Perbandingan Heat Tolerance Coefficient dan Sweating Rate pada Sapi PO (Peranakan Ongole) Indukan dan Pejantan di Loka Penelitian Sapi Potong

Fransisca, Cindy Alkadina Yuni (2019) Perbandingan Heat Tolerance Coefficient dan Sweating Rate pada Sapi PO (Peranakan Ongole) Indukan dan Pejantan di Loka Penelitian Sapi Potong. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung pada peningkatan pendapatan perkapita penduduk telah menyebabkan meningkatnya permintaan dan konsumsi daging, termasuk daging sapi. Hal ini tampak jelas dari jumlah sapi yang dipotong maupun daging sapi yang dikonsumsi secara nasional. Tercatat konsumsi daging sapi pada tahun 2017 sebesar 0,469 kg. Permintaan yang tidak selaras dengan ketersediaan daging membuat pemerintah melakukan berbagai upaya, hal ini berimbas pada nilai jual daging dalam negeri yang terus mengalami kenaikan harga. Kualitas sapi lokal tidak kalah jika dibanding dengan sapi bakalan impor, sebab sapi lokal memiliki daya adaptasi yang baik terhadap iklim Indonesia. Salah satu sapi lokal yang ada di Indonesia adalah sapi Peranakan Ongole. Sapi jenis PO banyak dibudidayakan di Indonesia karena daya adaptasi yang baik. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Lingkungan dapat memberikan pengaruh terhadap daya adaptasi ternak yang berdampak pada produktivitas ternak pejantan dan betina indukan PO. Pengujian adaptasi ternak dapat dilakukan dengan mengukur sweating rate ternak atau laju perkeringatan dan menghitung Heat Tolerance Coefficient pada ternak untuk mengetahui ketahanan ternak terhadap lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai HTC dan sweating rate antara sapi pejantan dan betina indukan PO. Penelitian dilakukan di Loka Penelitian Sapi Potong, Grati, Pasuruan mulai tanggal 14 Januari – 19 Februari 2019 dengan metode observasi dan pengamatan secara langsung. Pengamatan sweating rate dan heat tolerance coefficient dilakukan pada 26 ekor sapi yang terdiri dari 10 ekor sapi jantan dan 16 ekor betina indukan dengan rataan umur lebih dari 3 tahun, bobot badan berkisar ≥300 kg, betina indukan pernah melahirkan minimal 1 kali kelahiran. Seluruh ternak ditempatkan di kandang individu. Variable yang diamati berupa suhu tubuh yang diukur melalui suhu rektal dengan menggunakan thermometer digital, frekuensi pernapasan dihitung dengan menggunakan hand tally counter dan stop watch untuk mengamati waktu perubahan CCD 5% (Cobalt Chloride Disc) dari warna biru menjadi warna semula (merah muda). Pengambilan data dilakukan 3 hari berturut – turut pada waktu yang sama yakni pukul 11.00 – 13.00 WIB. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji student-t (uji t) tidak berpasangan. Berdasarkan hasil Analisa statistik didapatkan bahwa perbedaan jenis kelamin pada bangsa ternak yang sama tidak menghasilkan perbedaan (P>0,05) terhadap nilai HTC ternak. Berdasarkan nilai HTC yang didapatkan pada sapi pejantan dan indukan (2,04 dan 2,02) diketahui bahwa ternak tidak mengalami cekaman panas pada kisaran suhu lingkungan dan kelembaban (33,35 ⁰C dan 66,7%). Hasil analisis sweating rate menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara sapi pejantan dan indukan PO (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sapi pejantan PO memiliki nilai HTC, suhu rektal, dan frekuensi pernapasan yang cenderung lebih tinggi dari pada sapi betina indukan PO. Hal ini dapat dikatakan bahwa sapi pejantan memiliki tingkat kepekaan lebih baik jika dibanding sapi indukan PO. Sapi betina indukan PO memiliki daya adaptasi yang lebih baik jika dibanding sapi pejantan PO. Sapi pejantan PO memiliki kecenderungan lebih rentan stress daripada sapi betina indukan PO. Sweating rate antara sapi pejantan dan sapi betina indukan PO menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05).

English Abstract

The experiment was conducted at Loka Penelitian Sapi Potong starting from 14th January 2019 until 19th February 2019. The research aimed to compare adaptive ability on heat tolerance coefficient and sweating rate of crossbred ongole cow and bull. The materials used for this research are 10 head of bulls and 16 head of cows. Measurement of heat tolerance coefficient using the Benezra Coefficient with the parameter frequency respiration and rectal temperature. Data analysis was done by using student-t test unpaired. In the statistical result obtained that bull and cow of Crossbred Ongole showed unsignificant differences on heat tolerance coefficient (2.02 ± 0.16 – 2.04 ± 0.17) (P>0.05). The results showed that crossbred ongole bulls and cows were both not experience heat stress seen from the value of HTC which each has a value 2. Sweating rate result showed that there is no differenences between crossbred ongole of bulls and cows.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FAPET/2019/585/051910358
Uncontrolled Keywords: Frequency Respiration, Rectal Temperature, Crossbred Ongole (local) cattle
Subjects:
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 06 Sep 2020 18:07
Last Modified: 06 Sep 2020 18:08
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/175742
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item