Pengambilan Keputusan Petani Sayur Dalam Memilih Lembaga Kredit di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji Kota Batu

Diniyah, Marfu’atud (2020) Pengambilan Keputusan Petani Sayur Dalam Memilih Lembaga Kredit di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Distribusi penyaluran kredit untuk sektor pertanian di Kota Batu tergolong rendah. Berdasarkan laporan BPS selama tiga tahun berturut-turut penyaluran kredit sebesar 4,5 %, 4,4% dan terakhir sebesar 4,9% dari total kredit yang tersalurkan. Hal ini menunjukkan bahwa petani masih sedikit yang mengakses kredit melalui lembaga formal seperti perbankan. Mayoritas petani sayur menggunakan kredit untuk mendapatkan modal usaha tani dan pemenuhan kebutuhan lainnya. Desa Tulungrejo memiliki keberagaman lembaga kredit formal dan non formal. Terdapat tiga lembaga yang diakses petani, yaitu KUR BNI, pedagang pengumpul dan kelompok tai. Bagi peneliti, hal ini menarik untuk dikaji lebih dalam terkait apa yang menjadi pertimbangan petani dalam memilih lembaga kredit. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara mendalam persepsi petani sayur terhadap lembaga kredit yang tersedia dan pertimbangan petani dalam pengambilan keputusan dalam memilih lembaga kredit. Jenis penelitian kuantitatif deskriptif digunakan untuk mengetahui persepsi petani sedangkan jenis penelitian kualitatif deskriptif digunakan untuk mengetahui pertimbangan petani dalam memilih lembaga kredit. Teknik penentuan informan yang digunakan adalah dengan menggunakan metode snowball sampling dengan metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan melalui metode distribusi frekuensi dan model interaktif. Keabsahan data diperiksa melalui triangulasi sumber dan metode Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas petani mengambil kredit mengambil pada KUR BNI sebanyak 25 orang, 12 petani mengambil lembaga kelompok tani, 7 orang mengambil kredit pada pedagang pengumpul dan sisanya, mengambil BNI dan kelompok tani sebanyak 5 orang. Persepsi petani terhadap pedagang pengumpul memiliki skor rata-rata tertinggi dengan nilai 4.5, diikuti persepsi terhadap KUR BNI dengan nilai 4.4 dan kelompok tani yang memiliki skor rata-rata terendah dengan nilai 4.2. Pedagang pengumpul mendapatkan skor tertinggi karena model pinjaman yang mudah, harga jual hasil panen yang sesuai dengan harga pasar serta tidak ada kendala dalam proses pinjaman. Selanjutnya, KUR BNI meskipun sudah memberikan kemudahan persyaratan pinjaman, bunga rendah, dan ketersediaan dana yang banyak namun masih memiliki kendala dalam proses pencairan dana tergolong lama bagi petani yang mengajukan pinjaman kedua. Kelompok tani yang memiliki skor terendah karena menerapkan bunga yang ii tinggi Petani juga merasakan perlu adanya kesepakata baru dalam menerapkan bunga pinjaman. Mayoritas petani cenderung mempertimbangan rasional ekonomi dengan melihat suku bunga yang rendah, ketersediaan dana yang tinggi, dan persyaratan yang mudah. Hal ini dapat dibuktikan melalui banyaknya petani yang mengambil kredit pada lembaga BNI. Kebutuhan ekonomis juga menjadi alasan utama petani dalam mengambil kredit. Kebutuhan tersebut meliputi, kebutuhan biaya untuk membeli saprodi, biaya sewa lahan, biaya tenaga kerja dan biaya untuk sistem irigasi, biaya untuk kebutuhan rumah tangga serta keperluan pendidikan untuk anak. Sedangkan dilihat dari sisi sosiologis terjadi pergeseran norma dalam hubungan patron dan klien, dimana norma yang diterapkan sama-sama menguntungkan bagi kedua belah pihak. Selanjutnya, kebutuhan sosial yang mendorong petani untuk melakukan kredit meliputi kebutuhan untuk membantu saudara, membayar iuran untuk kegiatan desa dan kegiatan sumbangan hajatan. Bagi pemerintah Kota Batu, khususnya Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, perlunya mempertimbangkan karakteristik petani dan usaha tani setempat dalam membuat skim kredit, sehingga dapat dijangkau oleh petani. Serta, melakukan kerja sama dengan Dinas Pertanian dengan melakukan sosialisasi terkait pengelolaan dana kredit dengan mengalokasikan untuk tujuan produktif. Lembaga BNI perlu melakukan peninjauan ulang terkait proses pencairan dana, karena lamanya pencairan dana dapat menghambat aktivitas usaha tani serta sosialisasi kembali untuk penegasan aturan pembayaran kepada setiap kelompok tani. Bagi kelompok tani dan pedagang pengumpul diharapkan tetap mengikutsertakan peran petani dalam membuat kesepakatan. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian peran pedagang pengumpul di lokasi yang berbeda. Selain itu, peneliti bisa melakukan pengelompokan populasi petani berdasarkan luas lahan untuk melihat perbedaan petani kecil dan petani besar dalam pengelolaan dana kredit. Petani dan masyarakat sebelum memutuskan untuk mengambil kredit, disarankan untuk mencari informasi terkait skim kredit pada lembaga kredit yang tersedia dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

