers; analyze what factors influence the role of independent extension workers in empowering coffee farmers, and formulate self-help extension models in empowering robusta coffee farmers in Amstirdam Malang Regency. This study used a mixed-method approach with the method used in the survey research method. The combination approach design uses an explanatory sequential design. The research location chosen was in Malang Regency, especially the AMSTIRDAM area (Ampelgading, Sumber Manjing Wetan, Trirtoyudo and Dampit). The study population was 9,503 people. Determination of the sample size in the study using the Yamane formula to obtain a total sample size of 384 people. The sampling technique in this study used proportional random sampling, and the technique of determining informants in the qualitative research stage used the purposive sampling technique. The data needed in this study are primary data and secondary data. The variables in this study are the independent variable and the dependent variable. The independent variables are social capital (X1), government sector support (X2), private sector support (X3), digitization of agricultural enterprises (X4), and the Extension Approach Method (X5). The Intervening variable or intermediate variable is the role of self-help extension agents (Y1), and the dependent variable is farmer empowerment (Y2). Primary data collection techniques from respondents using questionnaires, interviews, and observations. Quantitative data analysis used is descriptive analysis, SEM analysis using GSCA. At the same time, the qualitative data analysis used the interactive analysis technique of Milles and Huberman with the help of the NVivo application. The results showed that the level of Farmer Empowerment had an average (Mean) accumulation of all answers per item in the Coffee Farmer Empowerment variable of 3.73. So it can be concluded that it is included in the High category. The results show that coffee farmers have a high level of empowerment seen from several aspects, namely the ability to manage agricultural information, make decisions, manage farms, market business products, and apply innovative technology. The variable that needs attention is the ability to market the results of the business. This ability is still considered low compared to other variables. So by increasing the empowerment of farmers in marketing will increase their income, and coffee farmers could face global challenges and improve the welfare xiv of farmers and seize the opportunities of the industrial revolution era 4.0. The role of independent extension workers in empowering coffee farmers shows the average accumulation (Mean) in the variable of the role of self-help extension workers is 3.92. So it can be concluded that in general, the variable of the Role of independent Extension Officers is included in the High or Effective category. The most dominant sub variable is as a marketing partner. The lowest sub-variable compared to other sub-variables is the role of facilitator, although this role is still in the high category. The weakest indicator is found in question number 2, with the lowest average (Mean) of 3.84 (classified in the High category). The statement regarding '' Self-help extension workers helps farmers search for information, marketing, technology and capital where the majority of respondents as many as 216 people or 56.5% answered Agree. The ability of the extension personnel to facilitate the search for marketing, technology, and capital information has the lowest role compared to other indicators, so it is necessary to increase competence and facilitate training, hoping that the role of the Self-Help Extension Officer will increase. The empowerment of coffee farmers (Y2) is more dominantly influenced by the latent variable of the role of the Self-Help Extension Officer (Y1), with the highest effect value of 0.431. Meanwhile, the role of the independent Extension Officer (Y1) is more dominantly influenced by the Social Capital variable (X1) with the most substantial influence of 0.378, where the best indicator (manifest variable) forming the Social Capital variable (X1) is X1.1 (Trust) with loading the highest factor is 0.744. The extension model that is formulated so that self-help extension workers can increase the role of self-help extension workers is necessary to pay attention to several variables, including social capital, private support, extension methods used, extension capacity, farmer regeneration, gender involvement, support of civil servant extension workers. The digitization of farming needs to be maximized. The self-help extension model in the Amstirdam area is divided into districts or sub-districts and the village/group level. The division is intended so that there is apparent authority between the three extension agents. The conclusion from the results of this study is that the level of farmer empowerment is in the High category. The variable that needs attention is the ability to market the results of the business. The role of the Self-Help Extension Officer is in the High category. Meanwhile, the most dominant sub variable is as a marketing partner, and the lowest sub variable is the role of a facilitator. The dominant factor influencing the Empowerment of Coffee Farmers through the Role of Self-Help Extension Officers is Social Capital. So the recommendation as material for Strategic Policy Evaluation to make it more targeted on critical indicators that need to be prioritized for improvement is the Trust indicator. The extension model formulated so that the role of independent extension workers can be increased. We need to pay attention to several variables. The variables such as social capital, private support, extension methods used, extension capacity, farmer regeneration, gender involvement, support of civil servant extension workers and digitization of farming need to be maximized.

Item Type:	Thesis (Doktor)
Identification Number:	0521040194
Subjects:	600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions:	S2/S3 > Doktor Ilmu Pertanian, Fakultas Pertanian
Depositing User:	agung
Date Deposited:	20 May 2022 08:56
Last Modified:	23 Sep 2024 03:15
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190699

Text Andi Warnaen.pdf Download (9MB)

Actions (login required)

View Item