Pengaruh Bobot Umbi Dan Pemupukan Kalium Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Talas Mbote (Xanthosoma Sagittifoium (L.) Schott) Di Lahan Kering

Chriswanto, Deby Alfian (2019) Pengaruh Bobot Umbi Dan Pemupukan Kalium Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Talas Mbote (Xanthosoma Sagittifoium (L.) Schott) Di Lahan Kering. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman talas mbote termasuk ke dalam kelompok umbi-umbian yang berpotensi sebagai sumber bahan pangan alternatif. Umbi talas mbote juga memiliki kandungan nutrisi aman dan baik bagi kesehatan. Dalam budidaya tanaman talas mbote biasanya petani menggunakan bahan tanam umbi dengan bobot umbi lebih kecil yang kurang nilai ekonomisnya, sedangkan umbi yang bobotnya lebih besar akan dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu juga tanaman talas mbote biasanya ditanam di sekitar pekarangan, sehingga perhatian petani pada masalah unsur hara masih rendah, seperti yang diketahui bahwa karakteristik pekarangan dan lahan kering memiliki kesamaan yaitu tingkat kesuburan yang rendah. Dampak yang timbul berakibat pada hasil umbi talas mbote yang diperoleh masih rendah berkisar 4-5 ton ha-1. Sedangkan menurut Jatmiko dan Estiah (2014) menyatakan bahwa pada tahun 2013 di enam provinsi Indonesia sekitar 825 ton dengan luas panen 55 ha. Berdasarkan data tersebut potensi produktivitas umbi talas mbote seharusnya bisa mencapai 59,41 ton ha-1 (Murniyanto et al. , 2008). Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan menambahkan unsur hara ke dalam tanah, sehingga kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat terpenuhi. Unsur hara kalium sangatlah penting bagi pertumbuhan tanaman karena berperan dalam pembentukan dinding sel yang berfungsi untuk menjaga tetap tegaknya tanaman. Selain itu juga dapat mempengaruhi hasil tanaman talas mbote karena berperan untuk memacu proses pembentukan dan pengisian umbi melalui translokasi asimilat dari source (daun) ke bagian organ penyimpanan (umbi). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh bobot umbi dan pupuk kalium pada pertumbuhan dan hasil tanaman talas mbote di lahan kering. Kemudian, untuk mendapatkan informasi mengenai bobot umbi dan dosis pupuk kalium yang sesuai bagi pertumbuhan dan hasil umbi tanaman talas mbote. Hipotesis pada penelitian ini adalah penggunaan bahan tanam dengan bobot umbi yang berbeda diperlukan dosis pupuk kalium yang berbeda pula untuk menunjukkan umbi talas mbote yang tinggi. Penelitian dilaksanakan di Agro Techno Park Universitas Brawijaya yang terletak di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Waktu penelitian berlangsung selama 6 bulan, mulai bulan November 2018 sampai dengan bulan Mei 2019. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design), bobot umbi ditempatkan pada petak utama, terdiri dari 3 macam: B1 = 25- 30 g, B2 = 35-40 g, B3 = 45-50 g. Sedangkan, pupuk kalium ditempatkan pada anak petak yang terdiri dari 3 taraf: K1 = 50% dari dosis rekomendas, K2 = 75% dariii dosis rekomendasi, K3 = 100% dari dosis rekomendasi. Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan mengambil dua tanaman contoh untuk setiap kombinasi perlakuan yang didapatkan pada saat tanaman berumur 35 hst, 60 hst, 85 hst, 110 hst dan panen yang meliputi komponen pertumbuhan dan hasil. Komponen pertumbuhan dan analisis pertumbuhan tanaman meliputi, jumlah daun, luas daun, bobot segar total tanaman, bobot kering total tanaman, jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif, dan indeks pembagian (root shoot ratio). Sedangkan komponen hasil meliputi jumlah umbi per tanaman, bobot umbi per tanaman, dan hasil umbi per ha. Data hasil pengamatan kemudian dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf α = 0,05 yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya interaksi atau pengaruh nyata dari perlakuan. Apabila terdapat interaksi atau pengaruh nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji BNJ dengan taraf α = 0,05 untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi nyata terjadi antara bobot umbi dan pemupukan kalium pada peubah jumlah daun, luas daun, bobot segar total tanaman, dan indeks pembagian, jumlah anakan total, bobot umbi per tanaman dan hasil panen per hektar. Dalam rangka untuk mendapatkan hasil umbi yang maksimum sebesar 24,87 ton ha-1 pada bobot umbi 25-30 g diperlukan penambahan pupuk kalium sebesar 73% (197,8 kg KCl ha-1). Sedangkan pada bobot umbi 35-40 g dengan peningkatan pemupukan K (67,75 kg KCl ha-1) menyebabkan turunnya hasil umbi sekitar 11,8 %. Pada bobot umbi 45-50 g diperlukan dosis K sebesar 87% (235,8 kg KCl ha-1) untuk mendapatkan hasil umbi maksimum sebesar 20,82 ton ha-1.

