Wanto, Wahyu Anggar (2019) Studi Hubungan Diversitas Herpetofauna dengan Mikrohabitatnya pada Air Terjun di Kabupaten Malang dan Kota Batu. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Kabupaten Malang dan Kota Batu merupakan daerah di Jawa Timur yang memiliki banyak wisata alam yang menarik perhatian. Salah satunya adalah air terjun. Air terjun pada dua daerah ini berjumlah cukup banyak. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke air terjun cukup banyak. Hal tersebut akan mempengaruhi lingkungan di sekitar air terjun. Selain digunakan untuk tempat wisata, air terjun juga merupakan habitat bagi berbagai jenis fauna. Salah satu fauna yang berhabitat di pada air terjun adalah herpetofauna. Herpetofauna termasuk kelompok hewan yang sensitif terhadap perubahan lingkungan terutama mikrohabitatnya. Oleh karena itu sangat menarik jika dilakukan penelitian yang menghubungkan antara diversitas herpetofauna dengan mikrohabitatnya di pada beberapa air terjun di Kabupaten Malang dan Kota Batu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur komunitas diversitas herpetofauna, mendeskripsikan kondisi mikrohabitat dan menganalisis hubungan kondisi mikrohabitat dengan diversitas herpetofauna di enam Air Terjun di Kabupaten Malang dan Kota Batu. Penelitian ini dilakukan di enam air terjun yang tersebar di Kabupaten Malang dan Kota Batu. Air terjun tersebut antara lain adalah Air Terjun Pelangi, Air Terjun Rais, Air Terjun Putri, Air Terjun Sumber Pitu Pujon, Sumber Pitu dan Air Terjun Kodok. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode jelajah dan visual encounter sampling (VES). Metode ini dipilih karena akan memudahkan pengambilan data faktor fisika yang ada di lokasi penemuan herpetofauna. Variabel yang diamati adalah jumlah spesies herpetofauna, jenis vegetasi yang ada di sekitar lokasi penemuan herpetofauna dan faktor fisika lokasi penemuan herpetofauna. Pengambilan sampel herpetofauna dilakukan saat malam hari (18.00 – 22.00 WIB). Panjang daerah jelajah untuk pengambilan sampel herpetofauna sepanjang satu kilometer dengan lebar jelajah lima meter mengikuti arah aliran air terjun. Faktor fisika yang diamati yaitu suhu udara dan kelembaban relatif waktu malam hari. Analisis vegetasi dan arthropoda dilakukan dengan membuat plot 1m x 1m di lokasi penemuan herpetofauna lalu mengidentifikasi dan menghitung kerapatan serta frekuensi tumbuhan dan arthropoda yang ada di dalam plot. Data herpetofauna dan vegetasi akan dianalisis secara statistik deskriptif menggunakan Ms. Excel dan Program PAST untuk analisis cluster dan biplot. Selain data tersebut, data koordinat dan ketinggian penemuan herpetofauna dicatat dari dengan GPS. Kedua data ini digunakan untuk pemetaan herpetofauna yang diperoleh. Hasil penelitian ini yang pertama adalah terdapat beberapa faktor fisika yang mempengaruhi diversitas yaitu suhu, kelembaban dan ketinggian lokasi air terjun. Selain itu perubahan tata guna lahan juga mempengaruhi diversitas herpetofauna. Suhu lingkungan yang mempengaruhi diversitas herpetofauna pada penelitian ini berkisar 16 – 21,5°C dan kelembaban pada penelitian ini berkisar 85-93%. Ketinggian lokasi dan perubahan tata guna lahan sangat beragam dalam penelitian ini. Masing-masing air terjun memiliki ciri yang khusus dan mempengaruhi diversitas herpetofauna secara spesifik. Profil struktur komunitas dan diversitas faktor biotik cukup beragam, akan tetapi semuanya tidak mengalami dominansi dilihat dari indeks nilai penting (INP) pada masing-masing faktor biotik yang dihitung. Rata-rata indeks diversitas Shannon-Wiener herpetofauna yang menjadi objek utama penelitian ini adalah 0,583 dan tergolong cukup tinggi untuk diversitas predator, sedangkan untuk diversitas vegetasi dan arthropoda yang merupakan habitat dan mangsa herpetofauna rata-ratanya adalah 1,01 untuk vegetasi dan 1,023 untuk arthropoda. Speies kunci yang ditemukan dan dapat dijadikan bioindikator adalah Phryonidis aspera sebagai bioindikator lingkungan mulai rusak dan Mikrohyla acatina sebagai bioindikator lingkungan baik. Korelasi antara faktor abiotik dan diversitas herpetofauna menunjukkan korelasi positif dengan kelembaban dan korelasi negatif dengan suhu kering., sedangkan korelasi diversitas herpetofauna dan faktor biotik (vegetasi dan arthropoda) memiliki korelasi positif.
