Rahmawan, Fajri Andi (2019) Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Interval Waktu Keberangkatan Pasien Stroke Iskemik Ke IGD RSUD Blambangan Banyuwangi. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Stroke merupakan merupakan penyebab kematian kedua tertinggi sedunia setelah penyakit iskemia jantung pada tahun 2010 (Jaunch et al., 2013). Di Amerika Serikat stroke adalah penyebab kematian kelima dengan kasus 140.000 orang setiap tahunnya (Benjamin et al., 2017). Di Korea kejadian stroke kira-kira 11.6 juta pada tahun 2010 (Mozaffarian et al., 2016). Di Indonesia 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya (Hanum et al., 2017). Untuk menekan kejadian tersebut memperpendek interval waktu keberangkatan pasien stroke iskemik ke IGD merupakan salah satu pilihannya. Menyamakan persepsi masyarakat tentang gejala yang muncul pada stroke iskemik sebagai tanda seriusnya penyakit tersebut serta pengambilan keputusan keluarga menjadi penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi derajat keparahan dan pengambilan keputusan keluarga dengan interval waktu keberangkatan pasien stroke iskemik ke IGD RSUD Blambangan Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan desain cross sectional. Menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden 113 responden. Peneliti melakukan pengambilan data dengan pemberian kuisioner pada variabel persepsi derajat keparahan pasien. Kuisioner berisi tentang gejala yang ditemukan keluarga dan persepsi keluarga dalam menyimpulkan parah atau tidaknya gejala yang muncul. Pada variabel pengambilan keputusan keluarga dilakukan dengan wawancara tentang tindakan keluarga setelah mendapatkan gejala stroke muncul, segera dibawa ke IGD atau masih mengunjungi pilihan pengobatan lain. Observasi untuk variabel interval waktu keberangkatan pasien stroke ke IGD. Hasil analisis univariat diperoleh usia pasien sebagian besar berada pada rentang 46-66 tahun sebanyak (80%), jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan sejumlah 59 orang (52%). Sebagian besar berpendidikan rendah sebanyak 53%. Status pekerjaan,sebanyak 70% masih aktif bekerja. Berdasarkan persepsi derajat keparahan, kondisi pasien sebagian besar berada pada nilai GCS 12-14 yaitu apatis 58%. Untuk variabel pengambilan keputusan keluarga yang tidak langsung membawa ke IGD sebanyak 90 responden (74%). Rata – rata interval waktu keberangkatan pasien stroke iskemik 189 menit. Pada keputusan keluarga yang tidak langsung membawa pasien ke rumah sakit, rata – rata ada peningkatan rentang waktu 99 menit. Dari hasil analisis bivariat menggunakan uji Spearman pada hubungan persepsi derajat keparahan dengan interval waktu keberangkatan, nilai p = 0.000 (p < 0.05. Hasil analisis hubungan kondisi pasien dengan interval waktu keberangkatan diperoleh nilai p = 0.000 (p < 0.05). Hasil analisis hubungan antara variabel keputusan keluarga dengan interval waktu keberangkatan didapatkan nilai p = 0.000 (p < 0.05) dan hasil analisis hubungan pengambil keputusan dengan interval waktu keberangkatan diperoleh nilai p = 0.330 (p < 0.05). Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan regresi linier berganda diperoleh Faktor yang paling dominan berhubungan dengan interval waktu keberangkatan yaitu persepsi derajat keparahan. Persepsi derajat keparahan berhubungan dengan interval waktu keberangkatan pasien stroke iskemik ke IGD. Gejala yang menjadi acuan dalam viii menetapkan keparahan pasien yaitu tingkat kesadaran. Seharusnya seseorang akan mempersepsikan parah apabila mendapatkan gejala penurunan kesadaran. Namun dalam penelitian ini pasien yang mengalami penurunan kesadaran tidak dipersepsikan parah atau termasuk dalam katagori kegawatan. Persepsi yang muncul berbeda – beda terhadap penurunan kesadaran yaitu ada yang menganggapnya karena kelelahan, bukan merupakan gejala serius sehingga keluarga akan menunda untuk membawa pasien segera ke IGD yang berdampak pada interval waktu keberangkatan. Keputusan keluarga merupakan pilihan yang diambil oleh keluarga dalam mengambil tindakan yang akan dilakukan. Dalam keputusan keluarga, ada yang langsung dan tidak langsung membawa pasien ke IGD. Keputusan keluarga yang tidak langsung menuju IGD terdapat beberapa tahapan yang dipilih keluarga ketika mendapatkan gejala stroke pada salah satu anggota keluarganya yaitu menunggu persetujuan, dibawa ke pengobatan alternatif, dibawa ke dokter praktek/perawat praktek/klinik