Sari, Syama Putri (2019) Pematahan Dormansi Benih Menggunakan Kno3 Dan H2o Pada Beberapa Genotip Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Cabai Rawit Termasuk dalam tanaman hortikultura. Tanaman cabai rawit sesuai ditanam di derah dataran rendah hingga dataran tinggi. Cabai rawit banyak dibudidayakan oleh petani di indonesia karena buah yang dihasilkan memiliki harga jual yang tinggi. Harga cabai rawit di pasaran pada bulan Agustus 2019 mencapai harga Rp. 70.000,00/Kg. Sesuai yang diungkapkan oleh Kusuma (2017) yang menyatakan bahwa cabai rawit (Capsicum frutescens L.) ialah salah satu sayuran yang banyak disukai dan ditanam oleh petani di dataran tinggi, karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu cabai rawit juga memiliki bentuk buah yang beragam. Menurut pendapat yang diungkapkan oleh Kusandrani (2005) bahwa bentuk buah cabai rawit terbagi menjadi 6 yaitu : memanjang, lonjong, bulat, kerucut, tidak beraturan, dan kotak lonceng. Setiap petani daerah menanam jenis cabai rawit yang beragam sesuai dengan permintaan konsumen. Meskipun cabai rawit termasuk dalam tanaman yang mudah untuk di tanam, ada beberapa kendala yang pada umumnya dialami yaitu dormansi pada benih. Dormansi yang pada umumnya dialami oleh benih cbai rawit yaitu dormansi fisik kulit benih (Sombalatu et.al, 2017). Selain nilai selama proses penyimpanan benih dalam kurun waktu tertentu benih dapat mengalami dormansi sekunder. Dormansi pada cabai rawit pada umumnya berlangsung selama satu atau dua minggu bahkan sampai beberapa bulan (siginingsih,2014). Dormasi ialah fase istirahat dari suatu organ tanaman yang mempunyai potensi untuk tumbuh aktif karena memiliki jaringan meristem. Dormansi sekunder ialah benih yang pada kondisi normal, tetapi jika berada pada kondisi yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat kehilangan kemampuannya untuk berkecambah (Aldrich, 1984). Dampak dari dormansi sekunder yang tejadi ialah menurunnya viabilitas dan vigor benih khususnya pada keserempakan tumbuh benih. Akibat dari menurunnya tingkat keserempakan tumbuh ialah bibit yang dihasilkan memiliki tinggi dan umur yang beragam. Sebelum melakukan pembibitan pada umumnya benih akan direndam menggunakan air untuk mempercepat perkecambahan. Perendaman menggunakan air tersebut tergolong pada perlakuan pematahan dormansi (kimiawi). Tetapi hingga sekarang belum diketahui secara pasti perlakuan yang tepat digunakan untuk benih cabai rawit. Oleh sebab itu perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui perlakuan yang tepat diterapkan pada benih. Percobaan dilakukan dengan menggunakan beberapa genotip cabai yang memiliki bentuk buah yang berbeda. Setiap benih akan diberikan beberapa perlakuan larutan yang berbeda untuk mengetahui perlakuan yang tepat untuk diterapkan pada benih cabai rawit. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2019 di gedung Budidaya Pertanian fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan dua faktor yaitu genotipe dan larutan. Perlakuan terdiri atas empat genotipe cabai rawit, diulang sebanyak tiga kali pada setiap genotip berjumlah 25 biji pada setiap ulangan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya cawan petri, gelas iukur, pinset, pipet, pisau, nampan, kertas merang, sprayer, kompor, kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah benih kering dari beberapa Genotipe cabai rawit, yaitu 4 galur cabai rawit CRUB2 (V1), CRUB3 (V2), CRUB4 (V3) dan varietascabai rawit Manteb (V4), air, larutan KNO3, aquades. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa parameter pengamatan. Parameter yang akan digunakan untuk pengamatan meliputi Potensi Tumbuh Maksimum (PTM), Daya berkecambah (DB), Kecepatan tunbuh (Kct), keserempakan tumbuh, indeks vigor, dan Presentase dormansi. Data hasil pengamatan dalam penelitian akan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan taraf 5%. Apabila terdapat perbedaan yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji BNJ dengan taraf 5%. Hasil analisis menunjukkan bahwa larutan L2 (Perendaman menggunakan air panas pada suhu awal 500C selama 60 menit) dapat meningkatkan daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, dan indeks vigor benih. Sedangkan untuk parameter kecepatan tumbuh perlakuan L2 (Perendaman menggunakan air panas pada suhu awal 500C selama 60 menit) dan L3 (Perendaman menggunakan larutan KNO3 dengan konsentrasi 1% selama 30 menit) memberikan hasil tidak berbeda nyata sehingga kedua perlakuan tersebut mampu meningkatkan kecepatan tumbuh benih. Sedangkan Perlakuan larutan yang diberikan belum mampu untuk meningkatkan serempakan tumbuh benih. Selain itu perlakuan genotipe juga memberikan hasil yang berbeda nyata dan menunjukkan bahwa V3 ialah perlakuan genotip terbaik karena mampu memberikan hasil yang baik pada setiap perlakuan larutan yang diberikan. Interaksi antara perlakuan larutan dan genotip tidak memberikan pengaruh pada pematahan dormansi.
