Pengaruh Pemberian Pupuk Dan Pola Tanam Tumpang Sari Antara Jagung Manis (Zea Mays) Dengan Centrosema Pubescens

Wijaya, Akmal Habibi (2019) Pengaruh Pemberian Pupuk Dan Pola Tanam Tumpang Sari Antara Jagung Manis (Zea Mays) Dengan Centrosema Pubescens. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Efisiensi produksi peternakan akan sangat tergantung dari ketersediaan pakan atau makanan ternak yang berkualitas dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun. Salah satu pakan yang tersedia sepanjang tahun yaitu tanaman jagung manis. Jagung manis merupakan tanaman semusim dan satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Sistem tumpang sari adalah salah satu usaha sistem tanam dimana terdapat dua jenis tanaman yang berbeda ditanam dalam waktu yang relatif sama atau berbeda dengan penanaman berselang-seling dan jarak tanam teratur pada sebidang tanah yang sama. Namun di Indonesia pola penanaman campuran ini belum banyak diaplikasikan di dalam usaha ternak ruminansia. Hijauan pakan ternak merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia, karena itu diperlukan upaya penyediaan baikviii dari jenis rumput - rumputan maupun jenis leguminosa. Salah satu jenis leguminosa yang dapat digunakan untuk pakan ternak ruminansia adalah sentro (Centrosema pubescens). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian pupuk dan penanaman jagung manis (Zea mays) secara tumpang sari dengan Centrosema pubescens terhadap rasio batang daun, kandungan nutrisi, KcBK dan KcBO jagung manis. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai November 2018 sampai Februari 2019 di PT. Bisi International TBK sedangkan untuk pengujian kandungan serat kasar, KcBK dan KcBO dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini menggunakan benih jagung manis yang didapat dari PT. Bisi International TBK, benih Centrosema pubescens yang didapat dari Blitar dan Pupuk (NPK,Urea dan SP36) yang didapat dari toko pertanian. Jagung manis ditanam langsung pada lahan sedangkan Centrosema pubescens harus dilakukan penyemaian dahulu di baby bag selama 30 hari. Penanaman dilakukan 75 x 25 cm antar jagung sedangkan Centrosema pubescens 25 x 25 cm dengan petak setiap perlakuan 3x2 m2 dan pupuk lanjutan diberikan pada 18 hari setelah tanam (hst) dan 35 hari setelah tanam (hst). Pemanenan dilakukan pada umur 75 hari dengan pemotongan 10 cm dari permukaan tanah. Metode yang yang digunakan adalah metode percobaan penanaman jagung manis dengan Centrosema pubescens dilakukan sesuai Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 4 ulangan. Pemanenan jagung dilakukanix pada umur 75 hari. Perlakuan yang digunakan yaitu P0 (Jagung Manis/Monokultur), P1 (Jagung Manis dengan pupuk Urea), P2 (Jagung Manis + Centrosema pubescens tanpa pupuk) dan P3 (Jagung Manis dengan pupuk Urea + Centrosema pubescens dengan pupuk SP36). Hasil panen perlakuan diatas yaitu limbah tanaman jagung (tebon) diukur kandungan nutrisinya dan diuji kecernaan BK dan BO menggunakan metode makkar et al (1995). Selanjutnya apabila terdapat perbedaan yang nyata atau sangat nyata, maka dilakukan uji lanjutan menggunakan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test). Variabel yang diukur meliputi rasio batang daun, kandungan nutrisi, KcBK dan KcBO. Hasil penelitian menunjukan bahwa penanaman tumpang sari antara jagung manis dengan Centrosema pubescens tidak berpengaruh nyata terhadap rasio batang daun, kandungan serat kasar dan bahan organik (BO) (P>0,05) dan penanaman tumpang sari berpengaruh terhadap KcBK dan KcBO berpengaruh nyata (P<0,05) serta bahan kering (BK) dan protein kasar (PK) berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Rasio batang daun terendah terdapat pada perlakuan P3 1,28 dan tertinggi pada perlakuan P0 1,76 diikuti dengan P1 1,60 dan P2 1,39. Kandungan bahan kering terendah terdapat pada perlakuan P0 40,18% dan tertinggi pada perlakuan P2 61,72% diikuti dengan P3 54,66% dan P1 53,92%. Kandungan bahan organik terendah terdapat pada perlakuan P3 88,93% dan tertinggi pada perlakuan P2 89,65% diikuti dengan P1 89,00% dan P0 89,11%. Kandungan protein kasar terendah terdapat pada perlakuan P2 6,60% dan tertinggi padax perlakuan P1 9,82% diikuti dengan P3 9,44% dan P0 6,69%. Kandungan serat kasar terendah terdapat pada perlakuan P3 32,71% dan tertinggi pada perlakuan P0 35,18% diikuti dengan P1 33,68% dan P2 32,66%. KcBK terendah terdapat pada perlakuan P0 49,49% dan tertinggi P3 54,00% diikuti dengan P2 52,84% dan P1 50,61%. Sedangkan KcBO terendah pada P0 51,81% dan tertinggi pada perlakuan P3 56,32% diikuti P2 55,10% dan P1 53,53%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode penanaman tumpang sari antara jagung manis dengan Centrosema pubescens serta pemberian pupuk urea dan fosfor tidak berpengaruh terhadap rasio batang daun, bahan organik, serat kasar namun berpengaruh terhadap protein kasar, bahan kering, nilai KcBK dan KcBO secara in vitro tebon jagung. Perlakuan terbaik pada penelitian ini terdapat pada P3 yaitu jagung manis dengan Centrosema pubescens diberi pemberian pupuk urea dan fosfor dengan nilai bahan kering 54,66%, bahan organik 88,93%, protein kasar 9,44%, serat kasar 32,71%, rasio batang daun 1,28, KcBK 54,00% dan KcBO 56,32%. Disarankan perlakuan P3 penanaman tumpangsari antara jagung manis dengan Centrosema pubescens yang diberikan pupuk urea dan fosfor dapat diterapkan pada penanaman jagung manis konvesional, karena dapat meningkatkan kandungan nutrisi tebon jagung dan juga dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik dari jagung manis.

