Yatna, Avi Reformasi Mei (2019) Analisis Kinerja Pasar Apel Poncokusumo, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Menurut data dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang (2019), Kecamatan Poncokusumo merupakan daerah sentra produksi apel tertinggi di Kabupaten Malang. Produksi apel di Kecamatan Poncokusumo pada tahun 2018 mencapai 1.127.549 kuintal. Tingginya angka produksi tersebut membuat pendistribusian apel Poncokusumo bukan hanya dilakukan di dalam wilayah Malang Raya saja, namun juga hingga ke kota-kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta dan Semarang (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2016). Berdasarkan survei pendahuluan, adanya perbedaan pendistribusian tersebut menyebabkan terbentuknya beberapa pola saluran dalam pemasaran apel. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mendapatkan alternatif saluran pemasaran apel yang efisien dan menguntungkan bagi masing-masing pelaku pasar yang terlibat dalam pemasaran apel Poncokusumo. Penelitian ini dilakukan pada petani apel di Kecamatan Poncokusumo dengan dasar pertimbangan bahwa Kecamatan Poncokusumo merupakan sentra produksi apel di Kabupaten Malang menurut Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang (2019) dan Balai Penyuluh Pertanian (2019). Penelitian ini menggunakan metode backward snowball sampling dengan responden pengecer pada wilayah Malang Raya berperan sebagai starting point untuk menelusuri lembaga pemasaran sebelumnya sampai ke petani apel di Kecamatan Poncokusumo. Metode backward snowball sampling dipilih dengan dasar pertimbangan keterwakilan pendistribusian apel di Malang Raya. Hal tersebut dikarenakan apel-apel yang berasal dari Poncokusumo dipasarkan di pusat-pusat pengecer yang tersebar di wilayah Malang Raya. Dari metode tersebut diperoleh responden sebanyak 27 pengecer, 3 pedagang besar, 8 pengepul dan 15 petani. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara dan penggunaan dokumen arsip. Sementara analisis data menggunakan identifikasi saluran pemasaran, analisis Total Gross Marketing Margin, analisis keuntungan pemasaran dan analisis Marketing Efficiency Index. Hasil penelitian yang didapatkan dari identifikasi saluran pemasaran adalah terdapat 4 bentuk saluran pemasaran pada saluran dalam wilayah Malang Raya serta 2 bentuk saluran pemasaran pada saluran luar wilayah Malang Raya. Hasil analisis Total Gross Marketing Margin pada musim panen pertama dan musim panen kedua relatif tinggi pada saluran pemasaran dalam Malang Raya, dengan nilai TGMM di atas 50% pada semua saluran pemasaran. Tingginya nilai TGMM pada saluran dalam Malang Raya disebabkan oleh harga jual di tingkat petani yang relatif rendah, sedangkan harga jual di tingkat masing-masing lembaga relatif tinggi. Saluran III (petani-pengecer) menjadi saluran yang memiliki nilai TGMM paling rendah dengan nilai TGMM sebesar 72,22% pada musim panen pertama dan 50% pada musim panen kedua. Sementara hasil analisis Total Gross Marketing Margin pada saluran luar Malang Raya musim panen pertama berada di atas 50% dan pada musim panen kedua nilai TGMM kedua saluran berada diii bawah 50%. Pada saluran luar wilayah Malang Raya ini saluran I (petani-pengepul) menjadi saluran dengan nilai terendah dengan nilai TGMM sebesar 75% pada musim panen pertama dan 28% pada musim panen kedua. Selanjutnya untuk analisis keuntungan pemasaran didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa pasar apel Poncokusumo pada saluran pemasaran dalam dan luar Malang Raya memiliki kinerja pasar yang buruk pada musim panen pertama maupun musim panen kedua. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai rasio K/B para pelaku pasar tidak tersebar merata. Pada musim panen pertama, nilai rasio K/B petani adalah 4,73 yang berarti bahwa Rp 1 biaya produksi dan biaya yang dikeluarkan oleh petani, akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 4,73. Sedangkan pada tingkat lembaga, rata-rata nilai rasio K/B sebesar 1,92. Namun, pedagang besar menjadi lembaga pemasaran yang memiliki nilai K/B paling rendah dengan nilai hanya sebesar 1,09. Sedangkan pada musim panen kedua untuk saluran pemasaran Malang Raya nilai K/B petani sebesar 3,43 dan rata-rata rasio K/B lembaga pemasaran sebesar 0,68. Sementara pada saluran pemasaran luar Malang Raya nilai rasio K/B petani sebesar 5,11 pada musim panen pertama dan 5,28 pada musim panen kedua. Nilai rasio K/B lembaga pemasaran sebesar 2,69 pada musim panen pertama dan 0,29 pada musim panen kedua. Kemudian hasil analisis Marketing Efficiency Index pada musim panen pertama semua saluran baik saluran pemasaran dalam maupun luar wilayah Malang Raya mendapatkan nilai MEI di bawah 1, atau dapat dikatakan bahwa kinerja pasarnya tidak efisien. Sedangkan pada musim panen kedua, pada saluran pemasaran dalam wilayah Malang Raya didapatkan hasil bahwa saluran yang paling efisien adalah saluran II (petani-pengecer) dengan nilai MEI sebesar 1,00 dan pada saluran pemasaran luar Malang Raya yang paling efisien adalah saluran I (petani-pengepul) dengan nilai MEI sebesar 2,57. Tingginya nilai MEI saluran I adalah dikarenakan biaya pemasaran dan marjin pemasaran pada saluran I lebih rendah jika dibandingkan dengan saluran II. Perbedaan nilai MEI antar saluran ini terjadi karena adanya keragaman harga jual di tingkat petani, perbedaan besaran biaya pemasaran serta total marjin bersih pada masing-masing saluran pemasaran. Berdasarkan hasil analisis kinerja pasar secara keseluruhan, dilihat dari 3 indikator tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kinerja pasar apel Poncokusumo jika dilihat dari musim panen pertama adalah buruk pada saluran pemasaran dalam maupun luar wilayah Malang Raya. Hal tersebut dikarenakan semua indikator menunjukkan hasil kinerja pasar yang buruk. Sementara pada musim panen kedua, dapat disimpulkan bahwa kinerja pasar apel untuk saluran pemasaran dalam wilayah Malang Raya adalah buruk dan baik untuk saluran pemasaran luar Malang Raya. Hal tersebut dikarenakan pada musim panen kedua, dua dari tiga indikator menunjukkan hasil kinerja yang baik. Dari hasil penelitian, disarankan untuk petani bahwa saluran III (petani-pengecer) dan saluran I (petani-pengepul-pengecer luar Malang Raya) dapat digunakan sebagai alternatif saluran yang efisien. Selain itu melihat hasil kinerja pasar dari indikator Total Gross Marketing Margin dan Marketing Efficiency Index yang buruk karena harga jual di tingkat petani yang relatif rendah, maka saran untuk Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang dan kelompok tani setempat untuk menyediakan fasilitas koperasi petani yang dapat membantu petani dalam menyalurkan hasil panennya, serta dapat meningkatkan bargaining power petani.
