Taufik, Muhamat Irfan (2019) Kesesuaian Antara Paradigma Pengakuan Dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Dengan Paradigma Hak Asasi Manusia Dalam Islam. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Islam adalah sebuah sistem yang bukan hanya sebatas agama. Islam adalah sebuah tatanan luas yang mengatur segala aspek kehidupan termasuk kehidupan bernegara yang menjamain tegaknya keadilan dan mewujudkan kesejahtraan umat manusia, termasuk didalamnya pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia. Dalam merealisasikan tujun tersebut, Al-Qur’an meletakkan kaidah dan prinsip-prinsip umum yang berkaitan dengan Negara dan pemerintahan seperti salah satunya pengakaun dan perlindungan hak asasi maanusia. Diskusrsus hak asasi manusia,sejauh ini masih dalam dialektika perdebatan, perdebatan tersebut yang paling keras terjadi pada dua kutub pemamahan antara Islam dan barat terkait pemahaman dan konsep hak asasi manusia itu sendiri. Terdapat pedebatan yang sangaat fundamental antara konsep hak asasi manusia dalam prespektif Islam dan barat. Hak asasi manusia versi Barat lebih antrophosentris, individualis, dan sekaligus sekuler dibandingkan Islam yang lebih theosentris. Islam memandang hak asasi manusia sebagai anugerah Allah SWT kepada manusia sebagai bekal menjalankan fungsi kekhalifahan dan sebagai imbangan dari kewajiban-kewajiban yang dibebankan sehingga setiap individu harus bertanggung jawab kepada Tuhan. Dengan kata lain pandanagan tersebut bertititik pada pandangan bahwa segala sesuatu berpusat kepada Tuhan, dengan demikian Tuhan sangat dipentingkan sebagai tempat mengabdi, Tuhan yang selalu menjadi tolak ukur segala sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Tuhan untuk mengabdi kepada-Nya. Pandangan tersebut selanjutnya penulis menyebutnya dengan paradigma hak asasi manusia theosentris. Sedangkan dalam prespektif barat berangkat dari pandangan yang menjadikan manusia sebagai ukuran dari segala sesuatu, serta menempatakan manusia pada setting yang terpisah dari Tuhan. Manusia merupakan mahluk terpenting di alam semesta ini, olehnya melekat pada dirinya martabat dan harga diri. Martabat dan harga diri tersebut telah tertanam pada dirinya sejak semula atau sejak dilahirkan atau dengan kata lain hak asasi tersebut sudah melekat secara alamiah sejak keberadaan manusia. Pandangan tersebut selanjutnya penulis menyebutnya dengan paradigma hak asasi manusia berparadigma antroposentris. Tulisan ini berupaya untuk membedah serta menulusuri perkembangan dan paradigma wacana pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia dalam diskursus politik dan sistem ketatanegaraan Indonesia, dan sejauh mana pengaruh Paradigma Islam tentang pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia, terhadap pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia dalam sistem ketatanegraan Indonesia. mengingat secаrа historis kemerdekааn Indonesiа dаn fаlsаfаh bernegаrа yаng diаnut negаrа Republik Indonesiа (Pаncаsilа) sertа kesepаkаtаn dаlаm mendirikаn dаn menjаlаnkаn NKRI yаng tertuаng dаlаm konstitusi (UUD NKRI 1945) dan juga sistem ketatanegaraanya yang tidаk bisа dilepаskаn dengаn perjuаngаn dan pengaruh ummаt Islаm besertа nilаi-nilаi Tаuhid yаng mengilhаminya. Hasil dari penulisan thesis ini didapatkan bahwa paradigma pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia daalam sistem ketatanegaraan Indonesia berparadigma theosentris. Hal tersebut berdasarkan pandangan Indonesia terhadap hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Sebagai anugarah Tuhan Yang Maha Esa, dalam menjalankan atau menggunakan hak dan kebebasannya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa serta harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan. Hal tersebut didasarkan karena Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai hak asasi manusia yang bersumber dari ajaran agama bukan dari filosofis manusia semata. Terkait Kesuaian paradigma pengakuan dan perlindunan hak asasi manusia dalam sistem ketetanegaraan Indonesia dan paradigma hak asasi manusia dalam Islam terlihat dalam konsep pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia sebagai brikut, pertama: hak hidup sebagaiamana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al- mai’dah (5) ayat : 32,QS. al-Hijr (15) ayat 23, QS.al-Isra’ ayat 33 dan QS.Luqman (34) sesuai dengan Pasal 28A UUD NKRI 1945 Jo Pasal 9 tentang UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM. Kedua: Persamaan Derajat, Kedudukan di dalam Politik, dan Hukum QS. An-nisa’ ayat 58, hal ini sejalan dengan maksud dan tujuan Pasal 28D ayat (1) dan (3) UUD NKRI. Ketiga: Kebebasan berkeyakinan berfikir dan berkumpul sebagaimana telah diterangkan dalam QS. al-Baqarah ayat 256 dan QS. al- Kafirun ayat 6, sejalan dengan Pasal Pasal 28E ayat (1),(2) dan (3), pasal 29 UUD NKRI 1945 Jo Pasal 22 ayat (1) dan (2) UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM. Keempat : Hak Milik Dan Hak Atas Pekerjaan dalam QS. an-Nisa ayat 29 dan QS. al- Baqarah ayat 188, sejalan dengan jaminan perlindungan terhadap hak milik yang terdapat dalam Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (4) UUD NKRI Jo Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 36 UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM, kemudian dalam QS. Al-mulk ayat 15 mengandung perngertian tentang jaminan hak atas pkerjaan yang sejalan dengan pasal 28D ayat (1) dan 28E ayat (2) UUD NKRI 1945 Jo. Pasal 38 UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM.
