Pengaruh Pemberian Susu Kedelai terhadap Perubahan Mounting Latency, Mounting Frequency, dan Ekspresi Reseptor Estrogen Alpha pada Medial Preoptic Area Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Jantan

Pradnyawati Chania, Made (2021) Pengaruh Pemberian Susu Kedelai terhadap Perubahan Mounting Latency, Mounting Frequency, dan Ekspresi Reseptor Estrogen Alpha pada Medial Preoptic Area Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Jantan. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

"Infertilitas merupakan salah satu masalah yang paling banyak dialami oleh pasangan usia subur. Salah satu penyebab infertilitas adalah diet atau konsumsi makanan yang dapat mengganggu sistem reproduksi, contohnya adalah makanan yang mengandung fitoestrogen. Fitoestrogen banyak terkandung dalam makanan berbasis kedelai, salah satunya susu kedelai. Kadar isoflavon dalam susu formula bebasis kedelai bervariasi, sekitar sebanyak 0.7 - 10.73 mg/ 100 g. Selain memiliki efek kesehatan yang bermanfaat, fitoestrogen juga menimbulkan kekhawatiran karena dapat bertindak sebagai endocrine disrupting chemicals (EDCs), yang memiliki potensi untuk menyebabkan efek kesehatan yang merugikan. Fitoestrogen sangat mirip dalam struktur kimianya dengan estrogen mamalia, estradiol, dan mengikat reseptor estrogen alfa dan beta. Berdasarkan sifat aktifnya tersebut, asupan kedelai memiliki potensi untuk menyebabkan efek merugikan pada kesehatan dalam keadaan tertentu, terutama ketika paparan terjadi selama masa perkembangan. Fitoestrogen jenis genistein juga terbukti memberikan efek penurunan (down-regulate) pada reseptor estrogen alfa (ERα) uterus tikus Sprague Dawley betina. Testosteron menempati peran utama dalam pengaturan perilaku seksual pria dan mengakibatkan efek maskulinisasi. Efek testosteron pada perilaku seksual dimediasi di otak secara langsung melalui reseptor androgen (AR) dan secara tidak langsung (setelah aromatisasi lokal menjadi estradiol) melalui reseptor estrogen, terutama ERα. Jaringan area otak yang terlibat dalam pengaturan perilaku seksual pria terutama di hipotalamus dan area preoptik, salah satunya medial preoptic area (MPOA) yang merupakan inti integratif penting dalam perilaku seksual laki-laki. Maka dari itu, estrogen receptor (ER) pada MPOA memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku seksual dan berkontribusi pada kemampuan sanggama tikus jantan; walaupun efek hormonal di tempat lain diperlukan untuk aktivasi penuh perilaku. Penelitian ini dilakukan secara tru experimental – post test only control group design, menggunakan 24 ekor tikus (Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol; kelompok P1 = 7,1 g/kgBb/hari; P2 = 14,2 g/kgBb/hari; dan P3 = 21,3 g/kgBb/hari. Pemberian susu kedelai dilakukan per oral dimulai saat berusia 4 minggu dan diberikan selama 6 minggu. Pengamatan sexual behavior dan pembedahan dilakukan pada usia 10 minggu. Sexual behavior ditentukan berdasar mounting latency (ML) dan mounting frequency (MF). Mounting latency (ML) adalah waktu yang diperlukan pejantan merespons adanya betina estrus (dihitung dari saat betina dimasukkan kandang hingga tikus jantan melakukan percobaan mounting (menaiki) betina pertama kali. Tikus jantan dihitung satu kali mounting apabila mengambil posisi sanggama walaupun gagal mencapai intromisi, ditandai dengan mengangkat tubuh bagian depan di atas tubuh bagian belakang betina (hindquarter), dan menggenggam panggul betina dengan kaki depannya (forepaw). Frekuensi mounting (MF= mounting frequencies), dihitung dengan mengamati berapa kali pejantan melakukan mounting dalam 20 menit (1200 detik). Ekspresi ERα diamati pada jaringan otak tikus wistar dengan menggunakan metode imunohistokimia. ERα akan memancarkan warna cokelat pada inti sel neuron, glia, dan sel lain di MPOA setelah diwarnai dengan estrogen receptor alpha antibody (S118) dari Santa Cru. Identifikasi MPOA dilakukan dengan mengamati jaringan yang terletak pada sisi kanan dan kiri third ventricle di hipotalamus, tepatnya disesuaikan dengan atlas anatomis otak tikus pada Bregma 0.38 sampai −0.58. Sel yang memberikan warna cokelat dihitung per mm2 dengan perbesaran 400x di bawah mikroskop secara manual dan blind. Hasil yang didapatkan yaitu seiring bertambahnya dosis, terdapat penurunan rata-rata MF, namun secara statistik tidak terdapat perbedaan signifikan pada ML (sig=0.987) dan MF (sig=0.256) antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Kemampuan senggama tikus jantan memang dipengaruhi oleh ER dan AR dalam MPOA; namun, efek hormonal di tempat lain diperlukan untuk aktivasi penuh perilaku. Dengan sifat fitoestrogen sebagai endocrine disruptor dapat berikatan secara antagonis dengan ER, serta dapat menurunkan regulasi AR, seharusnya pemberian susu kedelai menyebabkan perubahan pada perilaku seksual tikus jantan. Namun, menurut penelitian tentang pengamatan perilaku seksual pada tikus model ERα knock-out (ERαKO), menunjukkan ERa tidak terlalu esensial selama perkembangan untuk ekspresi perilaku seksual maskulin pada tikus jantan. Selain itu, dopamin dapat mengaktifkan perilaku seksual melalui mekanisme yang bekerja pada ER (selain ERa) atau melalui jalur yang tidak bergantung pada estrogen. Berdasarkan hasil yang didapatkan, terdapat perbedaan signifikan antara ekspresi ERα tikus jantan kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan susu kedelai (sig=0,001). Hal ini sejalan dengan penelitian Fitoestrogen jenis genistein juga terbukti memberikan efek penurunan (down-regulate) pada reseptor estrogen alfa (ERα) uterus tikus Sprague Dawley betina. Hasil uji korelasi Pearson mendapatkan nilai koefisien korelasi (KK) = –0,720, dimana menggambarkan hubungan kedua variabel yang kuat, dan menunjukkan arah yang negatif. Hal ini berarti bahwa peningkatan konsentrasi susu kedelai akan diikuti dengan penurunan ekspresi ERα pada MPOA tikus jantan. Pemberian susu kedelai tidak menurunkan mounting latency dan mounting frequency pada tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan, namun dapat menurunkan ekspresi reseptor estrogen alpha (ERα) pada MPOA tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan."

Item Type: Thesis (Magister)
Divisions: Fakultas Kedokteran > Kebidanan
Depositing User: Unnamed user with username agussusilo
Date Deposited: 22 Feb 2022 05:05
Last Modified: 24 Sep 2024 02:33
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/184641
[thumbnail of Made Pradnyawati Chania.pdf] Text
Made Pradnyawati Chania.pdf

Download (5MB)

Actions (login required)

View Item View Item