Uji Kualitas Kompos Berbahan Dasar Feses Kelinci Dan Kulit Pisang Terhadap Pertumbuhan Kacang Hias (Arachis Pintoi.)

Ghufran, Muhammad and Ir. Nur Cholis,, M.Si., IPM., ASEAN Eng. (2021) Uji Kualitas Kompos Berbahan Dasar Feses Kelinci Dan Kulit Pisang Terhadap Pertumbuhan Kacang Hias (Arachis Pintoi.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Jumlah kelinci di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019 mencapai 370.107 ekor. Angka ini mengalami peningkatan 1,56% dari tahun 2018 yang bisa mencapai 367.983 ekor. Menurut Kurniawan (2017) feses kelinci mengandung unsur hara N,P dan K yang cukup baik dan karena kandungan proteinnya sebesar 18%. Satu ekor kelinci dewasa mengeluarkan feses 200 gram per hari dan apabila dikalikan dengan jumlah populasi kelinci di Jawa Timur maka per hari menghasilkan 74.000 kg feses kelinci per hari (Bahar dan Bachtar 2015). Limbah ternak yang dibuang ke lingkungan tanpa adanya pengolahan akan mengkontaminasi udara, air dan tanah sehingga menyebabkan polusi. Beberapa gas yang dihasilkan dari limbah ternak antara lain ammonia, CO2 dan gas CH4. (Widyastuti, Purwanto dan Hadiyanto, 2012). Jawa Timur merupakan salah satu penyumbang produksi pisang terbanyak di Indonesia dengan berat total 1,6 juta ton pisang pada tahun 2017 (Anonim, 2017). Kota Malang salah satu kota yang memproduksi olahan pisang. Produksi pisang ini berbanding lurus dengan jumlah limbah yang dihasilkan. Bobot kulit pisang mencapai 40% dari buahnya. Dengan demikian kulit pisang menghasilkan limbah dengan volume yang besar (Hanum, Martha dan Irza. 2012). Salah satu cara memanfaatkan feses kelinci dan limbah kulit pisang, terlebih pisang kepok ialah menjadikan keduanya bahan untuk membuat kompos dengan penambahan mikroba Azotobacter yang akan menghasilkan unsur hara sesuai SNI 19-7030-2004. Penggunaan pisang kepok dikarenakan memiliki kandungan nitrogen yang lebih tinggi dari pada pisang ambon dan pisang raja. Menurut Sriharti dan Takiyah (2008) nitrogen pada kulit pisang kepok 1,34% sedangkan pisang ambon hanya 0,21% dan pisang raja 0,07%. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian pada pertumbuhan Arachis pintoi sehingga dapat mengetahui dosis terbaik penambahan kompos yang berbeda sebagai media tanam. Proses pengomposan dan pengamatan media tanam dilakukan di rooftop milik Bapak Sujito yang bertempat di jalan Sumbersari Gang 4 No. 215c Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Diawali dengan proses pemeraman kompos selama 7 hari. Setelah itu dilakukan pengamatan media tanam yang dilaksanakan pada tanggal 2 sampai 30 November. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pencampuran tanah dan media hasil pengomposan terhadap pertumbuhan tanaman Arachis pintoi berdasarkan persentase kompos yang berbeda. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah 24 tanaman Arachis pintoi, kompos dan tanah. Metode analisis yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah P0 (100% tanah), P1 (20% kompos dan 80% tanah), P2 (40%kompos dan 60% tanah), P3(60% kompos dan 40% tanah). Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali sehingga terdapat 24 unit percobaan. Data yang diperoleh dari 24 unit percobaan dirata-rata untuk setiap ulangannya dan dianalisis secara statistik menggunakan analisis ragam. Apabila diperoleh hasil berbeda nyata (P<0,05) maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) untuk mengetahui perlakuan terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran tanah dan kompos dapat meningkatkan kualitas media tanam dan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang dan berat segar tanaman. Rataan perlakuan terhadap tinggi tanaman Arachis pintoi dengan nilai tertinggi pada P1 sebesar 19,11 ± 2,51c (cm). Rataan perlakuan terhadap jumlah cabang Arachis pintoi dengan nilai tertinggi pada P1 sebesar 19,90 ± 4,32c (cabang). Rataan perlakuan terhadap berat segar Arachis pintoi dengan nilai tertinggi P1 sebesar 29,78 ± 6,99c (gram). Hal ini dikarenakan kandungan N, P, K yang terdapat pada feses kelinci dan juga kulit pisang. Salah satu fungsi nitrogen ialah sebagai pembentuk klorofil yang berfungsi dalam proses fotosintesis. Semakin tinggi pemberian nitrogen maka jumlah klorofil yang terbentuk akan bertambah. Meningkatnya jumlah klorofil memberikan dampak laju fotosintesis yang juga meningkat sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dan maksimum. Menurut Koryati (2004) hasil fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan organ organ tanaman, dimana semakin besar organ tanaman yang terbentuk maka semakin banyak kadar air yang dapat diikat oleh tanaman. Selain itu semakin meningkat tinggi tanaman dan luas daun, maka semakin meningkat pula berat segar tanaman. Hal ini didukung dengan Prasetya (2009) bahwa berat segar tanaman dipengaruhi oleh tinggi tanaman x dan luas daun, dimana semakin tinggi dan semakin besar luas daunnya maka berat segar tanaman akan semakin tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kompos berbahan dasar feses kelinci dan kulit pisang kepok dengan penambahan dekomposer kultur mikroba Azotobacter dapat mengurangi limbah yang berlebih dengan menghasilkan kualitas kompos melebihi SNI 19-7030-2004 serta mampu meningkatkan pertumbuhan Arachis pintoi. Perlakuan terbaik penelitian ini yaitu penambahan kompos 20% dan tanah 80%. Saran dari penelitian ini adalah melakukan penelitian lebih lanjut penggunaan kompos feses kelinci dan kulit pisang kepok dengan penambahan tanah terhadap tanaman pakan lain. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian tentang kandungan nutrisi dari hasil tanaman Arachis pintoi.

English Abstract

The purpose of this study was to determine the appearance of plants (plant height, number of branches, wet weight in Arachis pintoi based on different percentage of organic fertilizers. The materials used in this study were 24 Arachis pintoi plants, organic fertilizers and soil. The experimental research method used a Completely Randomized Design (CRD) consisting of 4 treatments and 6 replications, the treatments in this study were P0 (100% soil), P1 (20% compost and 80% soil), P2 (40% compost and 60% soil), P3 (60 % compost and 40% soil) The data obtained from 24 experimental units were averaged for each test and were statistically analyzed using analysis of variance (ANOVA), obtained significantly different results (P <0.05). followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results showed that the addition of organic compost and soil gave an effect (P> 0.05) on plant height, number of branches and wet weight. The impulse of this research is that the application of organic compost based on rabbit manure and banana peel with Azotobacter microbial culture decomposer can improve the appearance of Arachis pintoi. The suggestion from his research is that further research is needed on the nutrition of Arachis pintoi forage plants.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0521050124
Uncontrolled Keywords: Arachis pintoi, fertilizer, growing media
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 12 Jan 2022 06:56
Last Modified: 02 Oct 2024 03:42
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/188254
[thumbnail of Muhammad Ghufran.pdf] Text
Muhammad Ghufran.pdf

Download (1MB)

Actions (login required)

View Item View Item