Re-Examining Indonesian English as Indonesian's New Variety: A Corpus Study

Camilia Fadillah, Alifa (2021) Re-Examining Indonesian English as Indonesian's New Variety: A Corpus Study. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

"Tujuan utama dari studi ini adalah untuk membahas kembali variasi bahasa Indonesian English sebagai variasi bahasa baru di Indonesia melalui observasi fitur morfosintaksis dan diskursus yang tidak baku di dalam korpus sebagai sumber data utama. Studi ini menggunakan korpus berukuran kecil dan disusun sendiri oleh peneliti yang berisi kumpulan Tweets dari 12 pengguna Twitter, atau handler. Handlers dipilih menggunakan strategi pengambilan sampel non-probabilitas untuk memilih pengguna Twitter asli Indonesia yang sering menggunakan bahasa Inggris dalam Tweet mereka. Kumpulan Tweet ini diambil menggunakan sebuah perangkat lunak otomatis dan difilter secara manual, menghasilkan korpus berukuran 10,779 kata. Penelitian dari Percillier (2016b) digunakan sebagai acuan utama untuk membantu menganalisis data, yang kemudian dibagi menjadi 3 fitur bahasa Indonesian English yang tidak baku, yaitu: fitur morfologis, sintaksis, wacana yang tidak baku. Temuan menunjukkan adanya strategi bahasa tidak baku yang lainnya di dalam tiga fitur bahasa tersebut. Fitur morfologis meliputi penanda tidak baku jamak, tense, dan kelas kata/bentuk kata kerja. Fitur sintaksis meliputi strategi tidak baku pemilihan data dan penghilangan kata. Fitur wacana meliputi penggunaan partikel wacana dan strategi campur dan alih kode menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa substrat dan beberapa proses SLA (second language acquisition) adalah dua pengaruh kebahasaan yang memengaruhi seorang handler ketika menggunakan strategi tersebut dalam Tweet mereka. Beberapa fitur yang dijabarkan di dalam studi Percillier (2016b) juga ditemukan di dalam studi ini, contohnya penanda jamak yang hilang dari kata benda dan konsep jamak implisit (implicit plurality) yang memiliki frekuensi tinggi di kedua studi. Fitur-fitur lain dari Indonesian English juga ditemukan di beberapa variasi bahasa Inggris di negara lain, seperti contohnya hilangnya kata ganti orang pertama tunggal I (saya) sebagai subyek di variasi bahasa Indonesian English dan Korean English (N=34 dan N=79 berurutan) (Rüdiger, 2019). Hasil temuan menjawab pertanyaan tentang apakah memang ada fitur-fitur morfosintaksis dan wacana tidak baku sebagai karakteristik dari variasi bahasa Indonesian English. Dengan menggunakan data yang lebih besar, studi ini bisa dikatakan sebagai sambungan dari studi Aziz (2003) yang minim bukti kuat adanya variasi bahasa Indonesian English, di mana variasi bahasa ini tidak bisa disatukan dengan variasi bahasa informal lainnya seperti Bahasa Gaul, Bahasa Gado-gado, dan Indoglish. Studi ini juga ingin membuktikan bahwa tidak ada variasi Indonesian English yang terstandarisasi karena faktor-faktor kebahasaan yang melingkupi variasi Indonesian English itu sendiri. Meskipun begitu, jika fokus penelitian dialihkan pada pengaruh bahasa substrat dan proses SLA, variasi bahasa Indonesian English bisa diobservasi lebih luas tanpa harus menjadikannya variasi bahasa yang baku."

English Abstract

Fadillah, Alifa Camilia. 2021. Re-examining Indonesian English as Indonesian’s New Variety: A Corpus Study. Thesis. Master’s Program in Linguistics, Faculty of Cultural Studies, Universitas Brawijaya. Advisors: (1) Ika Nurhayani, S.S., M.Hum., Ph.D. (2) Dr. Sri Endah Tabiati, M.Ed. Key Words: non-native varieties of English, expanding circle, Indonesian English The main purpose of this study is to re-examine Indonesian English as Indonesian’s new variety through the observation of non-standard morphosyntactic and discourse features within a self-built corpus as the data source. This study employs a small-sized, self-built corpus composed of a collection of Tweets from 12 Twitter users, or handlers as this study refers to. These handlers were selected using non-probability sampling strategy to purposely collect Indonesian Twitter users who often use English when writing their Tweets. The Tweets were then scrapped using an automated software and filtered which amounts to 10,779 words. Percillier’s (2016b) study was used as the main reference to help analyze and observe the data, which then grouped into three main non-standard features of Indonesian English: non-standard morphological, syntactic, and discourse features. The findings showed that several strategies were observed within the main non-standard features. The non-standard morphological features include nonstandard plural marking, tense marking, and word class/verb forms strategies. The non-standard syntactic features contained non-standard word choice and deletion strategy. The non-standard discourse features covered discourse particles and code-switching/code-mixing strategies from and to Indonesian. The influence of substrate language and several SLA processes affect the handlers to exhibit such strategies when writing the Tweets. Most of the features observed in the Twitter corpus also correlate with the ones featured in Percillier’s (2016b) study, for example the high frequency of missing plural marking and implicit plurality. Some of the features attested in this study were also observed to be the cases of other non-native varieties of English, for instance the fact that both Indonesian and Korean English favor the deletion of first-person singular I as the subject (N=34 and N=79 respectively) (Rüdiger, 2019). To sum up, the findings acknowledge the existence of various non-standard morphosyntactic and discourse features of Indonesian English variety. Using a larger set of data, this study can also be accounted as an extension of Aziz’s (2003) work where it lacks substantial quantitative data to back up the argument that Indonesian English variety exists and cannot be equated with Bahasa Gaul, Bahasa Gado-gado, and Indoglish. This study also wants to highlight that a “standardized” Indonesian English is more likely to be “non-standard” instead, since its use prevails distinct and distinguishable features from the ones performed in standard English. Many factors, especially concerning the prejudice surrounding the non-native variety of English, contribute to the absence of the socalled “standard” Indonesian English variety. On the other hand, should the focus be geared towards the influence of substrate language and SLA processes, the Indonesian English variety can be expanded further without having to force it to be a “standard” variety

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: 420
Uncontrolled Keywords: Kata Kunci: non-native varieties of English, expanding circle, Indonesian English--non-native varieties of English, expanding circle, Indonesian English
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Pendidikan Bahasa Inggris
Depositing User: Unnamed user with username verry
Date Deposited: 19 Oct 2021 04:58
Last Modified: 23 Feb 2022 02:02
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/184008
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Alifa Camilia Fadillah.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2023.

Download (1MB)

Actions (login required)

View Item View Item