English Abstract
Islam is a system that is not only limited to religion. Islam is a broad order that regulates all aspects of life including state life which guarantees the upholding of justice and realizes the well-being of humanity, including the recognition and protection of human rights. In order to realizing this purpose, Al-Qur’an establish general rules and principles relating to the State and the Government such as recognition and protection of the human rights. The discourse on human rights, so far it is still in the dialectic of the debate, the debate is the loudest occurred at the two sides of understanding between Islam and the West related to the comprehension and the concept of human rights itself. There is a fundamental debate between the concept of human rights in the perspective of Islam and the West. The Western versions of human rights are more anthropocentric, individualist, and secular at the same time than Islam which is more theocentric. Islam sees the human rights as a gift of Allah SWT to humans as a provision to carry out the function of the Caliphate and as a balance of the obligations imposed so that each individual must be accountable to God. In other words those view is based on the view that everything is centered on God, thus God is very important as place to devoted, God is always the benchmark of all things, whereas humans are God’s creations to serve Him. Those following viewpoint then the writer call it the theocentric paradigm of human rights. Whereas in the western perspective depart from the view that makes human as a measure of everything, as well as placing humans in a different setting from God. Humans are the most important creatures in the universe, by which they attach themselves to their dignity and self-esteem. The dignity and self-esteem has been embedded in themselves from the beginning or since birth or in other words these human rights have been inherent naturally since human existence. This viewpoint then the writer calls it the anthropocentric paradigm of human rights. This paper seeks to dissect and trace the development and paradigm of the discourse of recognition and protection of human rights in Indonesia’s politic discourse and constitutional system, and the extent of the influence of the Islamic Paradigm on the recognition and protection of human rights, towards the recognition and protection of human rights in the Indonesian constitutional system. Given the historical independence of Indonesia and the philosophy of Republic of Indonesia (Pancasila) as well as in the establishment and promulgation of the Republic of Indonesia in the constitution (UUD NKRI 1945) and also the constitutional system which cannont be released with the struggle and influence of the Islamic ummah with the values of Tauhid which inspired it. The result of this thesis found that the paradigm of recognition and protection of human rights in the Indonesian constitutional system is theocentric. This is based on Indonesia’s view of human rights as a set of rights inherent in the nature and existence of human beings as God’s creatures and is a gift that must be respected, upheld and protected by state, law, government and everyone for the sale of honor and protection of human dignity. As a gift from God Almighty, in carry on or using its rights and freedoms must not conflict with the God’s value and must be accountable to God. This is based on the fact that the Indonesian people have views and attitudes about human rights that originate from religious teachings, not from philosophical human beings alone. Related to the suitability of the paradigm of recognition and protection of human rights in the Indonesian state system and the paradigm of human rights in Islam seen in the concept of recognition and protection of human rights as follows, first: the right to live as the word of God in the Qur’an surah Al-mai’dah (5) verse: 32, ,QS. al-Hijr (15) verse 23, QS.al-Isra’ verse 33 and QS.Luqman (34) in accordance with Article 28A of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia sesuai dengan Jo Article 9 concerning Law no 39 of 1999 concerning Human Rights. Second: Equality, Position in Politics, and Law QS. An-nisa’ verse 58, this is in line with the intent and purpose of the Article 28D section (1) and (3) of the Constitution of the Republic of Indonesia. Third: Freedom of belief and thought and assembly as explained in QS. al-Baqarah verse 256 and QS. al- Kafirun verse 6, in line with Articles 28E section (1),(2) and (3), Article 29 of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia Jo Article 22 section (1) and (2) Law No 39 of 1999 concerning Human Rights. Fourth : Freehold and Right to Work in QS. an-Nisa verse 29 and QS. al- Baqarah verse 188, in line with guarantees of protection of freehold contained in Article 28G section (1), and Article 28H section (4) of the Constituation of the Republic of Indonesia Jo Article 29 section (1) and Article 36 of Law no 39 of 1999 concerning Human Rights, then in QS. Al-mulk verse 15 contains the understanding of guarantee of the right to work which is in line with Article 28D section (1) and 28E section (2) of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia Jo. Article 38 of Law No 39 of 1999 conserning Human Rights.
Other obstract
-
| Item Type: | Thesis (Magister) |
|---|---|
| Identification Number: | TES/341.48/TAU/k/2019/042000506 |
| Uncontrolled Keywords: | HUMAN RIGHTS, HUMAN RIGHTS--GOVERNMENT POLICY |
| Subjects: | 300 Social sciences > 341 Law of nations > 341.4 Jurisdiction over physical space; human rights > 341.48 Human rights |
| Divisions: | S2/S3 > Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum |
| Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
| Date Deposited: | 23 Jan 2020 04:16 |
| Last Modified: | 28 Oct 2021 01:54 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/178273 |
Preview |
Text
Muhamat Irfan Taufik (2).pdf Download (1MB) | Preview |
Actions (login required)
 |
View Item |