English Abstract

Distribution of credit to the agricultural sector in Batu City is relatively low. Based on the BPS report for three years in credit distribution just of 4.5%, 4.4% and finally 4.9% of total loans channeled. This shows that only a few farmers access credit through formal institutions such as banking. Majority of vegetable farmers use credit to get farming capital and meet other needs. Tulungrejo village has a variety of formal and non-formal credit institutions. There are three institutions that are accessed by farmers, namely KUR BNI, traders and cash farmer groups. For researchers, this fenomena is interesting to study more closely about what farmers consider in choosing a credit institution. This study aims to describe the perceptions of vegetable farmers towards available credit institutions and farmers' considerations in making decisions in choosing credit institutions. Quantitative descriptive research is used to determine the perceptions of farmers while the type of descriptive qualitative research is used to determine the farmers' considerations in choosing a credit institution. The technique of determining informants used snowball sampling method with the method of data collection carried out by the method of interviews, questionnaires, observations and documentation. Data analysis techniques used through frequency distribution methods and interactive models. Data validity is checked through source and method triangulation. Results showed that majority of farmers took credit to take KUR BNI as many as 25 people, 12 farmers took farmer group institutions, 7 people took credit to traders and the rest, took BNI and farmer groups as many as 5 people. Farmers' perception of collecting traders has the highest average score with a value of 4.5, followed by the perception of KUR BNI with a value of 4.4 and the farmer group that has the lowest average score with a value of 4.2. Collector traders get the highest score because of the easy loan model, the selling price of the crop in accordance with the market price and there are no obstacles in the loan process. Furthermore, even though KUR BNI has provided facilities for loan conditions, low interest rates, and a large availability of funds, it still has problems in the process of disbursing funds for a long time for farmers who apply for a second loan. Farmer groups that have the lowest score for applying high interest Farmers also feel the need for a new agreement in applying loan interest. Majority of farmers tend to consider the economic rationale by looking at low interest rates, high availability of funds, and easy requirements. This can be proven through the many farmers who take credit at BNI institutions. Economic needs are also the main reason for farmers to take credit. These needs include, the need for costs to buy production input, land rental costs, labor costs and costs for irrigation systems, costs for household needs and educational needs for children. While viewed from a sociological perspective, there is a shift in norms in patronclient relations, where the norms that are applied are mutually beneficial to both parties. Furthermore, the social needs that encourage farmers to do credit include the need to help you, to pay contributions for village activities and to make a donation. Suggestion for the Batu City government, especially the Office of Cooperatives, Industry and Trade, the need to consider the characteristics of farmers and local farming businesses in making credit schemes, so that they can be reached by farmers. Also, collaborating with the Department of Agriculture by conducting socialization related to the management of credit funds by allocating it for productive purposes. BNI institutions need to conduct a review related to the process of disbursement of funds, because the length of disbursement of funds can hamper farming activities as well as re-socialization for confirmation of payment rules to each farmer group. Farmers' groups and collecting traders are expected to continue to include the role of farmers in making agreements. The next researcher can research the role of the traders in different locations. In addition, researchers can group farmers' population based on land area to see the differences between small farmers and large farmers in managing credit funds. Farmers and the community before deciding to take credit, it is advisable to look for information related to credit schemes in credit institutions that are available and tailored to their individual needs.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2020/62/052003716
Uncontrolled Keywords: Pengambilan Keputusan, Persepsi, Kredit, Petani Sayuran, Decision Making, Perception, Credit, Vegetable Farmers
Subjects: 300 Social sciences > 334 Cooperatives > 334.2 Banking and credit cooperatives
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 24 Aug 2020 07:34
Last Modified: 04 Oct 2024 07:13
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/181123
[thumbnail of MARFU’ATUD DINIYAH.pdf] Text
MARFU’ATUD DINIYAH.pdf

Download (23MB)

Actions (login required)

View Item View Item