Adaptasi Transformasi Akses Masyarakat Dalam Pemanfaatan Kawasan Hutan Rph Bambang Utara Di Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang

Ulum, Muhammad Shoyyadul and Medea Rahmadhani Utomo,, SP., M.Si. and Mangku Purnono,, SP., M.Si., Ph.D. (2021) Adaptasi Transformasi Akses Masyarakat Dalam Pemanfaatan Kawasan Hutan Rph Bambang Utara Di Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kawasan hutan merupakan kawasan penyangga yang dapat memberikan nilai manfaat bagi lingkungan dan kehidupan. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan hutan tentu melibatkan masyarakat sekitar hutan. Pentingnya memelihara kawasan hutan selain dapat bermanfaat dari segi ekologi, juga memiliki manfaat dari segi sosial dan ekonomi. Pemanfaatan sumber daya hutan erat kaitannya dengan akses. Akses masyarakat dalam memanfaatkan kawasan hutan dalam tiap periode waktu yang berbeda tentu mengalami pergeseran dan juga perubahan dalam hal pola akses masyarakatnya. PHBM merupakan salah satu bentuk kebijakan yang memfasilitasi proses perubahan pola akses masyarakat yang berada di kawasan hutan. Munculnya berbagai macam permasalahan terutama masyarakat di kawasan hutan, memunculkan adaptasi transformasi pola akses masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya hutan. Tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui bagaimana akses masyarakat terhadap pemanfaatan kawasan hutan, mendeskripsikan proses transformasi adaptasi masyarakat dalam akses pemanfaatan kawasan hutan, dan mendeskripsikan dampak pada masyarakat dari adanya perubahan kebijakan kehutanan di Kawasan RPH Bambang Utara. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan lokasi penelitian di Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2021. Penentuan informan menggunakan purposive sampling dengan memilih key informan dan menggunakan snowball sampling untuk informan pendukung atas rekomendasi key informan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan key informan dan informan pendukung, dokumentasi, dan observasi partisipatif. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis interaktif Miles and Huberman. Berdasarkan hasil dari penelitian, perubahan akses masyarakat kawasan hutan dapat dilihat dari perubahan mata pencaharian masyarakat. Perubahan tersebut disebabkan oleh pola pengelolaan kawasan yang berubah pada tiap tahunnya. Sebagai contoh, perubahan fokus utama tanaman tegakan dari mahoni dan sengon menjadi pinus memunculkan mata pencaharian baru berupa penyadap getah pinus. Pengelolaan kawasan hutan yang dimanfaatkan menjadi Wisata Kampung Enem (WIKEN) memunculkan mata pencaharian baru sebagai pengelola ekowisata. Selai itu, terdapat akses pemanfaatan kawasan hutan yang dilakukan masyarakat baik di sekitar maupun di dalam kawasan hutan diantaranya aktivitas pemanfaatan lahan garapan yang ditanami komoditas tanaman pangan, tanaman semusim, tanaman masyarakat (kayu), dan tanaman palawija. Tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat berada di bawah tanaman tegakan utama (pinus) yang dikelola oleh Perum Perhutani. Pengambilan keputusan masyarakat dalam melakukan penanaman tanaman semusim maupun tanaman tahunan tergantung pada tingkat kerapatan naungan dari tanaman tegakan pinus. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan jasa lingkungan dan juga Hasil Hutan Hukan Kayu (HHBK). Proses adaptasi transformasi masyarakat di kawasan hutan RPH Bambang Utara dijelaskan menggunakan tiga bidang pembahasan yang berbeda, yaitu bidang pribadi, praktik dan politik. Ketiga bidang tersebut digambarkan menggunakan zona traksi dan zona friksi. Zona traksi merupakan jalur menuju hasil yang lebih berkelanjutan. Sedangkan, zona friksi merupakan jalur perlawanan menuju hasil yang lebih berkelanjutan, atau praktik kontradiktif yang menghasilkan hasil yang kurang berkelanjutan. Pada bidang pribadi, gambaran zona friksi masih terdapat beberapa masyarakat yang berkeinginan untuk menjadi penambang pasir. Alasanmya karena menjadi penambang adalah paling cepat untuk memperoleh uang. Zona traksi di bidang pribadi diantaranya masyarakat hutan yang patuh terhadap aturan Perhutani. Hal ini disebabkan semakin terbukanya akses yang diberikan Perhutani. Sehingga, masyarakat juga harus tanggung jawab terhadap perintah yang diberikan Perhutani. Pada bidang ekologi, salah satu contoh friksi berupa tantangan penyadapan getah pinus di musim penghujan. Sedangkan contoh traksi berkaitan dengan perubahan penanaman tanaman mahoni menjadi pinus. Hal ini memberikan manfaat ekonomi, karena melibatkan masyarakat secara langsung dalam aktivitas penyadapan getah pinus. Selanjutnya pada aspek ekonomi, salah satu contoh traksi berupa tutupnya beberapa warung yang ada di Wisata Kampung Enem. Sedangkan contoh traksi berkaitan dengan masyarakat hutan yang memiliki berbagai macam mata pencaharian, sehingga mampu menunjang perekonomian. Selanjutnya pada aspek sosial, salah satu contoh traksi berupa kurang harmonisnya masyarakat dengan pihak Perhutani dalam mengelola Wisata Kampung Enem. Sedangkan contoh traksi berkaitan dengan kerjasama antara Perhutani dengan masyarakat di dalam kawasan hutan. Hal ini dapat memberikan dampak positif dan berkelanjutan. Selanjutnya pada aspek politik, salah satu contoh traksi berupa transaksi pengalihan hak kelola lahan tanpa melapor terlebih dahulu pada LKDPH. Pengalihan hak kelola sebenarnya tidak dibenarkan secara kebijakan. Sedangkan contoh traksi, berkaitan dengan adanya pembagian lahan oleh pihak Perhutani setelah adanya kegiatan tebang tanam. Dampak dari adanya adaptasi transformasi akibat adanya kebijakan PHBM secara keseluruhan membuat masyarakat yang berada di dalam maupun disekitar kawasan hutan memiliki hak akses yang semakin tinggi. Terbukanya akses masyarakat dalam mengelola kawasan hutan dapat mengurangi kerusakan hutan akibat pencurian kayu secara liar. Akan tetapi, selain terdapat dampak negatif dari terbukanya akses di kawasan hutan, yaitu kualitas lahan budidaya yang semakin turun. Gagal panen akibat serangan hama dan pengelolaan lahan yang semakin sulit dapat dijadikan sebagai bukti bahwa kualitas lahan di kawasan RPH Bambang Utara yang semakin turun.

