Gosal, Pierre Holy and Prof. Ir. Antariksa M, .Eng., PhD and Ir. Agung Murti Nugroho,, ST.,MT., PhD and Prof. Dr. Ir. Jefrey I. Kindangen,, DEA (2020) Adaptasi Arsitektur Pada Rumah Tinggal Di Permukiman Kelurahan Kampung Jawa Tondano Kabupaten Minahasa. Doctor thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Dalam arsitektur, adaptasi dikenal dalam bentuk adaptasi perilaku atau adaptasi lingkungan dan adaptasi bangunan. Adaptasi terhadap lingkungan atau adaptasi perilaku yaitu perilaku penyesuaian yang merupakan bagian dari respon manusia terhadap lingkungan. Fenomena yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian atau pun di luar kebiasaan yang mengakibatkan perlunya adaptasi oleh manusia untuk mencapai keseimbangan. Adaptasi arsitektur dapat terjadi dengan sendirinya. Berdasarkan fakta adanya perubahan-perubahan pada rumah-tinggal di permukiman Kampung Jawa Tondano, maka pertanyaan penelitian adalah: bagaimana akulturasi budaya mempengaruhi masyarakat kampung jawa tondano dalam membentuk pola tata ruang pemukiman di kampung jawa tondano dan faktor-faktor yang bagaimana yang mempengaruhi terjadinya adaptasi arsitektur rumah tinggal di kampung jawa tondano. Untuk itu maka tujuan penelitian ini adalah untuk, Mengkaji faktor akulturasi budaya yang terjadi di kampung Jawa Tondano dapat menyebabkan terjadinya pola pikir masyarakat Kampung Jawa sehingga berdampakm pada penataan tata-ruang permukiman Kampung Jawa Tondano. Mempelajari dan mengkaji ide, perencanaan, dan pelakasanaan pembangunan rumah masayarakat Suku Jawa yang merupakan tradisi yang dibawa oleh 63 orang Jawa yang bermukim di Kampung Jawa Tondano. Mengkaji semua aspek-aspek rumah tinggal yang dibangun oleh kelompok kecil masyarakat ini dan mengkaji rumah-rumah tinggal yang dibangun oleh generasi penerus kelompok masyarakat tersebut terutama pada cara –sara mereka membangun rumha tinggal di Kampung Jawa Tondano. Akulturasi budaya yang terjadi di kampung jawa tondano adalah akulturasi budaya jawa dan budaya minahasa. proses akulturasi budaya ini berjalan dengan tidak berimbang dilihat dari jumlah penduduk karena jumlah komunitas suku jawa yang bermukim berjumlah 63 orang yang semuanya laki-laki dan masyarakat sub etnis tondano (tolour) yang berjumlah ribuan. sikap masyarakat suku jawa dan karakter kepribadian yang santun digabung dengan sikap keterbukaan masyarakat sub etnis tondano menjadikan proses akulturasi ini berjalan harmonis. agama komunitas kampung jawa sejak awal adalah islam dan setelah 190 tahun bermukim disana, semua penduduk kampung jawa saat ini 100% beragama islam, meskipun telah kawin campur dengan penduduk tondano, yang artinya dalam hal soal keyakinan beagama, tidak terjadi akulturasi.tarian hadrah tradisional, hadrah kreasi, lomba salawat jowo, tarian dana-dana, maengket jaton. dalam unsur budaya seni, terjadi akulturasi tetapi ciri khas budaya jawa lebih dominan. dalam soal berbahasa, terjadi proses akulturasi budaya harmonis dimana bahasa jawa dikombinasikan dengan bahasa tolour. bahasa ini kemudian dikenal dengan bahasa jaton. Akulturasi budaya dikampung Jawa Tondano berpengaruh pada adaptasi arsitektur dan pola permukiman. Pecampuran budaya telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada setting lay-out Kampung Jawa Tondano mulai dari pola berkelompok dengan Masjid Al Fallah sebagai pusat dan berada disisi Sungai Sumasempot, menjadi Pola Permukiman Minawerot dengan rumah- rumah dibangun secara teratur dan berjejer di kedua sisi jalan. Selanjutnya pola ini berkembann menjadi Pola Grid mengikuti perkembangan Kota Tondano yang meluas sehingga Kampung Jawa Tondano menjadi bagian dari Kota Tondano. Selajutnya adaptasi pola permukiman ini terjadi karena lahanKampung Jawa yang tidak besar dan ditinggali penduduk Kampung Jawa yang semakin banyak maka perkembangan rumah meningkat. Peningkatannyang tidak didukung luas lahan ini menyebabkan pola permukiman menjadi padat. Kepadatan yang terus menerus terjadi sehingga terjadi aglomerasi dimana sebagian masyarakat Kampung Jawa bermigrasi ke luar Kampung Jawa Tondano dan membentuk komunitas baru disana. Tercata ada 9 Kampung Jawa Tondano dengan nama-nama yang berbeda yang berada di Provinsi Gorontalo, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kabupaten Bolaang Mongondow. Akulturasi budaya berpengaruh pada rumah-tinggal masyarakat Kampung Jawa Tondano. Faktor-faktor yang memmasyarakat pengaruhi rumah-tinggal adalah perkawinan campur antara para pendatang yang berjumlah 63 orang. Perkawinan ini menghasilkan keturunan penduduk yang memiliki karakter baru. Tetapi selanjutnya dalam proses pembangunan rumah, mereka berubah. Rumah-rumah yang dibangun mula-mula di Kampung Jawa Tondano adalah Omah Limasan dengan type yang palins sederhana. Rumah-rumah ini dianggap sebagai rumah sementara karena bagi Kyai Mojo dan pengikutnya, mereka masih berharap bahwa mereka akan dikembalikan ke Pulau Jawa. Setelah perang Diponegoro selesai tetapi kenyataanya mereka ternyata terus-menerus tinggal di Kampung Jawa. Faktor yang berpengaruh lain adalah faktor pengaruh pemerintah Kolonial Belanda yaitu Residen Manado Albert Jacques Frederic Jansen (1853-1859) memerintahkan kepada Tumenggung Zees Pajang sebagai Kepala Kampung untuk menata kembali pemukiman mereka. Untuk penataan ini maka pada saat itu generaTsi kedua telah berperan dan didukung dengan keluarga mereka yang berasal dari Tondano, maka Kampung Jawa dari sisi Sungai Sumasempot dipindahkan ke Jalan Akses Utama Kota Tondano ditarik lurus kedalam lahan Kampung Jawa menjadi aksis jalan baru. Dikedua sisi jalan inilah dibangun rumah-rumah baru yang secara arsitektur adalah rumah-rumah tradsional Minahasa dengan mengikuti tradisi membangun rumah di Minahasa. Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka rumah-rumah tradisional berubah karena pengaruh rumah-rumah Belanda yang mana ruumah- rumahbelanda telah menggunakan Cement pada pondasi, dan dinding serta balok-kolom rumah, penggunaan Seng sebagai penutup atap dan penggunaan Kaca pada daun jendela dan daun pintu. Pengaruh rumah-rumah beton ini mengantar pada perubahan bentuk arsitektur rumah di Kampung Jawa Tondano. Perubahan ini semakin nyata sejak rumah-rumah di Desa Woloan (Tomohon) mulai berproduksi masal. Rumah-rumah Woloan secara perlahan-lahan menggantikan eksisiting rumah tradisonal di Kampung Jawa Tondano. Hal itu terjadi hingga kini.