English Abstract
According to the data from the Departement of Food Crops, Horticulture and Plantation Office of Malang Regency (2019), Poncokusumo District is the highest apple producing area in Malang Regency. Apple production in Poncokusumo District on 2018 was 1.127.549 quintal. Poncokusumo apples were distributed both inside and outside the Malang Regency to cities such as Surabaya, Yogyakarta and Semarang (National Development Planning Agency, 2016). Based on the preliminary survey, the difference in distribution location caused the formation of channel patterns in apple marketing. Therefore, this research is important to obtain an alternative apple marketing channel that is efficient and profitable for each market participant involved in marketing of Poncokusumo Apple. This research was conducted in the Poncokusumo District, Malang Regency, with a consideration of information from a key informant in the Departement of Food Crops, Horticulture and Plantation Office of Malang Regency that Poncokusumo District is one of Indonesia's apple producing area. This research used the backward snowball sampling method with the retailers in Malang Regency as the starting point to look for the previous marketing actors and apple farmers in Poncokusumo District. Basic criteria used in this method are based on getting a representative distribution of apples in Malang Region. From this method, respondents were obtained from 27 retailers, 3 wholesalers, 8 collectors and 15 farmers. The method of collecting data used in research is interviews and archival documents. While data analysis used in this research are descriptive statistical analysis for marketing channel identification, Total Gross Marketing Margin (TGMM) analysis, marketing profit (P/C ratio) analysis and Marketing Efficiency Index (MEI) analysis. The result of the research on marketing channel identification showed that there are four marketing channels in the Malang Region and two marketing channel outside the Malang Region. The Total Gross Marketing Margin (TGMM) analysis on the first harvest season and the second harvest season is relatively high on the market channels in the Malang Region, with TGMM value above 50% in all marketing channels. The high value of TGMM in the Malang Region marketing channels is caused by the relatively low selling price at farmer’s level. While the selling price on each marketing agent level is relatively high because it follows the marketing costs due to the marketing functions performed by each marketing agent. Channel III (farmers-retailers) is the lowest TGMM value, with 72,22% on the first harvest season and 50% on the second harvest season. While the result of TGMM analysis on the outside the Malang Region marketing channels, on the first harvest season was above 50% and on the second harvest the value of the two channels was below 50%. In the outside Malang Region marketing channels, channel I (farmers-retailers) is the lowest TGMM value with 75% on the first harvest season and 28% on the second harvest season.iv Next for the result of marketing profit or Profit/Cost (P/C) ratio analysis showed that Poncokusumo Apple market on a marketing channel in the Malang Region had bad market performance on the first and second harvest season. This is indicated by the ratio of profit per costs received by farmers at 4,73 and ratio received by marketing agents at 1,92. This results can also be interpreted that for every cost incurred by producers (production costs and marketing costs) of Rp 1, the producer got a profit of Rp 4,73. And the retailers become marketing agent that get the lowest P/C ratio. Meanwhile on the second harvest season, P/C ratio that received by farmers at 3,43 and P/C ratio received by marketing agents at 0,68. Wholesaller are the marketing agents that get the lowest P/C ratio value at 0,18. While in the marketing channel outside Malang Raya, P/C ratio received by farmers at 5,11 on the first harvest season and 5,28 on the second harvest season. P/C ratio received by marketing agents at 2,69 on the first harvest season and 0,29 on the second harvest season. Then the results of Marketing Efficiency Index (MEI) analysis on the first harvest season, all the marketing channels both inside and outside Malang Region got below 1 MEI value, or it could be said that the market performance was inefficient. On the second harvest in the Malang Region marketing channel, the result of the most efficient channels is channel II (farmers-retailers) with MEI value of 1,00 and on the outside marketing channel of Malang Region, the most efficient is channel I (farmers-collectors) with a MEI value of 2,57. The high MEI value for channel I is due to marketing costs and marketing margins on channel I are lower than channel II. The difference in MEI value occurs due to the diversity of selling prices at farmer’s level, differences in the amount of marketing costs and the total net margins in each marketing channel. Based on the overall market performance analysis from the three indicators, it can be described that the apple market performance in Poncokusumo District, viewed from the first harvest season was bad on the inside and outside marketing channel of Malang Region. That's because almost all indicators show bad results. While on the second harvest season, it could be concluded that the market performance of the apple market for inside marketing channels in Malang Region was bad and good for the outside marketing channels of Malang Region. That’s because on the second harvest season, all three indicators show good results for an outside marketing channel of Malang Region. The recommendation for farmers of this research is that channel III (farmers-retailers) and channel I (farmers-collectors-retailers outside Malang Region) represent an efficient channel on the first and second harvest season. Other than that, based on the bad result of Total Gross Marketing Margin and Marketing Efficiency Index indicators due to the relatively low selling prices at the farmer level, a suggestion to Department of Food, Horticulture and Plantation of Malang Regency and local farmer groups to provide apple farmer cooperative that can help apple farmers to distribute their crop production and increase farmer bargaining power.
Other obstract
-
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FP/2019/905/052000913 |
| Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 634 Orchards, fruits, forestry > 634.1 Pomaceous fruits > 634.11 Apples |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
| Depositing User: | Nur Cholis |
| Date Deposited: | 10 Aug 2020 07:52 |
| Last Modified: | 10 Aug 2020 07:52 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/179091 |
Actions (login required)
 |
View Item |