Studi Fenomenologi: Pengalaman Awak Kabin Saat Menghadapi Kejadian Gawat Darurat Medis Dalam Peminatan Gawat Darurat Program Magister Keperawatan Penerbangan

Widyaningtyas, Nur Hafizhah (2018) Studi Fenomenologi: Pengalaman Awak Kabin Saat Menghadapi Kejadian Gawat Darurat Medis Dalam Peminatan Gawat Darurat Program Magister Keperawatan Penerbangan. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kasus kegawatdaruratan medis dapat terjadi dimana saja termasuk di pesawat terbang. Seluruh individu yang terlibat dalam penerbangan perlu mewaspadai hal ini, khususnya para awak kabin. Tugas yang dimiliki awak kabin dalam penerbangan adalah memastikan keamanan, keselamatan dan kenyamanan penumpang. Awak kabin merupakan individu terlatih untuk cepat tanggap dalam kondisi gawat darurat di penerbangan meskipun bukan tenaga medis. Awak kabin dapat merasakan berbagai hal dalam melakukan tugasnya, terutama jika harus berhadapan dengan kondisi gawat darurat medis. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman awak kabin saat menghadapi kejadian gawat darurat medis dalam penerbangan. Peneliti menggunakan jenis pendekatan studi fenomenologi hermeneutik atau interpretif yang dianalisis menggunakan Interpretive Phenomenological Analysis atau IPA. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan indepth interview menggunakan bantuan pedoman wawancara. Teknik tersebut dipilih untuk mengeksplorasi pengalaman individu dari partisipan. Peneliti dalam hal ini mengintergrasikan kata-kata yang diucapkan oleh partisipan dengan bagaimana caranya mengucapkan dan bahasa tubuh yang dilakukan. Penelitian ini melibatkan empat orang partisipan yang termasuk dalam kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Pemilihan partisipan berdasarkan pada data laporan insiden maskapai yang diperoleh dari pembimbing lapangan. Cara lain yang dilakukan adalah dengan menanyakan secara langsung pada awak kabin yang bertugas ketika peneliti terbang menggunakan maskapai yang menjadi lokasi penelitian. Adapun penelitian ini melibatkan empat orang awak kabin dari salah satu maskapai di Indonesia dan memiliki homebase di Surabaya sebagai partisipan. Seluruh partisipan telah menjalani proses pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan maskapai terkait dan pernah menghadapi kegawatdaruratan medis dalam penerbangan. Peneliti melakukan wawancara di tempat yang nyaman yaitu lounge, café, restoran dan resort pada waktu libur partisipan untuk kenyamanan wawancara. Hasil wawancara direkam menggunakan alat perekam sedangkan mimik wajah, ekspresi dan bahasa tubuh partisipan akan ditulis pada selembar kertas oleh peneliti. Hasil rekaman yang didapatkan kemudian dilakukan verbatim. Data yang sudah siap diolah kemudian ditemukan temanya dan keterkaitan antar temanya. Ada sembilan tema yang mewakili awak kabin saat menghadapi kejadian gawat darurat medis dalam penerbangan. Tema pertama adalah merasa siap untuk bertugas, kedua adalah melakukan yang terbaik meskipun ada keterbatasan, tema ketiga adalah kurang optimal dalam memberikan pertolongan lanjutan, keempat adalah merasakan konflik batin saat menolong, tema kelima adalah mempertahankan profesionalitas saat menolong sedangkan tema keenam adalah merasa perlu untuk mengenali potensi diri untuk menolong. Adapun tema tujuh sampai sembilan terkait dengan harapan para awak kabin. Tema tujuh adalah membutuhkan dukungan dari maskapai tempat bekerja, tema delapan adalah membutuhkan dukungan dari pengguna jasa penerbangan dan xi tema sembilan adalah membutuhkan dukungan mitra maskapai. Kesembilan tema tersebut kemudian menghasilkan satu keterkaitan antar tema. Proses yang panjang untuk menjadi awak kabin adalah motivasi bagi awak kabin. Adapun status yang mereka miliki sebagai awak kabin menjadi kebanggaan tersendiri. Hal itu membuat awak kabin merasa siap untuk bertugas. Awak kabin yang memiliki tekad kuat untuk menunjukkan performa terbaik kemudian tidak pernah segan untuk melakukan evaluasi diri dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta keterampilannya. Adanya dukungan yang kuat dari dalam diri membuat mereka mempertahankan profesionalitas dalam menolong dan merasa perlu mengenali potensi diri untuk menolong. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa awak kabin sejatinya memiliki bekal yang cukup secara keilmuan maupun kemauan. Awak kabin juga sejatinya memahami kualifikasi dirinya sehingga selalu berusaha melakukan yang terbaik meskipun ada keterbatasan. Hal tersebut dipertahankan olehnya di berbagai aspek baik keselamatan penerbangan maupun keselamatan penumpang. Aspek keselamatan penumpang ini salah satunya adalah memberikan pertolongan kesehatan kepada penumpang dalam penerbangan. Awak kabin tersebut sebenarnya cukup terlatih untuk memberikan pertolongan kesehatan. Di lain sisi, keterbatasan sumber daya untuk melakukan pertolongan tersebut menjadikan mereka tidak mampu memberikan pertolongan lanjutan. Kendati mereka memang tidak wajib melakukan hal tersebut karena bukan tenaga kesehatan, namun mereka masih memiliki empati di dalam hati dan kemauan untuk menolong. Keadaan yang demikian membuat mereka merasakan konflik batin. Awak kabin, dalam hal ini, memiliki harapan supaya mereka tidak lagi merasakan dilema dalam menghadapi kegawatdaruratan medis dalam penerbangan. Harapan tersebut sejatinya adalah hal yang mereka butuhkan yaitu membutuhkan dukungan dari maskapai tempat bekerja, pengguna jasa penerbangan dan pihak ketiga. Adanya dukungan dari berbagai pihak tersebut memungkinkan mereka tidak lagi merasaan dilema ketika harus menghadapi kejadian kegawatdaruratan medis dalam penerbangan. Awak kabin juga akan merasa siap untuk bertugas jika mereka sudah merasa aman dalam melakukan pekerjaannya maupun ketika harus menolong seseorang yang sakit bahkan kritis. Oleh karena itu, awak kabin sebenarnya tidak mampu memberikan pertolongan lanjutan namun tetap mengusahakan tindakan terbaik untuk menolong. Hal tersebut menunjukkan bahwa awak kabin menyadari adanya keterbatasan dalam melakukan tatalaksana gawat darurat medis dalam penerbangan. Kesadaran inilah yang menjadi makna dari pengalaman awak kabin saat menghadapi kejadian gawat darurat medis dalam penerbangan.

