Proses Moral Pertuanan Tanah pada Keluarga Eksogami Masyarakat Tengger Desa Ngadisari Kabupaten Probolinggo

Pasaribu, Gadiel Adhika N (2019) Proses Moral Pertuanan Tanah pada Keluarga Eksogami Masyarakat Tengger Desa Ngadisari Kabupaten Probolinggo. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Masyarakat Tengger khususnya Desa Ngadisari kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo memiliki wilayah dan tanah yang bernilai tinggi di bidang pariwisata dan pertanian. Menyikapi bentuk investasi yang ada di dataran yang lebih rendah, masyarakat Ngadisari memiliki sistem kontrol tanah berupa aturan terpusat yang dilakukan elit desa (Perangkat desa dan Dukun Pandita) melalui pernikahan dan kesadaran akan prinsip dalam pewarisan serta pengelolaan tanah dalam keluarga, untuk menghindari sebuah peristiwa pengelolaan yang dilakukan oleh non-Tengger yang disebut dalam penelitian ini sebagai moral pertuanan tanah. Melalui pendekatan etnografi penelitian ini menunjukan moral pertuanan tanah terjadi dalam prinsip pemberi warisan dalam menejemen aset pariwisata dan pertanian terkait warisan dan lahan di dalam hubungan kekerabatan orangtua dengan keluarga anak yang menikah secara eksogami. Latarbelakang istri dari anaknya yang non-Tengger menjadi penting karena terdapat proses megang adat sebagai sebuah prasyarat tinggal di Desa Ngadisari dengan cara melaksanakan pernikahan secara Hindu-Tengger, merubah secara wajib agamanya menjadi Hindu (kultural dan administratif), dan memiliki kesedian diri untuk mengikuti adat yang ada. Hal ini dilakukan dalam menghindari salin tangan, yaitu pengelolaan tanah di desa Ngadisari yang dimiliki orang Tengger namun dilakukan oleh pihak non-Tengger dengan modus pernikahan.

English Abstract

Tengger Community especially Ngadisari, Sukapura subdistrict, regency of Probolinggo has a high value area and land in the field of tourism and agriculture. Addressing the form of investment in the lower plains, Ngadisari community has a land control system in the form of centralized rules conducted by the village elite (Chief Adminstration and Priest so-called Dukun Pandita) through marriage and the awareness of the principle in Inheritance and land management in the family, to avoid a management conducted by a non-Tengger called in this research as Lanlordism Morals. Through the ethnographic approach of the study showed the Landlordism Moral occurred in the principle of inheritance givers (parents) in the management of tourism and agricultural assets related to parental inheritance and land in the parent relationship with the child's family Married Exogamy. The background of the son-inlaw as a non-Tengger is important because there is a customary process (megang adat) as a prerequisite to stay in Ngadisari village by performing a Hindu-Tengger marriage, changing the obligatory religion to Hinduism (Cultural and administrative), and have the obligation to follow the existing customs. This is done is to avoid so-called the salin tangan, namely the management of land in Ngadisari area owned by the Tengger but done by a non-Tengger through a wedding

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FISIP/2019/1005/052000540
Uncontrolled Keywords: Pertuanan tanah, Pernikahan Eksogami, Tengger, Pariwisata- Landlord, Exogamy Marriage, Tengger, Toursim
Subjects: 300 Social sciences > 306 Culture and institutions > 306.8 Marriage and family
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Sosiologi
Depositing User: Agus Wicaksono
Date Deposited: 10 Aug 2020 07:59
Last Modified: 10 Aug 2020 07:59
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/179209
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item