English Abstract
Cayenne pepper is included in the horticultural crop. The suitable chili pepper plants are planted in the lowland and high plains. Cayenne pepper is cultivated by farmers in Indonesia because the fruit produced has a high selling price. The price of chili pepper in the market in August 2019 reached the price of Rp. 70,000, 00/Kg. As expressed by Kusuma (2017) stating that chili pepper (Capsicumshot frutescens L.) is one of the vegetables that is widely liked and grown by farmers in Plateau, because it has a high economic value. In addition, Cayenne Pepper also has a mixed fruit shape. In the opinion expressed by Kusandrani (2005) that the form of cayenne pepper is divided into 6 namely: elongated, oblong, round, cone, irregular, and Bell box. Every farmer of the region planted various types of chili pepper in accordance with consumer demand. Although Cayenne pepper is included in plants that are easy to plant, there are some obstacles that are generally experienced namely dormancy on the seed. Dormancy which is commonly experienced by the seed of Cbai cayenne pepper, the skin of the physical bark of the seed (Sombalatu et.al, 2017). In addition to values during the seed storage process within a certain period of seed can undergo secondary dormancy. Dormansi in cayenne pepper generally lasts for a week or two even up to several months (Siginingsih,2014). Dormasi is a break phase of a plant organ that has the potential to grow active because it has a meristem network. The secondary dormansi is a seed that is under normal conditions, but if it is in an unfortunate condition for some time it can lose its ability to germinate (Aldrich, 1984). The impact of the secondary dormancy is that it decreases the viability and vigor of the seeds, especially in the unification of seed growing. As a result of the decreased degree of unification is growing, the seeds produced have varying height and lifespan. Before performing seedlings generally the seeds will be soaked using water to accelerate germination. Immersion using the water belongs to the treatment of the dormancy (chemical) compliance. But until now it is not known for sure proper treatment is used for cayenne pepper seeds. Therefore it is necessary to experiment to know the appropriate treatment applied to the seed. Experiments were conducted using several genotype chili peppers that have different fruit forms. Each seed will be given several different treatment solutions to find out the proper treatment to apply to the seeds of cayenne pepper. The research was conducted between February and April 2019 in the building of the faculty of Agriculture Brawijaya University. This study uses factorial completely randomized design (FCRD) with two factors, genotypes and solution. The treatment consisted of four genotypes of cayenne pepper, repeated three times for each genotype are 25 seeds in each repetition. The tools used in this study including petri dishes, beakers, tweezers, eyedropper, knives, trays, paper straw, sprayer, cookers, cameras and stationery. Materials used in this study is the dried seed of several genotypes cayenne pepper, which is 4 strains of cayenne CRUB2 (V1), CRUB3 (V2), CRUB4 (V3) and varietascabai pepper iiiManteb (V4), water, KNO3 solution, distilled. Observations were made on several parameters of observation. Parameters to be used for observation include Maximum Growth Potential (PTM), germination (DB), tunbuh Speed (KCT), simultaneity growth, vigor index, and the intensity of dormancy. The observed data in the study will be analyzed using analysis of variance (ANOVA) Factorial Complete Randomized Design (FCRD) with a level of 5%. If there is a real difference it will proceed with HSD test with a level of 5%. The analysis showed that the solution of L2 (Soaking in hot water at a temperature of 500C for 60 minutes early) can increase germination, maximum growth potential and seed vigor index. As for the speed parameter grew treatment L2 (Soaking in hot water at the initial temperature 500C for 60 minutes) and L3 (Soaking using a solution of KNO 3 with a concentration of 1% for 30 minutes) results were not significantly different so that both treatments are able to increase the speed of growth of seeds. While the solution given treatment has not been able to improve serempakan sprouted seeds. Besides treatment of genotype also give significantly different results and show that V3 genotype is the best treatment because it can give good results in any given treatment solution.
Other obstract
-
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FP/2019/945/052000993 |
| Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.8 Other crops grown for industrial processing > 633.84 Hot spices |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
| Depositing User: | Nur Cholis |
| Date Deposited: | 10 Aug 2020 07:48 |
| Last Modified: | 28 Oct 2021 02:03 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/179032 |
Preview |
Text
SYAMA PUTRI SARI (2).pdf Download (4MB) | Preview |
Actions (login required)
 |
View Item |