Ratnasari, Jesica Ayu Dwi (2021) Analisis Kinerja Pasar Benih Padi Di Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Peningkatan produksi padi di Jawa Timur dapat tercapai apabila wilayah-wilayah penghasil padi di Jawa Timur melakukan program intesifikasi. Menurut Mustain (2005) pengunaan benih padi bersertifikat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi padi. Oleh sebab itu, ketersediaan benih padi unggul bersertifikat merupakan syarat mutlak dalam peningkatan hasil dan kualitas produksi padi. Salah satu daerah yang melakukan program intensifikasi adalah Kabupaten Tuban. Kabupaten Tuban merupakan salah satu daerah penghasil padi terbesar kelima di Jawa Timur yang memproduksi padi sebesar 607.742 ton dengan luas tanam padi mencapai 107.636 hektar dan luas panen 104.280 hektar tahun 2018. (BPS, 2018). Kabupaten Tuban memiliki 22 produsen benih padi bersertifikat (BPSB, 2018). Adanya 22 produsen benih padi berpotensi untuk menjadi Kabupaten Tuban sebagai sentral penghasil benih padi di Jawa Timur. Banyaknya jumlah produsen benih padi di Kecamatan Tuban mengakibatkan meningkatnya jumlah volume produksi benih padi oleh produsen dan meningkatnya permintaan benih padi bersertifikat di tingkat petani. Hal tersebut mengakibatkan pasar benih padi di Kabupaten Tuban semakin kompetitif. Produsen benih padi di Kecamatan Tuban menjual benihnya dalam kota Tuban dan luar kota seperti Madiun, Nganjuk dan Lamongan (HPPB Kab. Tuban, 2018). Benih padi dijual kepada beberapa pihak seperti pedagang besar, pengecer, penyalur dan petani. Pada proses tersebut ditemukan adanya perantara dalam pemasaran benih padi di Kabupaten Tuban. Adanya penambahan pelaku pasar akan menyebabkan tingkat marjin, biaya pemasaran dan keuntungan yang berbeda (Jumiati, dkk. 2013). Terdapat 7 Kecamatan yang merupakan daerah-daerah penghasil benih padi di Kabupaten Tuban (BPSB, 2018). Tujuh Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Soko, Rangel, Palang, Merakurak, Tuban, Parengan dan Bangilan. Daerah tersebut menghasilkan benih padi label ungu. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive dengan pertimbangan fenomena yang terjadi di lapang bahwa Kabupaten Tuban berpotensi menjadi sentra produsen benih padi di Jawa Timur. Menurut data BPS (2019), Kabuten Tuban merupakan salah satu penyangga lumbung pangan nasional di Jawa Timur. Responden dalam penelitian ini adalah produsen benih padi dan lembaga pemasaran yang terlibat. Penentuan responden produsen benih padi mengunakan metode sensus karena keseluruhan jumlah produsen benih padi merupakan populasi dalam penelitian. Sedangkan untuk lembaga pemasaran benih padi mengunakan metode snowball sampling dengan produsen benih padi sebagai key informant. Sebanyak 15 responden yang teridiri dari 4 pedagang besar, 2 penyalur dan 9 pengecer. Data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer melalui wawancara dengan mengunakan bantuan kuesioner sedangkan metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan Teknik dokumentasi dari publikasi media online maupun media cetak serta dokumentasi dari Dinas Pertanian Kabupaten Tuban. Analisis data pada penelitian ini vii digunakan untuk mendeskripsikan saluran pemasaran dan Total Gross Marketing Margin (TGMM) dan Marketing Efficiency Index (MEI). Hasil penelitian terdapat empat saluran pemasaran benih padi di Kabupaten Tuban yaitu saluran saluran satu tingkat, saluran dua tingkat, saluran tiga tingkat dan saluran 4 tingkat. Pada setiap saluran terbagi menjadi dua perhitungan marjin, yaitu dengan petani mitra dan tanpa petani mitra. Ke-empat saluran pemasaran benih padi di Kabupaten Tuban memiliki nilai Total Gross Marketing Margin (TGMM) yang berbeda-beda. Nilai TGMM paling rendah berada pada saluran II yaitu sebesar 11.11% dan nilai TGMM tertinggi ada pada saluran I yaitu sebesar 50% dengan mitra. Menurut Adera, et., all. (2016) nilai Total Gross Marketing Margin (TGMM) yang baik memiliki nilai kisaran (0-50%). Nilai Marketing Efficieny index (MEI) yang paling besar berada pada saluran I dengan nilai 58,98 dengan mitra. Pelaku pemasaran yang terlibat pada saluran I yaitu petani produsen dan konsumen akhir (petani). Sedangkan nilai Marketing Efficieny index (MEI) yang paling rendah berada pada saluran IV tanpa mitra dengan nilai 2,38 tanpa mitra. Pelaku pemasaran yang terlibat pada saluran IV yaitu petani produsen, pedagang penyalur, pengecer dan konsumen akhir (petani). Penentuan kinerja pasar berdasarkan di Kabupaten Tuban menunjukkan bahwa kinerja pasar di Kabupaten Tuban Tidak Baik. Pada indikator saluran pemasaran Total Gross Marketing Margin (TGMM), Saluran pemasaran 1 memiliki kinerja pasar terbaik, sedangkan ketiga saluran lainnya, yaitu Saluran 2,3,dan 4 terdapat penambahan lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran yang menyebabkan peningkatan nilai marjin sehingga kinerja pemasaran di Kabupaten Tuban termasuk buruk. Pada indikator Marketing Efficiency Index dapat dilihat bahwa semua saluran pemasaran baik dengan petani mitra ataupun tanpa petani mitra berada pada kategori baik dengan kaidah > 1. Peneliti memberikan saran kepada pelaku pemasaran benih padi di Kabupaten Tuban penambahan pelaku pasar pada saluran pemasaran mengakibatkan nilai Total Gross Marketing Margin (TGMM) tinggi dan (GMMp) besar sehingga kinerja pasar buruk. Oleh sebab itu dapat diupayakan untuk saluran pemasaran yang lebih pendek dan setiap lembaga pemasaran yang aktif dapat memberikan kontribsusi yang baik.