dan menuju rumah sakit. Hal ini berkaitan dengan persepsi keluarga tentang kondisi pasien sehingga muncul pilihan keputusan. Jika keluarga melalui 2 tahapan rata – rata waktu yang dibutuhkan 38 menit, namun apabila keluarga tidak langsung membawa penderita ke IGD maka akan mengalami perlambatan tiga kali dari waktu langsung ke IGD. Pengambilan keputusan juga berhubungan dengan siapa yang melakukan pengambilan keputusan. Di dalam keluarga inti, pengambil keputusan biasanya dilakukan oleh suami, istri atau anak. Namun dalam kenyataannya ada selisih waktu yang berbeda apabila yang membawa suami, istri dan anak. Anak sebagai pengambil keputusan menyumbang rata-rata waktu sekitar 10 menit lebih lama dari pada suami atau istri. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi derajat keparahan dan pengambilan keputusan keluarga dengan interval waktu keberangkatan pasien stroke iskemik ke IGD RSUD Blambangan Banyuwangi. Tidak ada hubungan kondisi pasien dan pengambil keputusan dengan interval waktu keberangkatan pasien stroke iskemik ke IGD. Namun berdasarkan analisis regresi linier berganda, Faktor yang paling dominan berhubungan dengan interval waktu keberangkatan yaitu persepsi derajat keparahan. Rekomendasi pada penelitian ini yaitu Pihak rumah sakit perlu membuat suatu pelabelan waktu penanganan pada penyakit yang penanganannya bergantung pada waktu dan disosialisasikan kepada seluruh pemberi layanan terkait hal tersebut. Seorang perawat IGD harus melaksanakan edukasi kepada keluarga pasien dengan stroke iskemik dan masyarakat tentang pentingnya segera membawa pasien secepatnya tiba di IGD lebih awal saat ditemukan salah satu gejala stroke iskemik muncul.
English Abstract
Stroke was the leading cause of the second world's highest death after a heart ischemia disease in 2010 (Jaunch et al., 2013). In the United States stroke was the fifth cause of death with the case of 140,000 people annually (Benjamin et al., 2017). In Korea the incidence of stroke was approximately 11.6 million in the year 2010 (Mozaffarian et al., 2016). In Indonesia 500,000 people suffer strokes annually (Hanum et al., 2017). To suppress the incident shortens the departure time interval of ischemic stroke patients to IGD is one option. Equating public perception about the symptoms that arise in ischemic stroke as a sign of the disease seriousness and family decision making was important. The purpose of this research was to known factor that related with interval of departure time of ischemic stroke patients to IGD RSUD Blambangan Banyuwangi. The study used observational analytic with cross sectional design. It used purposive sampling with a total of 113 respondents. Researchers perform data retrieval with the granting of a questionnaire on the variable perception degrees of the patient severity. The questionnaire contains the symptoms found in the family and the perception of the family in the severe conclusion or whether the symptoms arise. In family decision making variables are done with interviews about family actions after getting symptoms of a stroke appearing, immediately taken to IGD or still visiting another treatment option. Observations for the time interval variables of the patient stroke to IGD. The results of univariate analysis showed that the age of the patients was mostly in the range of 46-66 years (80%), male sex more than female as many as 59 people (52%). Most of them had low education as much as 53%. Employment status, as many as 70% were still actively working. Based on the perception of the severity, the patient's condition was mostly in the GCS value of 12-14, apathetic 58%. For family decision-making variables that did not directly bring to the emergency room as many as 90 respondents (74%). The average time interval for departure of ischemic stroke patients was 189 minutes. In family decisions that do not take patients directly to the hospital, on average there was an increase in the 99 minute time. From the results of the bivariate analysis used the Spearman test on the relationship of perception of the severity with the time interval of departure, the value of p = 0.000 (p <0.05. The results of the analysis of the relationship of the patient's condition with the time interval of departure obtained the value of p = 0,000 (p <0.05). family decision variable with departure time interval obtained p value = 0.000 (p <0.05) and the results of the analysis of the decision