Analisis Pola Perilaku Masyarakat Tentang Budaya Larung Sesaji di Telaga Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. (Wahyu Handayani S.Pi, MBA, MP)

Nugroho, Tony Dwi (2021) Analisis Pola Perilaku Masyarakat Tentang Budaya Larung Sesaji di Telaga Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. (Wahyu Handayani S.Pi, MBA, MP). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Budaya pada hakekatnya adalah cerminan nilai‐nilai dari sekumpulan manusia yang ada di dalamnya.Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya, karenanya pelestarian budaya yang ada menjadi keharusan.Agar nilai‐nilai yang terkandung di dalamnya dapat berperan membimbing perilaku masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Peristiwa adat seperti itu terjadi di masyarakat sekitar Telaga Sarangan atau lebih tepatnya di Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan Jawa Timur.Selain telaganya yang indah, tradisinya juga terkenal yaitu Larung Sesaji atau sekarang menjadi Gebyar Labuh Sarangan.Ritual Larung Sesaji merupakan puncak acara dari bersih desa yang dilakukan menjelang bulan suci Ramadhan.Setiap tahun acara ini dilakukan pada bulan Ruwah (kalender bulan Jawa) menjelang bulan Ramadhan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk (1) Menggambarkan sejarah larung sesaji di Telaga Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur, (2) Mendeskripsikan dan menganalisa pelaksanaan larung sesaji di Telaga Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur, (3) Mendeskripsikan dan menganalisa makna larung sesaji di Telaga Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur, (4) Mendeskripsikan dan menganalisa bentuk perubahan larung sesaji di Telaga Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur, (5) Mendeskripsikan dan menganalisa perilaku masyarakat dengan adanya kebudayaan larung sesaji di Telaga Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur, (6) Mendeskripsikan dan menganalisa dampak yang timbul ke masyarakat dengan adanya kebudayaan Larung Sesaji di Telaga Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif.Analisa kebijakan melalui metode penelitian kualitatif dengan penalaran deskriptif.. Metode penelitian kualitatif memandang objek penelitian secara holistik atau menyeluruh dan saling berkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode penelitian kualititatif digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data dapat secara induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasiPeneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yakni mengungkapkan kejadian, fenomena, dan keadaan yang sebenarnya terjadi dilapang saat penelitian berlangsung. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Berikut penjelasan dari data primer dan data sekunder. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah upacara tradisi larung sesaji merupakan tradisi yang bersifat sakral yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Sarangan, acara dilakukan secara sederhana dengan beberapa hiburan tradisional yang sifatnya wajib ada yang menjadi kegemaran masyarakat (klangenan) saat melaksanakan kegiatan bersih desa. Berbagai perlengkapan (uborampi) lain seperti panggang tumpeng, kembang sekaran (kembang abang putih, kembang telon) arang-arang kambang, jenang sengkolo, hasil bumi (hulu wektu), kemenyan vii (menyan cunduk), pisang raja (gedhang rojo ayu), tumpeng robyong, tumpeng rasulan (tumpeng tengel), pitek tulak, dan kambing kendhit juga diperlukan dalam tradisi tersebut. Untuk kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten sebagai bentuk paket wisata bagi wisatawan, tradisi Labuhan Sarangan dibuat meriah dengan berbagai macam hiburan.Tumpeng dalam acara kemasan wisata atau paket wisata ini diwujudkan dalam bentuk raksasa.Selain tumpeng raksasa juga terdapat gunungan hasil bumi (hulu wektu) yang turut dilabuh bersama dengan Tumpeng Agung Gono Bahu dalam ukuran besar pula. Perlengkapan lain sama dengan perlengkapan yang dipakai dalam kegiatan sakral masyarakat Kelurahan Sarangan, namun yang membedakannya adalah tidak adanya kambing kendhit sebagai perlengkapan untuk pagerandeso. Pelaksanaan tradisi Labuhan Sarangan sendiri sudah lama, yaitu sejak jaman nenek moyang dulu kala. Bentuk kemasan wisata sendiri dilakukan sejak tahun 1985, namun pada waktu itu kegiatan masih dilaksanakan dengan nama tradisi larung sesaji. Sejak tahun 2010, tradisi larung sesaji berganti nama dengan nama Gebyar Labuhan Sarangan. Perubahan nama ini tidak terlepas dari adanya perdebatan yang dilakukan oleh sebagian orang layaknya yang telah dijelaskansebelumnya. Tradisi bersih desa ini pada awalnya hanya dilakukan oleh sebagian orang yang tinggal di sekitar telaga, namun lambat laun semakin dikenal oleh masyarakat yang lebih banyak.Pada akhirnya kegiatan tersebut berkembang menjadi tradisi yang rutin dilakukan oleh masyarakat desa pada masa itu.Tradisi ini kemudian bertahan sampai sekarang yang dikenal dengan tradisi LabuhanSarangan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di obyek wisata Telaga Sarangan Kec Ploasan Kabupaten Magetan Jawa Timur berdasarkan bahasan dan tujuan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Tradisi Labuhan Sarangan sebagai kegiatan tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Sarangan dilakukan sebagai sarana mengucap syukur dan memohon keselamatan pada Tuhan. Tradisi ini dilakukan agar masyarakat mendapatkan ketenangan, mengigat jika tradisi tahunan ini tidak dilakukan maka diyakini akan mendatangkan bencana bagi masyarakat Kelurahan Sarangan khususnya dan bagi masyarakat Magetan pada umumnya. Tradisi Labuhan Sarangan merupakan suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Sarangan yang berkaitan erat dengan hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antara manusia dengan alam. Saran untuk masyarakat lebih meningkatkan kualitas hubungan dengan menanamkan kerelaan untuk saling berbagi perspektif dan kepentingan dalam rangka untuk bisa saling memahami, sehingga terwujudlah kehidupan bermasyarakat yang damai, Bagi Pemerintah Kabupaten Magetan, Dinas Pariwisata dan Pemerintah Kecamatan agar terus mengawal pola hubungan antar masyarakat sebagai basis tradisi larungan. Selain itu, Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Kecamatan juga harus selalu memperhatikan fasilitas-fasilitas yang ada di sekitar Telaga.Selain faktor budaya, larungan ini juga salah satu sektor pariwisata yang wajib dijaga dan dirawat dengan baik supaya wisatwan luar negeri maupun dalam negeri yang hadir ikut menyaksikan pun tidak kecewa dengan fasilitas yang ada.Semakin banyak wisatawan yang datang, maka semakin banyak pula Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) yang masuk ke masyarakat sekitar.Dan untuk teman-teman, diharapkan mampu menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya.

English Abstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0521080043
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.3 Other extractive industries > 338.37 Products > 338.372 Products of fishing, whaling, hunting, trapping > 338.372 7 Products of fishing, whaling, hunting, trapping (Fishing)
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Agrobisnis Perikanan
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 05 Nov 2021 06:20
Last Modified: 24 Feb 2022 02:01
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/186569
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
- TONY DWI NUGROHO.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2023.

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item