English Abstract

Medical emergencies can occur anywhere, even in airplanes. All aviation professionals must be aware of those especially cabin crew. Flight attendants are persons who have to manage emergencies on board, importantly when there is no medical staff. The crews experience various things when they do their jobs, especially when dealing with emergency medical conditions. This study aimed to explore the cabin crews’ experience in dealing with inflight medical emergencies. Researcher used a hermeneutic or interpretive phenomenological approach using Interpretive Phenomenological Analysis or IPA. This method enabled researcher exploring participants’ experience through semi structured in-depth interview. In this case, the researcher integrated the words spoken by the participants with their gesture. This study involved four people who participated in the research based on inclusion criteria.The selection of participants was based on the event report data received from the chief flight attendant. This study involved four cabin crews who come from one of the airlines in Indonesia and have a home base in Surabaya as participants. All participants have been trained and also have performed a medical emergency on board. Researcher conducted interviews in some comfortable locations, for instance lounges, cafes, restaurants and resorts at their day off to maintain convenience of the interview. This enabled researcher gained in-depth information. The results of interviews recorded with recording devices while facial expressions, intonation and participants’ body language were written by researchers on a piece of paper. The results obtained then transferred to the laptop hard drive and transcribed. The data then was analyzed to find the theme and the correlation between the themes. There were nine themes that describe cabin crews’ experience in facing medical emergencies on board. The first theme was feeling prepared to do their job. The second was doing the best upon limitedness. The third was unable to perform advance medical emergency interventions. The fourth was feeling a dilemma. The fifth was maintaining professionality while helping. Moreover, the other seven themes described their hope related to in-flight medical emergency management. The seventh theme was need support from their airlines. The eighth was need support from airlines passengers and the last one was need support from the third party. The long selection process of being flight attendants was the motivation for the cabin crews to do their best. They had their own pride by being flight attendants. Cabin crews showed a strong determination to conduct their selfintrospection to develop their knowledge and skills. The existence of selfmotivation generated their professionalism to help and to find help. These conditions indicate that cabin crews were actually well trained and had a willing to help. Cabin crews realized their competencies so they would always do the best, despite the limitations. It was done by them in various aspects for airplanes and passengers. xiii Cabin crews were trained to provide health care. On the other hand, the facilities to do that were limited. Although they were not required to do further intervention because there are not health workers, they still have empathy in their hearts and willingness to give further help. This induced an inner conflict in their heart so they had some hopes related to in-flight medical emergency management. Their real hopes were supports from different parties. In this way, they needed support from their airlines, passengers and third parties. The existence of these allowed them to relieve their dilemma related to medical emergencies management on board. The flight attendants will also felt prepared to do their duty if they felt safe. Furthermore while helping someone who was sick or even in critical state. Therefore, the cabin crews tried to give their best way to help. This indicated that the cabin crews were aware of their limitations in performing emergency medical procedures on board. This awareness was the importance of cabin crew experience in managing in-flight medical emergency.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/616.02/WID/s/2018/041807660
Uncontrolled Keywords: DISEASES - MEDICINE, EMERGENCY MEDICAL SERVICES
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 616 Diseases > 616.02 Special topics of disease
Divisions: S2/S3 > Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 09 Jan 2020 07:32
Last Modified: 09 Jan 2020 07:32
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/177730
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item