English Abstract
Malang Regency and Batu City are two areas in East Java that have many natural attractions that attract public attention. One of them is a waterfall. Waterfalls in these two regions amount to quite a lot. The number of tourists visiting the waterfall is quite a lot. This will affect the environment around the waterfall. Besides being used for tourist attractions, waterfalls are also a habitat for various types of fauna. One of the fauna in the waterfall is herpetofauna. Herpetofauna is an animal group that is sensitive to changes in their environment/habitat, especially its microhabitat. Therefore it is very interesting if a study is conducted that connects the diversity of herpetofauna with its microhabitat in several waterfalls in Malang Regency and Batu City. The purpose of this study was to analyze the structure of the herpetofauna diversity community, describe of the condition of the microhabitat and analyze the relationship between the condition of the microhabitat and the diversity of herpetofauna at the six waterfalls in Malang Regency and Batu City. This research were conducted at six waterfalls spread across Malang Regency and Batu City. The waterfalls include of Pelangi Waterfall, Rais Waterfall, Putri Waterfall, Pitu Pujon Waterfall, Pitu Source and Kodok Waterfall. The sampling method used is were a roaming method and visual encounter sampling (VES). This method was chosen because it will facilitate the retrieval of physical factor data at the location of the herpetofauna discovery. The variables observed were the number of herpetofauna species, the type of vegetation around the location of herpetofauna discovery and the physical factors of the location of herpetofauna discovery. Herpetofauna sampling is done at night (18.00 - 22.00 WIB). The length of the home range for herpetofauna sampling is one kilometer long with a cruising width of five meters following the direction of the waterfall flow. The physical factors observed were the air temperature and the relative humidity of the night. Analysis of vegetation and arthropods was carried out by making a 1m x 1m plot at the location of the herpetofauna discovery and identifying and calculating the density and frequency of plants and arthropods in the plot. Herpetofauna and vegetation data will be analyzed descriptively statistically using Ms. Excel and PAST Program for cluster analysis and biplot. In addition to these data, the coordinates and altitude data of the herpetofauna discovery are recorded from the GPS. Both of these data are used for mapping herpetofauna obtained. The results of this study are the first there are several physical factors that affect diversity, namely temperature, humidity and the height of the location of the waterfall. In addition, changes in land use also affect the diversity of herpetofauna. The environmental temperature affecting the diversity of herpetofauna in this study ranged from 16 - 21.5 ° C and the humidity in this study ranged from 85 to 93%. The location height and changes in land use are very diverse in this study. Each waterfall has special characteristics and affects the diversity of herpetofauna specifically. The profile of community structure and diversity of biotic factors is quite diverse, but all of them do not experience dominance in terms of the important value index (INP) in each biotic factor calculated. The average Shannon-Wiener herpetofauna diversity index which is the main object of this study is 0.583 and is quite high for predator diversity. As for the diversity of vegetation and arthropods which are the habitat and prey of herpetofauna, the average is 1.01 for vegetation and 1.023 for arthropods. The key speech found and can be used as bioindicator is that Phryonidis aspera as a bioindicator of the environment begins to break down and Mikrohyla acatina as a bioindicator of the environment is good. Correlation between abiotic factors and herpetofauna diversity showed a positive correlation with humidity and negative correlation with dry temperature. While the correlation between herpetofauna and biotic factors (vegetation and arthropods) has a positive correlation.
Other obstract
-
| Item Type: | Thesis (Magister) |
|---|---|
| Identification Number: | TES/579.17/WAN/s/2019/041901447 |
| Uncontrolled Keywords: | MICROHABITAT, HERPETOFAUNA |
| Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 579 Natural history of microorganisms, fungi, algae > 579.1 Specific topics in natural history of microorganism, fungi, algae > 579.17 Ecology, organisms characteristic of specific environments |
| Divisions: | S2/S3 > Magister Biologi, Fakultas MIPA |
| Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
| Date Deposited: | 06 Jan 2020 06:31 |
| Last Modified: | 21 Oct 2021 03:09 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/177561 |
Preview |
Text
Wahyu Anggar Wanto (2).pdf Download (2MB) | Preview |
Actions (login required)
 |
View Item |