“Nek Pengen Selamet, Ojo Mbangun Sak Karepmu Dewe”: Upaya Masyarakat dalam Memproduksi dan Mengatur Ruang Hunian di Pinggiran Rel Kereta Api Comboran, Kota Lama Malang.

Anwar,, Ratna Ruswidya (2021) “Nek Pengen Selamet, Ojo Mbangun Sak Karepmu Dewe”: Upaya Masyarakat dalam Memproduksi dan Mengatur Ruang Hunian di Pinggiran Rel Kereta Api Comboran, Kota Lama Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Fenomena permukiman yang berada di lahan samping rel kereta api Comboran dan bertahan dengan waktu lama menjadi hal menarik di ruang perkotaan. Keberadaan masyarakat yang tinggal pada lahan milik PT KAI, membuatnya dianggap sebagai suatu hal yang ilegal. Secara aturan, lahan samping rel ditujukkan untuk penunjang keamanan lalu lintas kereta api. Keberadaan permukiman mengakibatkan bahaya untuk perjalanan kereta api, dan juga masyarakat sendiri. Tujuan penelitian ini memaparkan upaya masyarakat yang tinggal di lahan ilegal memproduksi ruang huniannya menjadi milik bersama. Kemudian juga pemahaman masyarakat mengenai ketidakpastian normal serta strategi dalam mengatasi ketidakpastian tersebut. Penelitian ini memaparkan penjelasan fenomena tersebut melalui analisis konsep commons, commoning, belonging, negosiasi, normal uncertainty. Perolehan data didapat dari penelitian kualitatif dengan metode etnografi, melalui observasi dan wawancara intensif. Hasil penelitian mengungkapkan keberadaan masyarakat yang tinggal di samping rel kereta api Comboran sejak tahun 1950-an. Saat ini permukiman telah melampaui batas aman dan menyerbu semua lahan di samping rel kereta api. Masyarakat bersama-sama memproduksi ruang huniannya yang diawali dengan menetapkan identitas melalui narasi sejarah sesepuh. Kampung menjadi identitas yang ditetapkan dengan menerapkan tradisi gotong royong, seperti masyarakat tradisional. Masyarakat menciptakan hubungan sosial baik melalui kegiatan agar dapat mewujudkan tujuan bersama. Tujuannya sendiri adalah membangun kampung lebih maju dengan fasilitas yang memadai, serta menetapkan kampung sebagai kepemilikan bersama. Negosiasi dengan beberapa pihak dilakukan untuk pembangunan kampung. Meskipun masyarakat telah membangun kampungnya dengan baik, namun memiliki risiko akibat tinggal di lahan bahaya dan ilegal. Risiko tersebut menjadi ciri khas kehidupan mereka sehari-hari yang dianggap normal sekaligus berbahaya. Disamping terbiasa dengan keadaan, masyarakat juga menerapkan beberapa penanganan untuk risiko yang bisa terjadi.

English Abstract

The phenomenon of settlements located on land next to the Comboran railway and surviving for a long time is an interesting thing in urban spaces. The existence of people living on land owned by PT KAI, makes it considered illegal. As a rule, the area next to the rail is intended to support rail traffic security. The existence of settlements poses a danger to rail travel, as well as to the community itself. The purpose of this study is to describe the efforts of people living in illegal lands to produce their dwelling place as common property. Then also the public's understanding of normal uncertainty and strategies to deal with this uncertainty. This study describes the explanation of this phenomenon through the analysis of the concepts of commons, commoning, belonging, negotiation, normal uncertainty. The data obtained from qualitative research using ethnographic methods, through observation and intensive interviews. The results of the study reveal the existence of people living next to the Comboran railway since the 1950s. Currently the settlements have exceeded the safe limit and invaded all land beside the railroad tracks. The community together produces their dwelling place which begins with establishing identity through the historical narrative of the elders. Kampung becomes an identity that is determined by applying the tradition of gotong royong, like a traditional society. The community creates good social relations through activities in order to realize common goals. The goal itself is to build a more advanced kampung with adequate facilities, and to establish the kampung as joint ownership. Negotiations with several parties were carried out for kampung development. Even though the community has built their kampung well, it has risks due to living in dangerous and illegal land. These risks are characteristic of their daily lives which are considered normal and dangerous. In addition to being familiar with the situation, the community also applies several treatments for the risks that may occur.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052112
Subjects: 300 Social sciences > 301 Sociology and anthropology
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Antropologi Budaya
Depositing User: Samsul Arifin
Date Deposited: 23 Oct 2021 00:18
Last Modified: 11 Oct 2024 07:30
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/185212
[thumbnail of Ratna Ruswidya Anwar.pdf] Text
Ratna Ruswidya Anwar.pdf

Download (4MB)

Actions (login required)

View Item View Item