Kridasakti, Sri Wahyu (2019) Pengaturan Kelembagaan Pemerintahan Desa Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Doctor thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
UU RI 6/2014 tentang Desa mengatur 2 materi utama yaitu Desa Adat dan Desa-Biasa/Dinas/Formal/Birokrasi. Namun Desa-Biasa tidak dilahirkan dari ‘Rahim Desentralisasi’, Pasal 18 B ayat (2) UUD NRI 1945 yang diacu tidak mengatur Desa-Biasa bahkan Desa-Adat sekalipun. Sehingga posisi hukum kelembagaan pemerintahan Desa-Biasa berada di luar sistem pemerintahan daerah formal dan menjadi ‘Tidak Harmonis’ baik vertikal terhadap UUD NRI 1945 maupun horizontal terhadap UU 5/2014 Ttg ASN dan UU 17/2003 Ttg Keuangan Negara. Akibatnya Desa-Biasa menjadi tidak memiliki kewenangan formal atas atribusi yang diberikan, olehkarena legal-statusnya menjadi ‘Quasy-Government’. Persoalannya, Mengapa terjadi ketidakharmonisan dalam pengaturan kelembagaan pemerintahan desa ini, baik vertikal antara UU RI 6/2014 dengan UUD NRI 1945, dan horizontal dengan UU RI 5/2014 dan UU RI 17/2003; Apa implikasi hukum dari pengaturan kelembagaan desa yang tidak harmonis itu terhadap sistem administrasi pemerintahan desa?; dan Bagaimana pengaturan kelembagaan desa ke depan dalam sistem hukum pemerintahan desa? Studi disertasi ini bersifat preskriptif normatif, konsep MPFAA (Meaning-Positioning-Functioning-Authorizing-Actuating) telah diterapkankan sebagai guide-line analysis bahan hukum, yang ditopang State-Law-Theory; Law-History-Theory; Authority-Theory; Responsive Law Theory; Teori Perundang-Undangan, Teori Politik Hukum; Konsep Keharmonian Hukum; Konsep Pemerintahan Daerah; dan Konsep Kelembagaan Pemerintahan. Tujuan studi ini adalah menjawab ketiga pertanyaan penelitian melalui pengujian atas legality dan legitimacy UU 6/2014 serta mempreskripsi ius-constituendum pengaturan kelembagaan pemerintahan desa berdasar tata kelola pemerintahan yang baik. Hasil kajian mengindikasikan, bahwa pengaturan kelembagaan pemerintahan desa selain menyimpang dari prinsip-prinsip keharmonian adalah juga ‘ambigu’ atas status hukumnya sebagai “Pemerintahan Semu”. Model gabungan sistem pemerintahan local-self government dan self-governing community yang dianut UU x 6/2014 adalah bentuk State-Corporatism yang niet rechtstreek bestuur gabied di luar rezim desentralisasi. Ratio-legis UU 6/2014 yang sebenarnya berakar pada Pasal 18 B ayat (1), ayat (2) dan ayat (7) UUD NRI 1945, namun ternyata belum juga memperjelas kedudukan, hak dan kewenangan kelembagaan pemerintahan desa dalam sistem pemerintahan daerah Indonesia. Implikasi disharmoni hukum UU 6/2014 terhadap sistem pemerintahan desa dari hasil analisis M-P-F-A-A-C adalah sangat contra productive atas asas good-governance, sehingga tidak memenuhi prinsip-prinsip het beginsel van duidelijk doelstelling, het beginsel van juiste organ, het beginsel van uitvoerbaarheid, het beginsel van duidelijk terminologie en sistematiek, dan het beginsel van de individuele rechbedelling dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Penyebab ketidakharmonisan norma ini diindikasikan karena pengaturan kelembagaan pemerintahan desa (UU 6/2014) tidak diturunkan dari sistem tata kelola pemerintahan yang benar dan baik. Ketidakharmonisan norma vertikal adalah karena UUD NRI 1945 tidak mengatur kelembagaan pemerintahan desa. Rujukan atas Pasal 18 B ayat (2) UUD NRI 1945 hanya agak tepat untuk norma Desa-Adat Pasal 86-111 UU 6/2014, sekalipun sebenarnya bukan Desa-Adat yang dimaksudkan. Sedangkan ketidakharmonisan norma horizontal adalah disebabkan karena ditempatkannya kelembagaan pemerintahan desa sebagai niet rechstreek bestuured gabied, sehingga berimplikasi contra-productive terhadap sistem administrasi pemerintahan desa. Penyebab lain dari ketidakharmonisan hukum ini adalah diindikasikan karena kuatnya dominasi politik hukum yang berorientasi Lokalis-Eksistensialisme (rival Orientalis-Modernisme) pada pembentukan UU 6/2014. Ius-contituendum pengaturan kelembagaan pemerintahan desa harus mampu menyajikan desain kelembagaan pemerintahan desa menurut sistem tata kelola pemerintahan daerah yang benar dan baik. Kelembagaan pemerintahan desa ke depan semestinya dapat ditempatkan sebagai lembaga pemerintahan daerah terbawah-terdepan dalam sistem pemerintahan menurut asas desentralisasi simetris ataupun asimetris. Sehingga pengaturan kelembagaan pemerintahan desa tidak lagi diposisikan sebagai niet rechtstreek bestureed gabied, sebagaimana diamanahkan Pasal 18 ayat (1), Pasal 18 B ayat (1), ayat (2), ayat (7) UUD NRI 1945 dan Keputusan MPR (Majelis Rakyat Indonesia) No. IV/2000, Angka [3.10.1] - [3.10.4] Putusan MK No. 128/PUU-XIII/2015.
