Analisa Keruntuhan Bendungan Nipah Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur Dengan Menggunakan Aplikasi Zhong Xing HY21

Mursyianto, Widyan (2017) Analisa Keruntuhan Bendungan Nipah Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur Dengan Menggunakan Aplikasi Zhong Xing HY21. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Bendungan merupakan bangunan yang berupa tanah, batu, beton atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat juga dibangun untuk menampung limbah tambang atau lumpur. Bendungan, disamping bermanfaat untuk memenuhi berbagai kebutuhan bagi manusia, juga menyimpan potensi bahaya yang sangat besar apabila bendungan tersebut runtuh akan menyebabkan terjadinya kerugian jiwa dan materi serta hancurnya infrastruktur yang ada di bagian hilir bendungan. Keruntuhan Bendungan dapat diakibatkan oleh overtopping dimana air yang melimpas melalui puncak bendungan menyebabkan terjadinya erosi serta longsoran pada tubuh bendungan, khususnya pada bendungan tipe urugan tanah. Keruntuhan dapat juga diakibatkan oleh bocoran yang membawa material bendungan secara berangsur-angsur yang disebut erosi buluh atau piping. Pada laporan ini analisa keruntuhan bendungan dilakukan menggunakan aplikasi Zhong Xing HY21 dimana running aplikasi ini dilakukan dengan skenario overtopping, piping atas, piping tengah dan piping bawah. Sebelum dilakukan running aplikasi terlebih dahulu dilakukan analisa hidrologi dengan menghitung debit banjir maksimum boleh jadi (Probability Maximum Flood) dengan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dan didapatkan debit puncak sebesar 1767,35288 m3/det pada jam ke-2. Selain itu menghitung hujan maksimum boleh jadi (Probability Maximum Precipitation) dengan metode Hersfield yang menghasilkan nilai hujan maksimum boleh jadi adalah 458,566 mm. Kemudian dilakukan penelusuran banjir (flood routing) dan Bendungan Nipah tidak mengalami overtopping dengan debit maksimum yang melimpah sebesar 1231,370 m3/det pada elevasi +47,834 m. Untuk proses running aplikasi Zhong Xing HY21 diperlukan data-data primer dan sekunder seperti peta Digital Elevation Model serta parameterparameter yang digunakan sebagai inputan agar running bisa dilakukan. Running yang telah dilakukan menghasilkan outflow puncak terbesar adalah 4963,344 m3/det untuk skenario piping bawah dan yang terkecil adalah 3399,327 m3/det untuk skenario overtopping. Selain itu dampak genangan banjir terluas adalah 5.873.791,650 m2 untuk skenario piping atas dan yang terkecil adalah 5.451.634,358 m2 untuk skenario overtopping. Dari semua skenario keruntuhan yang disimulasikan, menunjukkan desa yang mengalami banjir terparah adalah di Desa Montor dengan kedalaman mencapai 7 m lebih. Dari hasil tersebut skenario piping atas mempunyai dampak paling besar apabila Bendungan Nipah mengalami keruntuhan. Pada skenario piping atas ini enam desa di dua kecamatan terkena dampak banjir akibat keruntuhan Bendungan Nipah.

English Abstract

Dam is a construction made of the arrangement of soil, rock, concrete or brick that is designed to retain water, mine waste or mud. It is not only supplying water for human needs but also giving a great risk for human in the case of collapse. Death, property loss, and shattered construction at the downstream part of reservoir are few consequences of the collapsed reservoir. The collapse can be caused by overtopping where water overflows the top-part of reservoir, thus inducing erosion and land slide at reservoir body. It is often found in the type of earthwork reservoir. The collapse is also caused by the leakage that gradually flows reservoir materials out of the reservoir body. The stream of this leakage is called as stream erosion or famously known as piping. In this study, dam break analysis using application Zhong Xing HY21. The running of this application involves some scenarios such as overtopping, upper piping, central piping, and lower piping. Before the running of this application, hydrology analysis is done and it involves several counts. Allowed Maximum Flood Debit (Probability Maximum Flood) is counted using Nakayasu’s Synthetic Unit Hydrograph, and the resultant peak debit is found as 1767.35288 m3/sec at the second hour. Allowed Maximum Rainfall (Probability Maximum Precipitation) is counted using Hersfield method and the resultant rate is 458.566 mm. The tracking of flood (flood routing) is also conducted. Nipah Dam does not experience overtopping at maximum debit of 1231.370 m3/sec in the elevation of +47,834 m. The running of application Zhong Xing HY21 would need primary and secondary data, including Digital Elevation Model Maps and parameters that would be used as inputs for the running. Result of running the application gives few indications. The biggest peak outflow is 4963,344 m3/sec found at lower piping scenario, while the smallest is 3399.327 m3/sec observed at overtopping scenario. The widest impact of flood inundation is 5,873,791.650 m2 at upper piping scenario, while the smallest impact is 5,451,634.358 m2 at overtopping scenario. Of all dam break scenarios simulated, the worst flood is suffered by Montor Village where flood depth reaches over 7 m. Also, upper piping scenario has the greatest impact when Nipah dam should collapse. In this scenario, six villages in two districts would suffer from flood impact caused by the collapse of Nipah Dam.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FT/2017/400/051704731
Uncontrolled Keywords: keruntuhan, Zhong Xing HY21, overtopping, piping
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 627 Hydraulic engineering > 627.8 Dams and reservoirs
Divisions: Fakultas Teknik > Teknik Pengairan
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 30 Aug 2017 03:46
Last Modified: 13 Nov 2020 03:16
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/1894
[thumbnail of Widyan Mursyianto.pdf]
Preview
Text
Widyan Mursyianto.pdf

Download (15MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item