making relationship with the departure time interval obtained value p = 0.330 (p <0.05) .Based on the results of multivariate analysis with multiple linear regression obtained the most factor dominantly related to the time interval of departure ie the perception of the degree of severity. Perception of severity was related to the time interval of departure of ischemic stroke patients to the emergency room. The symptoms that become a reference in determining the severity of a patient were the level of consciousness. Someone should perceive severe if they get symptoms of decreased consciousness. However, in this study patients who experienced a decrease in x consciousness were not perceived as severe or included in the emergency category. Perceptions that arise differ - on the decline in awareness that some consider it due to fatigue, was not a serious symptom so the family would delayed to bring the patient immediately to the emergency room which has an impact on the time interval of departure. Family decisions were choices made by the family in taking action to be taken. In family decisions, there were those who directly and indirectly bring patients to the emergency room. Family decisions that didn’t went directly to the emergency room there were several stages chosen by the family when getting stroke symptoms in one of the family members, namely waiting for approval, being taken to alternative medicine, being taken to a practicing doctor / nurse / clinical practice and to the hospital. This related to the family's perception of the patient's condition so that decision choices emerge. If the family went through 2 stages the average time needed was 38 minutes, but if the family didn’t directly bring the patient to the emergency room then it would experience a slowdown three times from the time directly to the emergency room. Decision making also related to who made the decision. In the nuclear family, decision makers were usually carried out by husband, wife or children. But in reality there was a different time difference if that brought a husband, wife and children. Children as decision makers contribute an average of about 10 minutes longer than a husband or wife. The conclusions of this study indicate that there is a correlation between the perception of severity and family decision making at the time interval of departure from ischemic stroke patients to the Emergency Department of Blambangan Banyuwangi Hospital. There is no relationship between the condition of the patient and the decision maker with the time interval for the departure of ischemic stroke patients to the emergency department. However, based on multiple linear regression analysis, the most dominant factor was related to the departure time interval, namely the perception of severity. The conclusion of this study showed that there was a relationship between the degree of severity and family decision making with the time interval of departure of ischemic stroke patients to the emergency room at Blambangan Banyuwangi Regional Hospital. There was no relationship between the condition of the patient and decision maker with the time interval of the departure of ischemic stroke patients to the emergency room. However, based on multiple linear regression analysis, the most dominant factor related to the departure time interval was the perception of the degree of severity. The recommendation in this study was that the hospital needs to made a time labeling treatment for the disease that the handling depends on the time and socialized to all service providers related to it. An emergencies nurse must carried out education to the families of patients with ischemic stroke and the public about the importance of immediately bringing patients as soon as possible to arrive at the emergency room early when one of the symptoms of an ischemic stroke appears.
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/616.81/RAH/a/2019/041907185 |
Uncontrolled Keywords: | CEREBROVASCULAR DISEASE, CEREBROVASCULAR DISEASE -- PATIENT -- CARE |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 616 Diseases > 616.8 Diseases of nervous system and mental disorders > 616.81 Cerebrovascular diseases |
Divisions: | S2/S3 > Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 25 Nov 2019 06:40 |
Last Modified: | 25 Nov 2019 06:40 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/176097 |
Actions (login required)
View Item |