English Abstract

Mbote are included in the group of tubers that have the potential as an alternative food source. Mbote tubers also have safe and good nutrition for health. In mbote cultivation, farmers usually use tuber planting materials with smaller tuber weights that have less economic value, while tubers with higher weights will be sold to meet their daily needs. In addition, mbote plants are usually planted around the yard, so farmers' attention to nutrient problems is still low, as it is known that the characteristics of the yard and dry land have in common the low fertility rate. The resulting impact on the yield of mbote tubers obtained is still low around 5-7 tons ha-1, while the potential productivity of mbote tubers should reach 20.7 tons ha-1 (Suminarti, 2016). Fertilization is an alternative to increase soil fertility by adding nutrients to the soil, so that the plant's need for nutrients can be fulfilled. Potassium nutrient is very important for plant growth because it plays a role in the formation of cell walls that function to keep plants upright. It also can affect the yield of mbote plants because it plays a role to spur the process of forming and replacing tubers through assimilate translocation from source (leaves) to the storage organ (tubers). This research aims to study the effect of tuber weight and potassium fertilizer on the growth and yield of mbote plants in dry land. Then, to get information about tuber weights and potassium fertilizer dosages that are suitable for the growth and yield of mbote plants. The hypothesis in this study is the use of planting material with different tuber weights, different dosages of potassium fertilizer are needed to show high mbote tubers. The research was conducted at Agro Techno Park Universitas Brawijaya located in Jatikerto Village, Kromengan District, Malang Regency. The study period lasted for 6 months, starting in November 2018 until May 2019. The study used Split Plot Design, tuber weights were placed in the main plot, consisting of 3 types: B1 = 25-30 g, B2 = 35 - 40 g, B3 = 45-50 g. Whereas, potassium fertilizer is given to subplots consisting of 3 levels: K1 = 50% of the recommended dose, K2 = 75% of the contribution dose, K3 = 100% of the dose given. Observations were carried out destructively by taking two plant samples for each combination of gifts obtained at the time the plants did 35 hours, 70 hours, 105 hours, 140 hours and the harvest provided a component of growth and yield. Components of growth and analysis of plant growth, number of leaves, leaf area, total weight of plants, total weight of plants, total number of tillers and number of productive tillers, and distribution index (shoot root ratio). Number of components per plant, tuber weight per plant, and tuber yield per ha. Data from observations were then analyzed usingiv analysis of variance (F test) with a level of α = 0.05 which aims to support whether or not real interaction or participation from consultation. If it is related to interaction or real, then it will be continued with BNJ test with α = 0.05 level to find out the differences related to testing. The results showed that the real interaction occurred between tuber weight and potassium fertilizer on the number of leaves, leaf area, total fresh weight of plants, and distribution index, total amount, tuber weight per plant and yield per hectare. In order to get the maximum tuber yield, 73% potassium fertilizer (197.8 kg KCl ha-1) for tuber weights is 25-30 g. While for tuber weights 35-40 g with an increase in K fertilization, the tuber yield increased by about 11.8%. At 45-50 g tuber weights, a K dose of 87% (235.8 kg KCl ha-1) is required to obtain a maximum tuber yield of 20.82 tons ha-1.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/880/052000924
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 631 Specific techniques; apparatus, equipment materials > 631.8 Fertilizers, soil conditioners, growth regulators > 631.83 Potassium fertilizers
Divisions: Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 02 Oct 2020 02:47
Last Modified: 25 Oct 2021 07:01
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/179496
[thumbnail of DEBY ALFIAN CHRISWANTO (2).pdf]
Preview
Text
DEBY ALFIAN CHRISWANTO (2).pdf

Download (4MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item