English Abstract

Forest areas are buffer areas that can provide value for the environment and life. The utilization and management of forest areas certainly involves the community around the forest. The importance of maintaining forest areas in addition to being beneficial from an ecological perspective, also has social and economic benefits. Utilization of forest resources is closely related to access. Community access in utilizing forest areas in each different time period certainly experiences a shift and also changes in terms of access patterns. PHBM is a form of policy that facilitates the process of changing access patterns of people living in forest areas. The emergence of various kinds of problems, especially people in forest areas, has led to adaptation of community access patterns in the use of forest resources. The aims of this study are to find out how the community accesses the use of forest areas, describe the transformation process of community adaptation in access to forest area utilization, and describe the impact on society of changes in forestry policies in the RPH Bambang Utara forest area. This research method is carried out using this type of research with a qualitative approach. The research location was chosen in Patokpicis Village, Wajak District, Malang Regency. This research will be conducted from January to March 2021. Determination of informants using purposive sampling by selecting key informants and using snowball sampling for supporting informants on the recommendation of key informants. Data collection techniques were carried out through in-depth interviews with key informants and supporting informants, document collection, and participatory observation. The data analysis technique was carried out using the Miles and Huberman interactive analysis model. Based on the results of the study, changes in community access to forest areas can be seen from changes in community livelihoods. This change is caused by the pattern of area management that changes every year. For example, the change in the main focus of standing plants from mahogany and sengon to pine has led to new livelihoods in the form of pine resin tappers. Management of forest areas that are used for Wisata Kampung Enem (WIKEN) has created a new livelihood as an ecotourism manager. In addition, there is access to the use of forest areas by the community both around and within the forest area, including the use of arable land which is planted with food crops, seasonal crops, community plants (wood), and secondary crops. Plants cultivated by the community are under the main stand (pine) managed by Perum Perhutani. Community decision making in planting seasonal and annual crops depends on the level of shade density of the pine stands. In addition, the community also takes advantage of environmental services and also Hasil Hutan Hukan Kayu (HHBK). The process of adaptation to community transformation in the forest area of RPH Bambang Utara is explained using three different areas of discussion, namely personal, practical and political sphere. The three sphere are described using the traction zone and the friction zone. The traction zone is a pathway to more sustainable results. Meanwhile, the friction zone is a path of resistance to a more sustainable outcome, or a contradictory practice that produces a less sustainable result. In the personal field, the description of the friction zone is that there are still some people who want to become sand miners. The reason is because being a miner is the fastest way to earn money. Traction zones in the private sector include forest communities who obey Perhutani rules. This is due to the increasingly open access provided by Perhutani. Thus, the community must also be responsible for the orders given by Perhutani. In the field of ecology, one example of traction is the challenge of tapping pine sap in the rainy season. While the example of traction relates to changing the planting of mahogany plants to pine. This provides economic benefits, because it involves the community directly in pine resin tapping activities. Then on the economic aspect, one example of traction is the closing of several stalls in Wisata Kampung Enem. While the example of traction relates to forest communities who have various kinds of livelihoods, so that they are able to support the economy. Furthermore, on the social aspect, one example of traction is the lack of harmony between the community and Perhutani in managing Enem Village Tourism. While the example of traction relates to the collaboration between Perhutani and the community in the forest area. This can have a positive and sustainable impact. Furthermore, on the political aspect, one example of traction is in the form of a transaction on the transfer of land management rights without first reporting to LKDPH. The transfer of management rights is actually not justified by policy. Meanwhile, the example of traction relates to the division of land by Perhutani after the logging activity. The impact of the transformational adaptation due to the PHBM policy as a whole makes people living in and around forest areas have higher access rights. Opening community access in managing forest areas can reduce forest damage due to illegal timber theft. However, apart from the negative impact of opening access in forest areas, the quality of cultivated land is decreasing. Crop failure due to pest attacks and increasingly difficult land management can be used as evidence that the quality of land in the RPH Bambang Utara Forest area is decreasing.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0521040073
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 28 Jan 2022 01:50
Last Modified: 16 Oct 2024 02:39
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/189038
[thumbnail of MUHAMMAD SHOYYADUL ULUM.pdf] Text
MUHAMMAD SHOYYADUL ULUM.pdf

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item