English Abstract
In architecture, adaptation is known in the form of behavioral adaptation or environmental adaptation and building adaptation. Adaptation to the environment or behavioral adaptation, namely adaptive behavior which is part of the human response to the environment. Phenomenon that occurs due to an incompatibility or even out of habit that results in the need for adaptation by humans to achieve balance. Architectural adaptations can take place by themselves. Based on the fact that there are changes in the residential areas of Kampung Jawa Tondano, the research question is: how does cultural acculturation affect the Javanese Tondano village community in forming residential spatial patterns in the Javanese Tondano village and what factors affect architectural adaptation. house to live in the village of java tondano. For this reason, the purpose of this study is to examine the cultural acculturation factors that occur in the Javanese Tondano village which can lead to the mindset of the Javanese Kampung community so that it has an impact on the spatial arrangement of the settlement of Kampung Jawa Tondano. Studying and studying the ideas, planning, and implementation of building houses for the Javanese people, which is a tradition brought by 63 Javanese living in Kampung Jawa Tondano. Assessing all aspects of the houses built by this small group of people and examining houses built by the next generation of these community groups, especially in the way they build houses in Kampung Jawa Tondano. The cultural acculturation that occurs in the Javanese Tondano village is the acculturation of Javanese culture and Minahasa culture. This cultural acculturation process runs unequally in terms of the population because the number of Javanese tribal communities who live is 63 people, all of whom are men, and the Tondano (Tolour) sub-ethnic community, numbering in the thousands. Javanese people's attitude and polite personality traits combined with the openness attitude of the Tondano sub-ethnic community make this acculturation process run harmoniously. The religion of the Javanese village community has been Islam since the beginning and after 190 years of living there, all the inhabitants of the Javanese village are now 100% Muslim, even though they have intermarried with the Tondano people, which means that in terms of religious beliefs, there is no acculturation. traditional hadrah dances, creative hadrah, salawat jowo contest, fund dance, maengket jaton. In the element of art culture, there is acculturation but the characteristics of Javanese culture are more dominant. In terms of language, there is a process of acculturation of a harmonious culture where Javanese is combined with Tolour. This language became known as the Jaton language. Cultural acculturation in the Javanese village of Tondano has an effect on the adaptation of architecture and settlement patterns. The mixture of cultures has led to changes in the lay-out setting of Kampung Jawa Tondano starting from a group pattern with the Al Fallah Mosque as the center and on the side of the Sumasempot River, to the Minawerot Settlement Pattern with houses built regularly and lined up on both sides of the road. Furthermore, this pattern developed into a Grid Pattern following the expansion of the City of Tondano which expanded so that Kampung Jawa Tondano became part of the City of Tondano. Subsequently the adaptation of this settlement pattern occurred because the land of the Kampung Jawa was not large and the population of Kampung Jawa was increasing, so the development of houses increased. This increase, which was not supported by this land area, caused the settlement pattern to become denser. The continuous density causes agglomeration where some of the people of Kampung Jawa migrate out of Kampung Jawa Tondano and form new communities there. There are 9 Javanese Tondano Villages with different names in Gorontalo Province, South Minahasa Regency, and Bolaang Mongondow Regency. Cultural acculturation has an effect on the residences of the people of Kampung Jawa Tondano. The factors affecting the housing complex are mixed marriages between the migrants, totaling 63 people. This marriage produces offspring of the population who have a new character. But later in the process of building houses, they changed. The houses that were built first in Kampung Jawa Tondano are Omah Limasan with the simplest type. These houses are considered as temporary houses because for Kyai Mojo and his followers, they still hope that they will be returned to Java. After the Diponegoro war ended, in fact they continued to live in Kampung Jawa. Another influencing factor was the influence of the Dutch colonial government, namely Manado Resident Albert Jacques Frederic Jansen (1853- 1859) ordered Tumenggung Zees Pajang as the Village Head to reorganize their settlement. For this arrangement, at that time the second generation had played a role and was supported by their families who came from Tondano, so Kampung Jawa from the side of the Sumasempot River was moved to the Main Access Road of Tondano City, pulled straight into the land of Kampung Jawa to become the axis of the new road. On both sides of this road, new houses were built which are architecturally traditional Minahasa houses following the tradition of building houses in Minahasa. In line with technological developments, the traditional houses changed due to the influence of the Dutch houses where Dutch houses had been, using cement on the foundations, and the walls and beams of houses, the use of zinc as roof coverings and the use of glass on shutters and leaves. door. The influence of these concrete houses led to a change in the architectural form of houses in Kampung Jawa Tondano. This change has become more evident since the houses in Woloan Village (Tomohon) began producing mass. Woloan houses are slowly replacing the existing traditional houses in Kampung Jawa Tondano. This has happened until now.
Item Type: | Thesis (Doctor) |
---|---|
Identification Number: | 062007 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 624 Civil engineering |
Divisions: | S2/S3 > Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik |
Depositing User: | soegeng sugeng |
Date Deposited: | 11 Jan 2022 01:31 |
Last Modified: | 26 Sep 2024 04:03 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/188104 |
Text
Pierre Holy Gosal.pdf Download (9MB) |
Actions (login required)
View Item |