Estimasi Cadangan Karbon Padang Lamun Di Pantai Sire, Lombok Utara

Nanggala, Arya and Citra Satrya Utama Dewi ,, S.Pi., M.Si and Susi Rahmawati,, M. Bio.Sc (2021) Estimasi Cadangan Karbon Padang Lamun Di Pantai Sire, Lombok Utara. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Revolusi industri global pada tahun 1780 telah mengakibatkan peningkatan konsentrasi emisi gas rumah kaca (GRK) terutama yang berasal dari pembakaran bahan bakar di udara. GRK memiliki sifat menyerap dan memancarkan radiasi infrared sinar matahari yang berada di atmosfer. Peningkatan CO2 sangat berpengaruh terhadap fungsi ekologi di perairan. Dampak negatif pada fungsi ekologi di perairan berupa meningkatnya keasaman air laut karena CO2 mudah berikatan dengan air laut dan berubah menjadi senyawa yang bersifat asam. Lamun dapat mereduksi CO2 melalui proses fotosintesis dan sistem daur rantai makanan. Pada prosesnya lamun dapat mengikat CO2 dari atmosfer ke laut dengan mekanisme perbedaan tekanan parsial. Hasil proses tersebut akan tersimpan dalam biomassa above ground, below ground, dan sedimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi cadangan karbon pada biomassa padang lamun di Pantai Sire, Lombok Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2021. Penelitian ini berpedoman pada Guideline for the Assessment of Carbon Stock and Sequestration in Southeast Asia. Pada prosesnya dibagi menjadi 3 kegiatan meliputi: pengambilan data lapang, analisis laboratorium dan perhitungan data. Pengambilan data lapang terdiri dari parameter kualitas perairan, persentase penutupan, kerapatan, dan sampel lamun. Analisis laboratorium terdiri dari pengolahan sampel biomassa dan karbon organik lamun dengan menggunakan metode loss on ignation. Hasil penelitian di Pantai Sire, Lombok Utara memiliki nilai rata-rata parameter kualitas perairan terkecuali salinitas yang masih sesuai dengan baku mutu KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004. Berdasarkan hal tersebut, maka lokasi penelitian tergolong ke dalam kondisi perairan yang baik untuk pertumbuhan dan keberadaan lamun. Pada lokasi penelitian terdapat 9 jenis lamun, dengan nilai persentase penutupan lamun sebesar 68.16± 3.05% masuk dalam kategori kaya/ sehat. Jenis lamun yang mendominasi setiap plot, meliputi: E. acoroides, T. hemprichii, C. rotundata, dan S. isoetifolium. Keempat jenis ini akan dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui nilai kerapatan, biomassa, dan karbon organik. Nilai rata-rata kerapatan lamun di lokasi penelitian mencapai 934.89± 165.53 tegakan/m2. S. isoetifolium merupakan jenis dengan dominasi kerapatan tertinggi. Nilai rata-rata biomassa lamun di lokasi penelitian 508,00± 92,23 g Bk/m2. Nilai biomassa Bg memiliki kontribusi empat kali lipat dibandingkan Ag. Nilai rata- rata karbon organik didapatkan hasil 0,30± 0,01 Bk. Faktor yang mempengaruhi nilai karbon organik adalah intensitas cahaya matahari, masukan nutrisi perairan, dan struktur dalam sel setiap jenis lamun. Nilai rata-rata cadangan karbon lamun di lokasi penelitian adalah 150,90± 28,18 g C/m2. E. acoroides menyumbangkan nilai cadangan karbon tertinggi karena memiliki morfologi lebih besar walaupun memiliki nilai kerapatan lebih rendah. Estimasi nilai cadangan karbon pada lamun di kawasan Lombok Utara adalah 418,25 ton C dengan luasan area 277,30 ha setara dengan emisi CO2 penggunaan 832.863 kendaraan sepeda motor. Besar harapan pengelolaan vegetasi pesisir secara terpadu dalam mempertahankan keberadaan lamun agar dapat berkontribusi lebih dan optimum sebagai carbon sink dalam upaya mitigasi perubahan iklim untuk perbaikan lingkungan

English Abstract

The global industrial revolution in 1780 has resulted in an increase in the concentration of greenhouse gas (GHG) emissions, especially those from burning fuels in the air. GHGs have the property of absorbing and emitting infrared radiation from the sun in the atmosphere. The increase in CO2 greatly affects the ecological function in the waters. The negative impact on ecological functions in the waters is an increase in the acidity of seawater because CO2 easily binds to seawater and turns into acidic compounds. Seagrass can reduce CO2 through the process of photosynthesis and the food chain cycle system. In the process, seagrass can bind CO2 from the atmosphere to the sea by a partial pressure difference mechanism. The results of the process will be stored in above ground, below ground, and sedimentary biomass. This study aims to determine the estimated carbon stock in seagrass biomass in Sire Beach, North Lombok. The research was conducted in March – May 2021. This research is by the Guideline for the Assessment of Carbon Stock and Sequestration in Southeast Asia. The process is divided into 3 activities including: field data collection, laboratory analysis and data calculation. Field data collection consisted of water quality parameters, percentage of cover, density, and seagrass samples. Laboratory analysis consisted of processing samples of seagrass biomass and organic carbon using the loss on ignition method. The results of the research in Sire Beach, North Lombok have an average value of water quality parameters except for salinity which is still in accordance with the quality standard of KEPMEN LH No. 51 of 2004. Based on this, the research location is classified into water conditions that are good for the growth and presence of seagrass. At the study site there were 9 types of seagrass, with a percentage value of seagrass cover of 68.16 ± 3.05% included in the rich/healthy category. The seagrass species that dominated each plot included: E. acoroides, T. hemprichii, C. rotundata, and S. isoetifolium. These four types will be further analyzed to determine the value of density, biomass, and organic carbon. The average value of seagrass density at the study site was 934.89 ± 165.53 stands/m2. S. isoetifolium is the species with the highest density dominance. The average value of seagrass biomass in the study area was 508.00± 92.23 g Dw/m2. The biomass value of Bg has a contribution four times that of Ag. The average value of organic carbon obtained was 0.30 ± 0.01 Dw. Factors that affect the value of organic carbon are the intensity of sunlight, the input of water nutrients, and the structure in the cells of each type of seagrass. The average value of seagrass carbon stocks at the study site was 150.90 ± 28.18 g C/m2. E. acoroides contributed the highest carbon stock value because it had a larger morphology even though it had a lower density value. The estimated value of carbon stock in seagrass in North Lombok is 418.25 tons C with an area of 277.30 ha to CO2 equivalent of 832,863 motorcycle. There is great hope for integrated coastal vegetation management in maintaining the presence of seagrass so that it can contribute more and be optimal as a carbon sink in climate change mitigation efforts for environmental improvement

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0521080112
Subjects: 500 Natural sciences and mathematics > 551 Geology, hydrology, meteorology > 551.4 Geomorphology and hydrosphere > 551.46 Oceanography and submarine geology
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Ilmu Kelautan
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 21 Jan 2022 06:38
Last Modified: 07 Oct 2024 07:12
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/188646
[thumbnail of Arya Nanggala.pdf] Text
Arya Nanggala.pdf

Download (5MB)
[thumbnail of Arya Nanggala.pdf] Text
Arya Nanggala.pdf

Download (5MB)

Actions (login required)

View Item View Item