English Abstract
Indonesian Law Number 6/2014 concerning village governs two primary materials such as adat (customary) village and village in general/department/official setting/bureaucracy. However, villages in general did not start from the scope of decentralisation. Article 18 B paragraph (2) of the 1945 Indonesian Constitution as referred to does not govern villages in general and even adat villages. Thus, legal system of village government in general does not belong to formal governmental system and it sparks disharmony either toward the 1945 Constitution or toward the Law Number 5/2014 concerning ASN and Law Number 17/2003 concerning State Finance. As a result, villages in general do not hold any official authority over attribution given, and therefore, their legal status is categorised as quasi-government. Based on the above details, some questions are raised: why does disharmony form in the regulation of village government, either between the Law Number 6/2014 and the 1945 Constitution or between Law Number 5/2014 and Law Number 17/2003, and what is the legal implication caused by this disharmonised regulation of village government toward the village government administrative system? And how should the village government be regulated in village governmental legal system later in the future? This study is categorised as normative-prescriptive research, and MPFAA (meaning-positioning-functioning-authorising-actuating) concept was implemented as guideline analysis of legal materials, supported by state-law-theory, law-history-theory; authority-theory; responsive law theory; statute theory, legal politics theory, concept of legal harmony, concept of village government, and the concept of governmental institution. This study is aimed to answer all the three problems through legality and legitimacy of Law Number 6/2014 and to inscribe ius-constituendum of institutional regulation of village government according to good governance principle. The results of study indicate that the regulation aimed for village government is considered contravening the principles of appropriateness and vague in its legal status as ‘quasi-government’. The model combining local-self government and self-governing community as referred to by the Law Number 6/2014 indicates the niet xii rechtstreek bestuur gabied state-corporatism that is out of the decentralisation regime. The ratio legis of Law 6/2014 stemming from Article 18 B paragraph (1), paragraph (2), and paragraph (7) of the 1945 Constitution does not give clear description regarding the position, rights, and authorities of the village government within Indonesian government system. The implication of legal disharmony of Law 6/2014 toward the governmental system of villages based on the analysis of MPFAAC is found contrary to the productivity and principle of good-government. Thus, it fails to meet the principles of het beginsel van duidelijk doelstelling, het beginsel van juiste organ, het beginsel van uitvoerbaarheid, het beginsel van duidelijk terminologie en sistematiek, and het beginsel van de individuele rechbedelling in forming legislation. This disharmony is indicated by the regulation of village government (Law 6/2014) that does not refer to good governance. Moreover, the vertical disharmony is caused by the fact that the 1945 Indonesian Constitution does not regulate the village governmental institution. Reference to Article 18 B paragraph (2) of the 1945 Constitution is only suitable for adat village norms Article 86-111 of Law 6/2014, although it does not really mean adat villages. Horizontal disharmony is caused by the fact the village governance is positioned as niet rechstreek bestuured gabied. Thus, this position has contra-productive implication on administrative system of village government. Another cause of the disharmony is due to the significant domination of legal politics that is local-existential-oriented (rival Oriental-modernism) in the making of Law Number 6/2014. Ius-constituendum of the regulation of village government is not yet capable of providing institutional design according to the system of good governance in regional scope. The institutional village government should be positioned as bottom and leading governmental institution in governmental system based on either symmetry or asymmetry decentralisation. The expectation is that the village governmental institution will no longer be in the position as rechtstreek bestureed gabied, as mandated in Article 18 paragraph (1) Article 18 B paragraph (1) paragraph (2), paragraph (7) of the 1945 Indonesian Constitution and Decree of People’s Consultative Assembly Number IV/2000, number [3.10.1] – [3.10.4], Constitutional Court Decision Number 128/PUU/XIII/2015.
Other obstract
-
| Item Type: | Thesis (Doctor) |
|---|---|
| Identification Number: | DIS/343.074 5/KRI/p/2019/062000493 |
| Uncontrolled Keywords: | Keharmonian, Niet Rechtstreek Bestureed Gabied, Contra Productive,-Harmony, Niet Rechtstreek Bestureed Gabied, Contra Productive |
| Subjects: | 300 Social sciences > 343 Military, defense, public property, public finance, tax, commerce (trade), industrial law > 343.07 Regulation of economic activity > 343.074 Economic assistance > 343.074 5 Rural development |
| Divisions: | S2/S3 > Doktor Ilmu Hukum, Fakultas Hukum |
| Depositing User: | Endang Susworini |
| Date Deposited: | 08 Nov 2021 05:20 |
| Last Modified: | 08 Nov 2021 05:20 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/186673 |
Preview |
Text
Sri Wahyu Kridasakti.pdf Download (6MB) | Preview |
Actions (login required)
 |
View Item |