English Abstract
The increase in rice production in East Java can be achieved if the rice-producing regions in East Java carry out an intensification program. According to Mustain (2005) the use of certified rice seeds is one of the factors that affect the increase in rice production. Therefore, the availability of certified superior rice seeds is an absolute requirement in increasing the yield and quality of rice production. One of the areas that is carrying out an intensification program is Tuban Regency. Tuban Regency is one of the fifth largest rice producing areas in East Java which produces 607,742 tons of rice with a rice planting area of 107,636 hectares and a harvest area of 104,280 hectares in 2018 (BPS, 2018). Tuban Regency has 22 certified rice seed producers (BPSB, 2018). The existence of 22 rice seed producers has the potential to become Tuban Regency as the central rice seed producer in East Java. The large number of rice seed producers in Tuban District has resulted in an increase in the volume of rice seed production by producers and an increase in the demand for certified rice seeds at the farmer level. This has resulted in an increasingly competitive rice seed market in Tuban Regency. Rice seed producers in Tuban District sell their seeds in the city of Tuban and outside cities such as Madiun, Nganjuk and Lamongan (HPPB Kab. Tuban, 2018). Rice seeds are sold to several parties, such as wholesalers, retailers, distributors and farmers. In this process, it was found that there was an intermediary in the marketing of rice seeds in Tuban Regency. The addition of market players will cause different levels of margins, marketing costs and profits (Jumiati, et al. 2013). There are 7 Districts which are rice seed producing areas in Tuban Regency (BPSB, 2018). The seven sub-districts are Soko, Rangel, Palang, Merakurak, Tuban, Parengan and Bangilan. The area produces purple label rice seeds. The selection of research locations was carried out purposively or deliberately by considering the phenomenon that occurred in the field that Tuban Regency has the potential to become a center for rice seed producers in East Java. According to BPS data (2019), Kabuten Tuban is one of the supports for the national food barn in East Java Respondents in this study were rice seed producers and marketing agencies involved. Determination of rice seed producer respondents using the census method because the total number of rice seed producers is the population in the study. Meanwhile, rice seed marketing agencies use the snowball sampling method with rice seed producers as key informants. as many as 15 respondents consisting of 4 wholesalers, 2 distributors and 9 retailers. The research data uses primary data and secondary data. Primary data through interviews using questionnaires, while secondary data collection methods are carried out using documentation techniques from online media publications and print media as well as documentation from the Tuban Regency Agriculture Office. Data analysis in this study is used to describe the marketing channels and the Total Gross Marketing Margin (TGMM) and the Marketing Efficiency Index (MEI). ix The results of the study were there were four channels for marketing rice seeds in Tuban Regency, namely one-level channels, two-level channels, three-level channels and 4-level channels. Each channel is divided into two margin calculations, namely with partner farmers and without partner farmers. The four rice seed marketing channels in Tuban Regency have different Total Gross Marketing Margin (TGMM) values. The lowest TGMM value was in channel II which was 11.11% and the highest TGMM value was on channel I which was 50% with partners. According to Adera, et., All. (2016) a good Total Gross Marketing Margin (TGMM) value has a range value (0-50%). The biggest value of Marketing Efficieny index (MEI) is in channel I with a value of 58.98 with partners. Marketing actors involved in channel I are farmers, producers and end consumers (farmers). Meanwhile, the lowest Marketing Efficieny index (MEI) was in channel IV without partners with a value of 2.38 without partners. Marketing actors involved in channel IV are producer farmers, distributor traders, retailers and final consumers (farmers). The determination of market performance based on Tuban Regency shows that the market performance in Tuban Regency is not good. In the indicator of the Total Gross Marketing Margin (TGMM) marketing channel, marketing channel 1 has the best market performance, while the other three channels, namely Channels 2,3, and 4, there are additional marketing agencies involved in marketing channels which cause an increase in the margin value so that marketing performance in Tuban Regency, including bad. In the Marketing Efficiency Index indicator, it can be seen that all marketing channels, both with partner farmers and without partner farmers, are in the good category with the rule> 1. The researcher gave suggestions to the rice seed marketing actors in Tuban Regency that the addition of market players in the marketing channel resulted in a high Total Gross Marketing Margin (TGMM) value and (GMMp) large so that the market performance was poor. Therefore, efforts can be made for shorter marketing channels and any active marketing agency can make a good contribution.
Other obstract
-
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | 0521040020 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
| Depositing User: | Nur Cholis |
| Date Deposited: | 25 Jan 2022 03:23 |
| Last Modified: | 24 Feb 2022 03:22 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/188786 |
![[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO]](http://repository.ub.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
145040101111179 - JESICA AYU DWI RATNASARI.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2023. Download (3MB) |
Actions (login required)
 |
View Item |