Biaya Dan Pendapatan Pada Usaha Ternak Sapi Potong Berdasarkan Skala Usaha Dan Jenis Pemeliharaan Di Kabupaten Pamekasan

Ismail, Fadli (2019) Biaya Dan Pendapatan Pada Usaha Ternak Sapi Potong Berdasarkan Skala Usaha Dan Jenis Pemeliharaan Di Kabupaten Pamekasan. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Sapi potong merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi sapi potong skala peternakan rakyat mengalami peningkatan mulai tahun 2013 sampai tahun 2017 sebesar 3.913 juta ekor. Sapi potong lokal memiliki kemampuan yang lebih baik beradaptasi dengan lingkungan tropis dibandingkan dengan sapi potong import. Selain itu, tingkat resistensi terhadap penyakit tropis juga lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur biaya dan pendapatan pada usaha ternak sapi potong pembibitan dan untuk mengetahui struktur biaya dan pendapatan peternak sapi potong dengan sistem penggemukan. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai informasi bagi peternak tentang struktur biaya dan pendapatan pada usaha ternak sapi potong berdasarkan skala usaha dengan sistem pemeliharaan pembibitan dan penggemukan. Materi penelitian ini menggunakan 30 peternak Desa Kanginan Kecamatan Pamekasan dan 30 peternak Desaviii Pakong Kecamatan Pakong. Penelitian ini dilakukan pada peternakan rakyat di Desa Kanginan dan Desa Pakong pada tanggal 10 April 2018 sampai 10 Mei 2018. Metode penentuan responden menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria peternak memiliki minimal satu ekor sapi dan memiliki pengalaman beternak minimal satu tahun dan penentuan skala menggunakan metode stratifed random sampling dengan cara mengurangi jumalah ternak yang dipelihara terbanyak per peternak dikurang jumalah ternak paling sedikit per peternak dibagi tiga. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Jumlah responden disetiap Kecamatan ada 30 responden yang dibagi menjadi tiga skala, skala I (1-5 ekor), skala II (6-10 ekor) dan Skala III (11-15ekor). Variabel yang diamati adalah karakteristik responden meliputi nama, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan utama dan pengalaman beternak, sedangkan untuk tata laksana pemeliharaan meliputi perkandangan, pemberian pakan dan pemberian jamu. Pada sektor pemasaran meliputi penerimaan dari hasil penjualan pedet dan sapi dewasa. Analisis usaha dilakukan untuk evaluasi dengan menggunakan berbagai macam perhitungan mulai dari modal usaha, biaya produksi hingga penerimaan yang selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk evaluasi ekonomi menggunakan parameter pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan peternak mendapatkan induk untuk diternakan dengan membeli induk tersebut di pasar atau ke peternak yang dikenal. Pemilihan induk yang diternakkan yaitu sapi yang sudah melahirkan setidaknya dua kali atau telah berusia 4-5 tahun. Ternak yang digemukkan peternak membeli sapi bakalan, untuk sapi Madura peternak membeli setelah berusia minimal 4 bulan, untuk sapi import seperti limosin dan simental peternak membeli setelah berusia 1,5 tahun. Lama pemeliharaan untuk indukan peternak sampaiix usia 9 tahun setelah usia tersebut ternak sudah dianggap masuk fase afkir dan dijual, untuk penggemukan sapi madura lama pemeliharaan rata-rata 8 bulan sedangkan sapi import hanya 6 bulan. Sektor tata laksana pemberian pakan sudah baik yaitu meberikan ampas tahu dan dedak terlebih dahulu sebelum hijauan bagi yang menggemukkan sapi, sedangkan untuk yang pembibitan sapi terlebih dahulu diberikan minum yang dicombor dengan dedak, sedangkan untuk pemberian jamu diberikan oleh beberapa peternak satu bulan sekali. Untuk perkandangan karena umumnya ternak dijadikan bahan sampingan kebersihan kandang sangat kurang terutama peternak yang berskala I, skala II dan skala III yang tidak memiliki pekerja tambahan. Perhitungan pendapatan untuk pembibitan skala I Desa Kanginan Rp 1.698.510/UT, skala II Desa Kanginan Rp 2.221.027/UT dan skala III Desa Kanginan Rp 2.335.226/UT, untuk pendapatan Desa Pakong skala I Rp 1.809.754/UT, skala II Desa Pakong Rp 1.933.127/UT, dan skala III Desa Pakong Rp 2.831.691/UT. Pendapatan dengan sistem penggemukan skala I Sapi Madura di Desa Kanginan Rp 2.738.140/UT, skala II Rp 3.898.223/UT, skala III Rp 3.943.327/UT. Penggemukan sapi peranakan di Desa Pakong Rp 4.136.442/UT, skala II Rp 4.732.796/UT, dan skala III Rp 4.977.235/UT. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan skala usaha mempengaruhi pendapatan peternak baik menggunakan sistem pembibitan dan penggemukan menggunakan Sapi Madura dan sapi peranakan. Pendapatan tertinggi di pada sistem pembibitan dan penggemukan terdapat pada skala III, Skala saha mempengaruhi pendapatan peternak baik pemeliharan pembibitan dan penggemukan menggunakan Sapi Madura maupun Sapi peranakan. Pendapatan tertinggi pada skala III, pada pembibitan Sapi madura dengan rata-rata kepemilikan 11,25 ekor pendapatan sebesar Rp 2.335.226/UTx pada Desa Kanginan sedangkan Pada Desa Pakong pendapatan sebesar Rp 2.831.691/UT. Pendapatan tertinggi pada penggemukan Sapi Madura skala III sebesar Rp 3.943.327/UT dengan lama pemeliharaan 8 bulan sedangkan untuk Sapi Peranakan skala III pendapatan sebesar Rp 4.977.235/UT dengan lama pemeliharaan 6 bulan.

English Abstract

This research was conducted on small holder farmers in beef cattle farm in Kanginan Village and Pakong Village on April 10th, 2018 to May 10th, 2018. The purpose of this study were to determine the budgeting structure of the beef cattle according to maintenance system scale. The number of respondents in each village was 30 respondents which was devided into scale I, scale II and scale III. The method of determining respondents by using purposive sampling method. The results of this research showed that the income from the breeding’s scale I, II and III in Kanginan Village were amount of IDR 1.698.510/AU, IDR 2.221.027/AU and IDR 2.335.226/AU respectively. Meanwhile Pakong Village were amount of IDR 1.809.754/AU, IDR 1.933.127/AU and IDR 2.831.691/AU respectively. The income of the Madurese Cow scale I, II and III in Kanginan Village were IDR 2.738.140/AU, IDR 3.898.223/AU and 3.943.327/AU respectively meanwhile Crossbreed Cow in Pakong Village were IDRvi 4.136.442/AU, IDR 4.732.796/AU and IDR 4.977.235/AU. It can be concluded that scale III with ownership average 11,25 AU/farmer has the highest income in both Madurese Cow and Crossbreed Cow’s breeding and fattening in Kanginan and Pakong Village. The effort to increase farmers income could be by increasing the beef cattle productivity through increase the bussiness scale and processing waste of beef cattle’s feces.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FAPET/2019/170/051909936
Uncontrolled Keywords: business scale, beef cattle, income
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.13 Financial aspects
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 17 Sep 2020 03:07
Last Modified: 24 Oct 2021 10:05
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/175934
[thumbnail of Fadli Ismail (2).pdf] Text
Fadli Ismail (2).pdf
Restricted to Registered users only

Download (13MB)

Actions (login required)

View Item View Item