Aplikasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (Pgpr) Dan Pengaruhnya Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)

Novatriana, Christina (2019) Aplikasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (Pgpr) Dan Pengaruhnya Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura penting bagi masyarakat Indonesia yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Hasil produksi bawang merah pada tahun 2015 sebesar 1.229.184 ton dan meningkat menjadi 1.446.860 ton pada tahun 2016. Meskipun produksi bawang merah pada tahun 2015 hingga 2016 mengalami peningkatan, namun tingkat konsumsi masyarakat Indonesia justru lebih tinggi daripada produksi bawang merah yaitu dengan kisaran 2.80-2.95 kg/kapita/tahun. Penghambat produksi bawang merah adalah daerah perakaran tanaman yang kekurangan mikroorganisme baik sehingga menyebabkan tanaman menjadi terserang berbagai macam penyakit akar. Selain itu, tanaman juga akan mengalami hambatan pertumbuhan atau kurang subur. Hal ini disebabkan oleh kurangnya nutrisi yang tersedia dalam tanah dan rendahnya kemampuan akar dalam menyerap unsur hara yang tersedia bagi tanaman (Wahyuningsih et al., 2017). Salah satu cara untuk pengendalian penyakit pada tanaman bawang merah yaitu dapat dilakukan dengan aplikasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) sebagai media pupuk hayati pada tanaman bawang merah. Aplikasi PGPR pada tanaman bawang merah dapat dilakukan dengan cara perendaman bibit dan penyiraman. Tujuan penelitian yaitu untuk mempelajari aplikasi PGPR terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah lama perendaman 30 menit dan penyiraman dengan dosis 30 ml.L-1 memberikan perngaruh pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan pada April-Juni 2019 di Jl. Puncak Joyo Agung, Kel. Merjosari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang. Penelitian ini disusun dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan 9 perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan berupa pemberian PGPR dengan dosis berbeda dan waktu perendaman berbeda; P0: tanpa aplikasi PGPR; P1: perendaman 30 menit dengan dosis 0 ml; P2: perendaman 60 menit dengan dosis 0 ml; P3: perendaman 0 menit dengan dosis 20 ml; P4: perendaman 30 menit dengan dosis 20 ml; P5: perendaman 60 menit dengan dosis 20 ml; P6: perendaman 0 menit dengan dosis 30 ml; P7: perendaman 30 menit dengan dosis 30 ml; P8: perendaman 60 menit dengan dosis 30 ml. Parameter pengamatan terdiri dari pengamatan pertumbuhan yaitu tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cm2) dan pengamatan panen yaitu jumlah umbi, berat segar (total tanaman). Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F). Apabila terdapat pengaruh di antara perlakuan maka dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat kesalahan 5%. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi perbedaan lama perendaman PGPR dan perbedaan dosis penyiraman PGPR mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot segar, jumlah umbi, dan diameter umbi.ii Perlakuan yang efektif untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah yang tertinggi adalah perlakuan perendaman 30 menit dengan dosis penyiraman 30 ml. Sehingga dapat disimpulkan Kombinasi perbedaan lama perendaman PGPR dan perbedaan dosis penyiraman PGPR yang sesuai untuk tanaman bawang merah adalah perendaman 30 menit dengan dosis penyiraman 30 ml.

English Abstract

Shallot (Allium ascalonicum L.) is one of the important horticultural commodities for the people of Indonesia which has been cultivated for a long time by farmers intensively. The results of the shallot production in 2015 amounting 1,229,184 tonnes and increased to 1,446,860 tons in the year 2016. Although the production of shallot in 2015 until 2016 has increased, but the level consumption of Indonesian people is actually higher than shallot production with the range-2.80 2.95 kg/capita/year. Inhibitors of shallot production are rooted areas of plants that lack good microorganisms, causing plants to become attacked by various root diseases. In addition, plants will also experience barriers to growth or infertility. This is caused to the lack of nutrients available in the soil and the low ability of roots to absorb nutrients available to plants (Wahyuningsih et al., 2017). One way to control disease in shallots is that it can be done with the application of Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) as a medium of biological fertilizer on shallot plants. Application of PGPR on shallots can be done by soaking the seeds and watering. This purpose of the research is study the application of PGPR to the growth and yield of shallots. The hypothesis of this research is soaking time 30 minutes and watering at a dose of 30 ml.L-1 gives influence to the growth and yield of shallot. The research will be conducted in April-June 2019 in Jl. Puncak Joyo Agung, Merjosari, District Lowokwaru, Malang. This research was compiled with a simple Randomized Block Design (RBD) with 9 treatments and repeated 3 times. The treatment consisted of giving different concentrations of PGPR and different immersion times; P0: without the PGPR application; P1: soaking 30 minutes with dosage 0 ml; P2: soaking 60 minutes with dosage 0 ml; P3: soaking 0 minute with dosage 20 ml; P4: soaking 30 minutes with dosage 20 ml; P5: soaking 60 minutes with dosage 20 ml; P6: soaking 0 minute with dosage 30 ml; P7: soaking 30 minutes with dosage 30 ml; P8: soaking 60 minutes with dosage 30 ml. The observation parameters consisted of observations of growth, namely plant height (cm), number of leaves (strands), leaf area (cm2) and harvest observations, namely the number of tubers, fresh weight (total plant). The data of the observations were analyzed using variance analysis (Test F). If there is influence between treatments, a further test is carried out to determine the effect of each treatment using the Duncan Multiple Range Test (DMRT) with an error rate of 5%. The results showed a combination of differences in the duration of PGPR immersion and differences in PGPR watering doses affect the growth of plant height, number of leaves, leaf area, fresh weight, number of bulbs, and bulbs diameter. The effective treatment to get the highest growth and yield of shallots is 30 minutes soaking treatment with a watering dose of 30 ml. So it can be concluded that the combination of differences in the duration of PGPR immersion and theiv difference in PGPR watering dosages that are appropriate for shallots is 30 minutes soaking with 30 ml watering doses.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/949/052000941
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 635 Garden crops (Horticulture) > 635.2 Edible tubers and bulbs > 635.25 Onions
Divisions: Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 10 Aug 2020 08:11
Last Modified: 25 Oct 2021 07:16
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/179536
[thumbnail of CHRISTINA NOVATRIANA (2).pdf]
Preview
Text
CHRISTINA NOVATRIANA (2).pdf

Download (4MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item