Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Lamanya Waktu Pre Hospital pada Pasien dengan Gagal Jantung Eksaserbasi Akut di Blitar

Siregar, Nabilah (2019) Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Lamanya Waktu Pre Hospital pada Pasien dengan Gagal Jantung Eksaserbasi Akut di Blitar. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Gagal jantung atau Heart Failure (HF) diderita oleh 26 juta orang di dunia dan sekitar 1–2% dari populasi dewasa dan lebih dari 10% pada populasi lanjut usia di negara berkembang. Sementara itu, prevalensi penderita gagal jantung di Indonesia mencapai 0,3% dari total penduduk Indonesia, yaitu sebanyak 3.083 orang. Dari seluruh provinsi di Indonesia, Jawa Timur menempati urutan ke dua sebanyak 1.952 orang (0,19%) pada tahun 2013. Pasien gagal jantung yang kembali ke RS biasanya ditandai dengan adanya eksaserbasi berulang. Eksaserbasi merupakan kondisi yang ditandai dengan gejala yang memburuk atau peningkatan keparahan penyakit atau tanda dan gejala dari suatu penyakit, dapat terjadi secara akut dan membutuhkan terapi atau penanganan segera. Semakin lamanya waktu yang dilalui untuk mencari pertolongan medis dapat menyebabkan gejala atau kondisi yang lebih buruk saat pasien tiba di RS. Pasien gagal jantung dengan eksaserbasi yang lama menunda ke RS juga akan memperlama waktu untuk memperoleh penanganan eksaserbasi dan mengakibatkan semakin lamanya waktu pemulihan. Lamanya waktu pre hospital ini dapat dihubungkan dengan faktor pasien dan faktor transportasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan lamanya waktu pre hospital pada pasien dengan gagal jantung eksaserbasi akut di Blitar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap (Melati, Bougenville, Dahlia dan Mawar) RSUD Mardi Waluyo dan di ruang rawat inap (Wijaya Kusuma, Jantung Paru, Dahlia 1 dan Dahlia 2) RSUD Ngudi Waluyo, Blitar. pada 01 Februari–16 Maret 2019. Jumlah subjek penelitian sebanyak 60 pasien, dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data bivariat menggunakan uji Mann Whitney dan korelasi spearmen, dan analisis multivariat menggunakan regresi linier berganda. Pada hasil penelitian ini didapatkan median lamanya waktu pre hospital pada pasien dengan gagal jantung eksaserbasi akut di Blitar yaitu 321,5 menit. Hasil dari Uji Mann Whitney didapatkan faktor yang berhubungan dengan lamanya waktu pre hospital yaitu jenis kelamin (p=0,007), nyeri dada (p=0,001), fatigue (p=0,006), dispnea (p=0,007), riwayat infark miokard (p=0,002), riwayat DM (p=0,025), keteraturan kontrol (p=0,005), jumlah gejala (p=0,000), dan waktu timbul onset akut (p=0,005). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan lamanya waktu pre hospital pada pasien gagal jantung eksaserbasi akut yaitu fatigue (p=0,006), dispnea (p=0,015), waktu timbul onset akut (p=0,002), lama menderita gagal jantung (p=0,040), keteraturan kontrol (p=0,036), dan fatigue merupakan faktor yang paling dominan (Beta=-0,359). Adanya dispnea yang terus-menerus dan memberat dapat meningkatkan distress pasien dan menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas, sehingga pasien dan keluarga lebih cepat dalam mencari pertolongan medis ke RS. Pasien eksaserbasi akut dengan dispnea ini merasakan ketidaknyamanan karena dispnea dirasakan meskipun hanya berjalan beberapa meter bahkan saat tidak sedang beraktivitas dan memberat. Begitu halnya dengan fatigue dirasakan sebagai hal yang menghalangi pasien untuk dapat beraktivitas seperti biasanya. Fatigue ini terasa memberat seiring memberatnya dispnea sehingga pasien dan keluarga memutuskan untuk segera mencari pertolongan ke RS. Selain itu, pasien yang sudah memiliki pengalaman mengalamiix penyakit khususnya gagal jantung akan mempengaruhi persepsi atau pemahamannya akan gejala yang dialami sebagai gejala penyakit jantung dikarenakan pernah didiagnosa dan mendapat informasi terkait penyakitnya. Pasien yang lebih lama menderita penyakit tentu sudah sering mendapat informasi tentang penyakitnya, namun harus sejalan dengan kontrol secara teratur dikarenakan masyarakat cenderung lebih banyak mendapatkan informasi spesifik tentang penyakitnya langsung dari petugas kesehatan. Pasien gagal jantung yang tidak melakukan kontrol gejala secara teratur dapat menyebabkan pasien lupa akan penyakitnya dan menurunkan pengetahuan pasien, ketidakmampuan mengenali dan menginterpretasikan gejala yang dialami sebagai perburukan gejala gagal jantung saat gejala tersebut timbul sehingga dapat memperlama pasien mencari pertolongan ke RS. Responden yang mengalami gejala akut pada pukul 06.00p.m.–06.00a.m. tidak ingin mengganggu keluarga lain yang sedang istirahat ataupun mengganggu kerabat atau tetangga pada malam hari perihal ingin meminjam kendaraan bagi responden yang tidak memiliki kendaraan pribadi, dan memilih menahan dulu gejala yang dirasakan sampai keesokan paginya, sehingga memperlama pasien mendapat penanganan di RS. Rasa tidak ingin mengkhawatirkan atau mengganggu anggota keluarga yang lain, tidak menganggap gejala yang dialami sebagai kondisi atau gejala serius, dan menunggu untuk melihat kembali apakah ada perbaikan gejala pada keesokan paginya akan memperlama waktu pre hospital. Kesimpulan hasil penelitian yaitu faktor yang berhubungan dengan lamanya waktu pre hospital pada pasien dengan gagal jantung eksaserbasi akut di Blitar adalah fatigue, dispnea, lama menderita gagal jantung, dan keteraturan kontrol, sedangkan jenis kelamin, riwayat infark dan riwayat DM tidak berhubungan dengan lamanya waktu pre hospital. Faktor yang paling dominan yaitu fatigue. Oleh karena itu, diperlukan edukasi tambahan kepada pasien dan keluarga tentang perubahan rasa kelelahan yang memberat (fatigue) saat eksaserbasi akut, menggunakan skala pengukuran fatigue atau fatigue meter untuk mengukur derajat fatigue di rumah, serta pentingnya melakukan kontrol kesehatan secara teratur ke RS