English Abstract

This research was aimed to find out the effect of intercropping between sweet corn (Zea mays) with Centrosema pubescens and different fertilizers on the ratio of leaf to stems, nutrient content, dry matter and organic matter digestibility of maize straw. This experiment used a Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments that are P0 (Sweet Corn Monoculture), P1 (Sweet Corn with Urea fertilizer), P2 (Sweet Corn + Centrosema pubescens without fertilizer) and P3 (Sweet Corn with fertilizer Urea + Centrosema pubescens fertilized with phosphorus fertilizer). Each treatments replicated 4 times. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA), if significant differences were found, then followed by Duncan's Multiple Range Test (DMRT). The results showed that dry matter and crude protein gave a highly significant effect (P<0.01), dry matter digestibility (DMD)vi and organic matter digestibility (OMD) were significantly different effect (P<0.05), while the leaf to stem ratio, organic matter and crude fiber content were not significantly affected. Treatment P3 (Sweet Corn with fertilized Urea + Centrosema pubescens fertilized with phosphorus fertilizer) and was found to give the highest dry matter digestibility (DMD) and organic matter digestibility (OMD).

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FAPET/2019/53/051909819
Uncontrolled Keywords: Sweet corn, Centrosema pubescens, leaf stem ratio, nutrient content, dry matter digestibility, organic matter digestibility
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 635 Garden crops (Horticulture) > 635.6 Edible garden fruits and seeds > 635.67 Corn > 635.672 Sweet corn
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 24 Aug 2020 07:33
Last Modified: 24 Oct 2021 08:20
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/175694
[thumbnail of Akmal Habibi Wijaya (2).pdf]
Preview
Text
Akmal Habibi Wijaya (2).pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item