English Abstract

Heart failure (HF) affected 26 million people in the world and around 1-2% of the adult population and more than 10% in elderly population in developing countries. Meanwhile, the prevalence of heart failure in Indonesia was 0.3% of the total population of Indonesia as many as 3,083 people. From all provinces in Indonesia, East Java was second rank of HF as many as 1,952 people (0.19%) in 2013. Readmission of patients with HF usually characterized by frequent exacerbation. Exacerbation is a condition characterized by symptoms that worsen or increase the severity of the disease or signs and symptoms, can occur acutely and require immediate treatment. Spending time longer in seeking medical treatment for symptoms of exacerbation could cause worsening symptoms or condition when the patient arrives at hospital. Patients with HF who go to hospital longer will also extend the time to get treatment and spend more time on recovery. The length of pre-hospital time can be influenced by patient factors and transportation factors. This study aimed to analyze factors associated with length of pre-hospital time in patients with acute exacerbation of heart failure in Blitar. This study was a quantitative research, used observational analytic research design with a cross-sectional approach. This study was conducted at Mardi Waluyo Hospital (Melati, Bougenville, Dahlia and Mawar wards) and Ngudi Waluyo Hospital, Blitar (Wijaya Kusuma, Jantung Paru, Dahlia 1 and Dahlia 2 wards) on February 1 to March 16 2019. The samples were 60 patients, using Purposive sampling technique. The instrument used in this study was a questionnaire. Bivariate data analysis used Mann Whitney test and spearmen correlation, and multivariate analysis used multiple linear regression. The results obtained a median length of pre-hospital time in patients with acute exacerbation of HF in Blitar was 321.5 minutes. Mann Whitney test found factors associated with length of pre-hospital time were sex (p=0.007), chest pain (p=0.001), fatigue (p=0.006), dyspnea (p=0.007), history of myocardial infarction (p=0.002), history of DM (p=0.025), regularity of control (p=0.005), number of symptoms (p=0,000), and acute onset time (p=0.005). The results of multivariate analysis showed that factors associated with length of pre-hospital time in patients with acute exacerbation of HF were fatigue (p=0.006), dyspnea (p=0.015), acute onset time (p=0.002), length of having HF (p=0.040), regularity of control (p=0.036), and fatigue was the most dominant factor (Beta=-0.359). Continuous and burdensome dyspnea could increase patient distress and inability to carry out activities, so patients and families seek medical care to hospital immediately. Patient felt discomfort due to dyspnea even though when walking only in a few meters even when they did not doing any activity. Fatigue was also felt as something that prevented patients to do their activities as usual. Fatigue felt burdensome while they felt dyspnea, so they decided to seek medical help from hospital immediately. In addition, patients who already had the diseases, especially previous HF, will affect their perception or understanding of the symptoms as symptoms of heart disease because they have been diagnosed and received information regarding the disease before. Patients who suffered HF longer would often get more information about the disease, but it must be in line with regularly control at hospital because people tend to get more specific information about the disease directly from health workers. Patients who did not do regularly control could cause them to forget about their illness and reduce patient knowledge, inability toxi recognize or interpret symptoms experienced as worsening symptoms of HF so made them seek medical help at hospital longer. Respondents who experienced acute symptoms at 6:00 p.m. to 6:00 a.m. did not want to disturb other families who were sleeping or or neighbors about borrowing a vehicle for patients who did not have private vehicles, and they chose to wait until the next morning, thus prolonging them to get medical treatment. Feeling worry or did not want to disturb other family members, do not consider symptoms as serious conditions, and wait to evaluate any improvement of symptoms in the next morning will prolong pre-hospital time. The conclusions of this study are factors associated with length of time prehospital in patients with acute exacerbation of HF in Blitar were fatigue, dyspnea, length of having HF, and regularity of control, while sex, infarction history and history of DM were not associated with length of pre-hospital time. The most dominant factor was fatigue. Therefore, additional education is needed for patients and families about changes in fatigue during acute exacerbations, using fatigue assessment scale or fatigue meter to measure the degree of fatigue at home, and the importance of regularly health control to the hospita

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/616.025 /SIR/a/2019/041902960
Uncontrolled Keywords: EMERGENCY MEDICAL SERVICES, EMERGENCY NURSING, EMERGENCY MEDICAL SERVICES
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 616 Diseases > 616.02 Special topics of disease > 616.025 Medical emergencies / Emergency medicine / Emergency nursing / Triage (Medicine)
Divisions: S2/S3 > Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 26 Dec 2019 11:28
Last Modified: 02 Mar 2022 07:31
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/177369
[thumbnail of Nabilah Siregar-1.pdf]
Preview
Text
Nabilah Siregar-1.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item